Dua Pelaku Berbeda

4.9K 1.1K 168
                                    

FLASHBACK

Jauh sebelum Langit kembali pada Biru, rumah sakit umum milik keluarga Bamantara mengalami guncangan besar. Seorang wanita yang mengalami depresi hilang dan terekam CCTV kabur dari lingkungan rumah sakit. Padahal wanita itu sempat membuat keributan dengan membakar salah satu bangsal dan menyerang petugas. Tentu kaburnya wanita itu mencoreng nama rumah sakit yang selama ini dikenal dengan sistemnya yang baik.

Surya dan Nindy sedang menikmati saat-saat tenang dalam hidup mereka. Bertemankan musik dari piringan hitam, segelas wine serta makanan mewah buatan koki pribadi, makan malam terasa romantis. Di dekat sebuah kolam renang yang memantulkan cahaya lampu, keduanya merasa seperti pengantin baru.

Sejak Biru meninggalkan rumah Bamantara, mereka turut pindah ke rumah sendiri. Jelas Nila dan Nindy tak pernah akur. Apalagi Nindy dan Surya sangat mendukung Biru. Tentu dengan tanda kutip dalam hal itu. Mereka hanya butuh Biru untuk melawan apa yang mereka tak bisa lawan. Melihat bagaimana Biru mulai bergerak, mereka seperti pemimpin yang sebenarnya karena hanya memantau dan menikmati hasil.

"Biru sudah menemukan bukti kejahatan Papaku?" Nindy memulai percakapan di antara hidangan utama mereka. Terlihat senyumannya begitu puas.

"Dia hanya bilang semuanya akan berakhir lebih cepat. Aku memberikan rekaman saat orang kita mengikuti Biru waktu itu pada sekretarisnya." Surya lalu meneguk air putih dalam gelas bening di samping piring. Mereka sudah memberikan Biru secuil jalan untuk mengalahkan musuh mereka.

"Apa dia tak curiga jika saat kejadian itu orang kita mengikuti mereka? Maksudku, Biru bisa saja curiga kalau kita sudah tahu kejadian itu akan terjadi dan marah karena kita tak memberitahunya." Nindy menggeser kursinya untuk menemukan posisi yang lebih nyaman. Wanita itu selalu terlihat anggun. Dengan gaun hitam dan kalung berlian di lehernya, aura Nindy semakin bersinar.

Surya menggeleng. "Dia percaya pada kita karena memiliki tujuan yang sama ... Marga. Lagipula aku sebutkan itu rekaman dashboard mobil milik orang lain. Dia tak sepintar yang kita pikirkan. Harusnya dia tahu siapa yang kita simpan untuk menjatuhkannya suatu hari nanti." Surya tertawa. Matanya menatap ke arah kolam. "Malang sekali nasib adikku itu," tambah Surya.

Senyum Nindy terlihat puas. Matanya bermain sambil menatap Surya. "Dia sangat mencintai istrinya. Aku yakin demi wanita itu, dia akan rela memberikan seluruh sahamnya padamu dan kita akan mengusai Grup Bamantara. Cinta memang jahat. Apalagi bagi pria bodoh seperti dia. Demi wanita kampung begitu," ledek Nindy.

Malam itu mereka berdua tertawa di atas kesulitan Biru. Sebagai Kakak, Surya pun sama sekali hilang rasa pada adiknya. Adik yang harusnya ia sayangi dan lindungi malah ia gunakan senjata utama melawan musuhnya.

Kesenangan itu berakhir ketika pihak rumah sakit menelpon dan memberitahu keadaan yang sebenarnya. "Apa? Bagaimana bisa?" tanya Suray dengan suara tinggi.

"Kami sedang menangani pasien yang membakar bangsal, Pak. Namun, tak disangka 'Ratu' melarikan diri," cerita salah satu direktur rumah sakit."

Surya kesal hingga mengambil gelas dan melemparnya ke lantai. "Dia itu sedang koma, mana mungkin bisa dia sadar tanpa sepengetahuan kalian? Apa yang dilakukan dokter di sana? Apa mereka tidak tahu jika pasien mereka sadar?" omel Surya. Napasnya terdengar cepat.

Nindy mendengarkan percakapan itu walau hanya dari suara Surya karena dia tak bisa mendengar ucapan orang di telpon. "Sekarang di mana wanita itu?" tanya Surya.

"Masalah lagi?" tanya Nindy kesal.

"Dia meninggal, Pak. Dia bunuh diri dengan melompat dari lantai atas."

Mendengar itu, Surya langsung merasa lemas. Ia memegangi dadanya yang mendadak sesak. "Tunggu aku di sana! Kalian harus membayar semua ini!" omel Surya.

"Ada apa?" tanya Nindy dengan nada khawatir. Ia berdiri dan memegang bahu suaminya.

"Kita ke rumah sakit sekarang. Ada masalah besar. Gawat ini kalau sampai Biru tahu semuanya!" tegas Surya.

Saat itu juga mereka berangkat menuju rumah sakit. Nindy dan Surya duduk di kursi belakang. Akibat terkejut, Surya merasa tubuhnya melemah sehingga tak bisa membawa mobil sendiri. Meski begitu, ia tetap bertahan untuk menuntaskan masalah sebelum ada yang membocorkannya pada Biru.

"Santailah, jangan terlalu kepikiran. Ingat kesehatanmu," saran Nindy yang tidak diindahkan Surya.

"Bercanda? Rencana kita bisa gagal karena ini. Kalau wanita itu mati, bagaimana kita bisa merebut kekuasaan dari Biru, hah?" bentak Surya.

"Dengar, apa kamu lupa? Biru memiliki sesuatu yang berharga seperti istrinya. Minara," tegas Nindy. Surya seketika mulai tenang. "Kita tenangkan diri dan lekas perbaiki ini dengan cepat sebelum Biru tahu. Selanjutnya, biar kita pikirkan lagi bagaimana caranya merebut Minara setelah rencana ini selesai."

Tiba di rumah sakit, para perawat, dokter dan penjaga malam itu terkena omelan pasangan suami istri ini. Mereka dikumpulkan di sebuah ruangan rahasia.

"Apa kalian sadar dengan apa yang kalian lakukan? Menjaga satu wanita saja tidak becus!" bentak Surya. Wajahnya memerah. Ia perhatikan satu per satu petugas malam itu.

Nindy duduk dengan hati gusar sementara Surya berkacak pinggang sambil menunjuk orang dalam rumah sakit satu per satu. "Hancur sudah harapanku menguasai Bamantara! Semua ini salah kalian. Tentu semua ini harus kalian bayar!" tunjuk Surya.

"Maaf, Pak. Bagaimana dengan jenazah wanita itu?" tanya seorang perawat.

"Lekas singkirkan. Jangan sampai meninggalkan jejak. Kalau sampai adikku tahu dan mengenali itu jenazah istrinya, ia bisa saja melenyapkanku!" titah Surya.

"Wajahnya tak bisa dikenali, Pak. Beberapa bagian tubuhnya hancur."

Surya di sana merasa sedikit lega. Hanya masalahnya bukan itu. Akhirnya dibanding menginvestigasi masalah malam itu, Surya lebih fokus untuk menghilangkan bukti keberadaan Langit selama lima tahun di sana. Apalagi perempuan yang ia sangka Langit jatuh di depan banyak orang dan videonya menyebar.

Tiba-tiba muncul ide dalam pikirannya. "Wanita depresi yang kabur itu sudah ditemukan?" tanya Surya.

Perawat itu menggeleng. "Keluarganya menuntut kita untuk menemukan wanita itu. Besok kami akan melakukan pencarian dengan menyebar sketsa dan membuat laporan ke kepolisian."

Surya menolak. "Jangan! Kita umumkan saja jika jenazahnya adalah wanita itu. Kita butuh kambing hitam. Mereka tak akan meminta visum karena tahu keadaan putri mereka."

"Anda benar, Pak. Dia sudah melakukan percobaan bunuh diri berkali-kali."

"Berikan santunan agar mereka tak curiga. Pokoknya jangan sampai berita ini terdengar telinga adikku. Lakukan serapi mungkin. Tetap cari wanita itu tanpa bantuan polisi dan jika ketemu lenyapkan. Jangan sampai ada yang tahu dia masih hidup."

Syaila menjadi orang paling beruntung atas kejadian itu. Ia tak diperiksa atas keterlibatannya. Surya benar-benar sudah kelimpungan untuk menyembunyikan kejahatannya dari Biru.

Sayang takdir berkata lain. Jelas tak akan bisa staff Surya menemukan Elina, apalagi menggunakan foto wanita itu. Dan Elina dimakamkan sebagai dirinya sendiri sementara Langit berhasil pulang ke pelukan Biru.

🌱🌱🌱

Bride Of The Heir 2 (Season 2 Mr Tajir Jatuh Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang