❤️4 Ada apa?

18.1K 3.1K 211
                                    

Aku tidak menyangka Abimanyu bisa semanis itu. Dia menemaniku semalaman, bahkan keesokan paginya dia masih menjagaku sampai akhirnya Maya menggantikannya. Aku sungguh merasa berterimakasih, bagaimanapun juga seperti menemukan seorang saudara yang selama ini tidak aku punya.

Maya meledekku sepanjang hari, mengatakan kalau Abimanyu menyukaiku. Tapi apakah hal itu ada? Aku tidak pernah percaya dengan cinta pada pandangan pertama. Yang aku tahu, cinta itu hanyalah refleksi dari kebiasaan seseorang atau kalau kata orang Jawa 'witing tresno jalaran Seko kulino' yang artinya cinta itu datang karena terbiasa. Itu tepat sekali, karena memang ada ungkapan tak kenal maka tak sayang.

Maka omong kosong kalau ada yang bilang love at first sight. Yang ada ya cuma nafsu. Misal bertemu cewek cantik pasti langsung terpesona, atau bertemu cowok ganteng langsung meleleh hati kita. Toh itu hanya fisik semata, tidak mungkin pertama kali bertemu kita akan mengetahui sifatnya. Orang yang sudah berpacaran lama saja, masih belum mengetahui semua sifat aslinya kok. Bukan curhat, hanya memang begitulah sistemnya berjalan.

Dulu, aku terlalu mencintai Hendra. Dulu aku terlalu naif, tapi begitu tahu sifat aslinya dari hari pertama menikah, misal dia mudah emosi kalau sedang tidak suka dengan sikapku, atau dia tidak suka dibangunkan pagi hari dan lebih memilih mengadu kepada mamanya kalau aku menyuruhnya hal yang tidak menyenangkan. Padahal, selama 5 tahun berpacaran, sekalipun dia tidak pernah marah kepadaku. Selalu mengalah.

Itu sudah menjadi bukti, kalau pertemuan pertama kita dengan lawan jenis tidak akan pernah menimbulkan percikan cinta. Maka, aku menyimpulkan sikap Abimanyu kepadaku karena merasa iba. Seorang janda yang jatuh sakit di saat putrinya juga terbaring sakit. Mungkin dia memang pria baik di dunia ini. Pria yang dengan polosnya mendedikasikan peduli kepada orang yang menderita.

Lalu, 3 hari berlalu dan Abimanyu tidak berkunjung lagi. Aku juga tidak mengharapkannya. Aku sudah berterimakasih dia sudah berbaik hati kemarin. Aku sudah boleh pulang dan rawat jalan. Selama 3 hari itu aku ingin menjenguk Ica di kamarnya, tapi selalu saja Hendra menghalangi. Yang membuat aku muak, dia menjadi lebih peduli kepadaku. Bahkan menjagaku dari pagi hingga malam. Katanya dia merasa aku perlu dirawat. Tapi aku tidak percaya sedikitpun pasti ada sesuatu yang disembunyikan. Dan benar saja, pagi ini, selang infusku sudah dilepas. Dokter memperbolehkan aku pulang siang nanti. Maka, aku langsung menuju kamar anak tempat Ica dirawat. Dan semuanya menjadi bencana.

"Maksud anda?"

"Maaf Bu, putri anda sudah sejak 2 hari lalu pulang. Ayahnya sendiri yang menjemput."

Rasanya semua runtuh di kepalaku. Aku terhuyung ke belakang. Hendra membohongiku. Dengan penuh emosi aku bergegas kembali ke kamar. Tepat saat Maya yang memang aku suruh menjemputku datang.

"Mbak, aku cariin dari kamar Ica?"

Dia menatapku dengan bingung saat aku tidak menjawab dan langsung mengambil ponselku. Aku segera mendial nomer ponsel Hendra.

Nada sambung membuatku tidak sabar. Tapi kemudian teleponku ditolak.

"Brengsek!"

Aku melempar ponselku ke atas ranjang. Maya membelalak melihat sikapku.

"Istighfar Mbak."

Aku memejamkan mata dan beristigfar. Aku sudah terlalu emosi saat ini.

"Ada apa?"

Maya duduk di sampingku sambil mengusap punggungku. Mencoba menenangkan ku.

"Ica May. Ica dibawa pulang ayahnya sejak dua hari lalu. Pantas saja aku tidak pernah boleh menjenguknya."

Maya membelalakkan mata mendengar ucapanku.

"Dua hari lalu pas saya ndak boleh ke sini kan Mbak?"

Repihan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang