Kepercayaan

4.7K 892 139
                                    

Langit harus bertahan hidup dengan apa adanya. Ia tak punya identitas untuk melamar kerja. Jadilah ia ikut Mas Parmin bantu-bantu di pasar terdekat. Langit harus mengumpulkan uang untuk menjalankan rencana. Selain itu dia harus memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Tidak enak jika bergantung pada keluarga Mas Parmin sepenuhnya. Apalagi mereka hanya sebatas tetangga dulu, bukan saudara. Walau mereka sangat baik, tetap saja Langit harus tahu diri. Dia yang biasa berjuang dulu, harus kembali berjuang demi bertemu dengan keluarganya.

Tubuhnya masih belum normal seperti dulu. Kadang membawa uang receh untuk kembalian saja masih sering lepas dari genggaman. Meski begitu, Langit masih berusaha kuat. Perlahan dia mulai membaik.

Dia bersyukur setidaknya dia masih bisa aman. Tak ada orang yang mencarinya beberapa hari ini. Langit selalu memikirkan cara setiap malam. Ia mencoba mengingat apa saja yang Biru sering ceritakan padanya. Pasti ada jalan untuk menemukan Biru. Walau Langit tahu bagaimana petugas keamanan keluarga itu hingga sulit untuk menembusnya. Belum lagi beberapa di antara mereka pasti tidak akan membiarkan Langit dan Biru bertemu.

"La, mau pulang? Sudah jam lima. Biar Wawan saja yang beresin semua," tawar Bu Romlah, pemilik toko baju anak tempat Langit bekerja di pasar. Pasar itu memang ramai. Ada beberapa los pasar yang saling berbaris. Los tempat Langit kerja hanya berukuran dua kali tiga meter. Ada banyak kerudung yang dipajang di dindingnya dan dua rak sebagai batas los dengan jalan di sisi depan dan kiri. Sementara sisi kanan langsung berbatasan dengan dinding los sebelah pun sisi belakang.

Langit mengangguk. Ia lekas membereskan barangnya ke dalam tas. Tas itu ia dapatkan dari Mbak Surtini yang sudah tak terpakai. Langit juga mendapat sumbangan pakaian dari tetangga. Enaknya tinggal di kampung adalah sikap warganya yang ramah dan baik. Jiwa sosial mereka pun masih tinggi. Karena itu, saat salah satu ada yang meminta bantuan, yang lain akan menolong dengan senang hati. Bu Romlah datang memberikan amplop pada Langit.

"Ini bayaran kamu untuk minggu ini. Kamu minta dibayar setiap minggu, kan?" jelas Bu Romlah.

"Makasih banget, Bu. Iya, Langit sangat butuh, nggak enak kalau terus numpang di Mas Parmin dan Mbak Sur. Mudah-mudahan ini bisa mengganti biaya yang mereka keluarkan untuk menampungku di rumahnya," ucap Langit. Ia langsung pamitan.

Langit berjalan di lorong antara los-los pasar. Jam segini pasar sepi. Lain kalau waktu siang. Tiba di depan jalan keluar Langit menengok ke sisi kanan dan kiri. Ia berusaha untuk melihat barang kali ada orang yang memcurigakan. Setelah yakin aman, ia kembali berjalan ke trotoar.

Bukannya langsung pulang, Langit lekas mencari warnet terdekat. Ia ingat sebuah tagar yang Biru ciptakan untuk berhubungan dengan David dulu. Biru pernah menceritakan tentang tagar itu dan masih mengingatnya. Bagimana pun Langit orang yang cerdas dan pintar walau tak sepintar Biru. Dari SD dia sering mendapat peringkat tinggi dan beasiswa. Semalaman itu solusi yang Langit pilih untuk bisa menghubungi Biru. Karena Langit anggap itu paling aman dibanding harus pergi ke perusahaan Bamantara. Langit harap tagar itu masih sering dicek oleh Biru.

Dalam perjalanannya, Langit tiba di toko elektronik. Dari layar televisi yang dipajang toko itu, ia melihat berita selebriti. Langit tertegun.

Intip, yuk! Bagaimana selera fashion Chairman Bamantara Grouph dan istrinya. Banyu Biru Bamantara sering mengenakan pakaian kasual bahkan saat sedang memimpin perusahaannya. Begitu juga Nila Bamantara, perempuan cantik itu terlihat elegan saat menghadiri pesta ulang tahun salah satu sosialita kaya di Malaysia.

Jemari Langit meremas tali tas selempangnya. Pria yang ia miliki sudah dimiliki wanita lain. Langit tak marah, ia hanya sedih. Bukan salah Biru karena pasti semua orang menganggap Langit telah tiada. Tidak heran kalau mungkin Biru ditekan untuk menikah lagi. Apalagi Langit tahu bagaimana sikap Papa mertuanya.

"Dia berhak bahagia. Sejak awal aku memang bukan untuknya. Aku hanya datang dan pergi," ucap Langit sedih sambil mengusap kaca toko eletronik. Hatinya sakit hingga terasa nyeri saat menelan ludah.

Langit berbalik sambil menarik napas panjang. Ia hendak melangkah pulang tak jadi melakukan rencananya. Ia pikir keberadaan ia kembali hanya akan menghancurkan hidup Biru yang sudah terbangun. Iya, sudah lima tahun dan pasti semua orang sudah terbiasa hidup tanpanya. Untung saja pandangan Langit  terkunci akan sesuatu.

Wanita itu kembali berbalik. Ia perhatikan layar baik-baik menunggu foto Biru yang pas. Benar saja, menunggu lama dan ia menemukan sebuah petunjuk. Langit menutup mulutnya. Mata itu terbelalak. Seketika perasaannya kembali melambung senang.

"Ya Allah, suamiku," ucap Langit meneteskan air mata.

Meski hanya sekilas ia tahu cincin yang tersemat di jari Biru adalah cincin pernikahan mereka. Jika Biru memang sudah melupakannya, pasti ia sudah ganti cincin itu dengan cincin baru. Iya, itu cincin pernikahan yang Langit sematkan di jemari Biru.

Lekas wanita yang memakai daster hijau itu pergi ke warnet. Ia sewa bilik yang masih kosong. Langit mendaftar akun twitter baru dengan menggunakan nama Parikesit, tokoh wayang kesukaan Biru. Itu menjadi petunjuk yang pasti Biru akan mudah kenali. 

Ia mencari sebuah artikel yang memberikan petunjuk. Itu tentang seorang pria yang disangka telah meninggal, tapi kembali beberapa tahun kemudian akibat salah identifikasi jenazah.

Artikel itu linknya Langit kirim dengan hastag yang biasa David gunakan. Ia harap mereka bisa peka atas kode dari Langit. Tentu ia tak bisa menyatakan diri masih hidup takut yang menemukan itu justru musuh Biru.

"Aa, kumohon baca ini. Beri aku jawaban kalau kamu membacanya. Aku pasti kirim petunjuk berikutnya," ucap Langit. Dia berdoa agar usahanya itu berhasil. Walau Langit tak yakin benar.

Tangannya terasa dingin dan bergetar. Meski begitu, Langit teguh pada pemikirannya. "Aku percaya kamu mencintaiku. Aku percaya kamu nggak akan gantikan aku dengan siapapun. Kamu juga harus percaya kalau aku masih hidup." Langit mencari foto-foto suaminya di mesin pencarian. Di sana semakin jelas Langit melihat cincin di tangan Biru. Langit usap layar komputer sambil tersenyum.

Tak ingin menghabiskan waktu lama, Langit lekas meninggalkan warnet itu. Seterusnya ia akan menggunakan komputer yang sama dibilik yang sama juga jam yang sama agar Biru bisa lebih mudah menemukannya. "Aku yakin kamu pasti bisa melacak IP komputernya."

Langit percaya karena suaminya bukan pria biasa. Biru pasti akan menemukannya. Langit hanya perlu menunggu hingga ia dan Biru dipertemukan. Suatu hari nanti pintu pasti akan terbuka. Jika memang mereka berjodoh, mereka tak akan mungkin terpisah selamanya. Langit telah dikembalikan, pasti itu alasan karena Tuhan akan mempertemukan jodoh walau manusia berusaha memisahkan.

🌱🌱🌱

Menabok yang bilang ini kayak sinetron. 💃💃

http://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4738710/pria-yang-dikabarkan-meninggal-tiba-tiba-pulang-ke-rumah-ini-penjelasannya

Bride Of The Heir 2 (Season 2 Mr Tajir Jatuh Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang