Bab 27 Kenyataan

12K 1.9K 66
                                    

Setelah beberapa hari menolak untuk menerima kenyataan yang sedang terjadi padaku, akhirnya aku menyerah. Memang semuanya terasa begitu asing untukku, dan aku harus mengakui kalau sekarang diriku mengalami amnesia. Semua kejadian ini memang masih tidak bisa aku terima dengan akal sehat, hanya saja memang seperti inilah aku sudah berusia 25 tahun dan sudah memiliki seorang putri. Pria yang mengaku sebagai suamiku hanya mengatakan, kalau aku sudah lebih baik keadaannya akan dibawanya ke putri ku yang sekarang dirawat oleh keluarganya.

"Kamu masih tidak mau menatapku. "
Suara itu membuat aku yang baru saja meletakkan gelas di atas nakas kini menoleh ke arah kananku. Pria tinggi tegap itu melangkah ke arahku lalu menarik kursi dan duduk di sana. Wajahnya memang tak seramah saat pertama kali aku membuka mata, dia seperti menjaga jarak. Apalagi saat aku menanyakan Hendra, dia tidak mau mengatakan apapun.

"Kenyataannya, saya memang masih asing dengan anda. "
Akhirnya itu yang terucap dari mulutku. Memang begitulah keadaannya, aku tidak mungkin berbohong kepadanya. Dia akhirnya menyugar rambutnya dan tersenyum masam.
"Aku memang masih asing buatmu, tapi bisakah kita berteman?" Dia menatapku lagi, untuk sesaat netra kami bertemu, aku langsung mengalihkan tatapanku ke arah selimut yang masih menutupi sebagian tubuhku. Terlalu canggung.

"Bisakah katakan dimana Hendra dan kenapa saya bisa menikah dengan anda?"

Saat aku menyebut nama Hendra lagi, dia terlihat muram. Lalu dia merogoh saku celananya dan kini mengambil ponsel miliknya. Menggulir layar dengan jemarinya dan menunjukkan kepadaku.

" Hendra?"
Aku menatapnya dan dia menganggukkan  kepala saat menunjukkan foto Hendra dan seorang wanita sedang berpelukan mesra. Hatiku  terasa nyeri, kenapa Hendra menikah dengan wanita lain? Ada apa dengan pernikahanku selama 5 tahun ini? Kepalaku kembali terasa sakit, kupejamkan mata untuk mengurangi sakitnya.

"Ndis, lebih baik kamu istirahat lagi."
Aku menggelengkan kepala dan membuka mata. Pria tadi tampak khawatir.

"Saya perlu tahu semua cerita yang terjadi." Dia tampak tidak setuju, tapi kemudian akhirnya menganggukkan kepala.

******
Menangis. Hanya itulah yang bisa aku lakukan setelah mendengar semua cerita yang aku alami. Kenapa Hendra begitu kejam? Dia mengkhianatiku? Dan sepertinya apa yang terjadi padaku sungguh sangat menyedihkan. Menurut ceritanya, kecelakaan yang terjadi padaku juga disengaja. Sekarang pelakunya sedang diselidiki. Kenapa hidupku begitu rumit? Sekarang aku harus percaya dengan siapa?

"Kata Dokter, kamu sudah boleh pulang ke rumah tapi harus tetap terapi."

Aku hanya terdiam dan tidak menjawab. Entah aku juga harus melakukan apa kalau sudah pulang dan harus pulang ke mana? Ke rumah dia?

"Ndis, lihat aku."

Menghela nafas dan kini menatap matanya yang selalu membuatku tidak bisa bertahan. Rasanya, aku begitu malu ditatap olehnya. Alis tebalnya bertaut,
"Aku suamimu, mau tak mau kamu harus ikut denganku. Jangan pernah berpikiran untuk kembali ke rumah Hendra. Aku sudah menceritakan semuanya, jadi kamu tidak boleh ada rasa lagi dengan Hendra. Dia pria bre... "

"Iya, Mas iya. Sekarang siapa lagi yang harus aku ikutin selain kamu." Aku tiba-tiba histeris dan memotong pembicaraan nya. Kondisiku benar-benar labil. Kenyataan ini memukulku, menyakitiku dan hatiku merepih. Aku menangis terisak. Tidak tahu apa yang harus aku lakukan? Dan tiba-tiba dekapan itu membuat aku akhirnya melepaskan semuanya. Tangisku semakin keras seiring dengan pelukan tangannya yang makin membuat tubuhku masuk dalam kehangatan tubuhnya. Benarkah dia orang baik? Atau dia juga sama dengan Hendra? Hanya memanfaatkanku?

*****
Bersambung

Nggak suka cerita penuh teka teki? Aduh padahal penulis suka banget, jadi nikmatilah alurnya ya. Kalau mudah ditebak nggak asyik ah, yuk membaca sekalian ikut main tebak-tebakan... Ya ya ya...

Repihan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang