Saksi Hidup

5.5K 1.1K 210
                                    

"Biru?" Wajahnya terbelalak melihat seseorang di depannya kini.

Iya, bagaimana Tantri tak terkejut bukan main. Sedang berjalan menuju parkiran di sebuah restoran, ia tiba-tiba diseret beberapa pria dan dipaksa masuk ke dalam mobil. Perempuan itu sempat mencoba meloloskan diri. Hanya dia kalah jumlah juga tenaga. Tak ada seorang pun di parkiran itu. Bahkan pihak keamanan mall pun bingung karena CCTV tiba-tiba tak bekerja hingga mereka sibuk di ruang pemantauan.

Tantri ketakutan luar biasa. Wanita itu bahkan tak bisa berteriak akibat mulutnya ditutup. Ia hanya bisa pasrah ikut walau sudah ada bayangan akan kematian dalam pikiran.

Sepanjang perjalanan, matanya ditutup. Tantri dituntun menuju tempat tak tahu di mana hingga dipaksa duduk dan diikat lengan juga kakinya. Menunggu beberapa lama, penutup matanya dibuka dan ia kaget melihat Biru ada di depan mata. Pria itu justru terlihat santai bertemu dengan Tantri.

"Kamu mau apa?" tanya Tantri dengan suara gemetar. Dalam pikirannya kalut marut. Pantas jika ketakutan begitu mendekap karena seingat dia, anak tirinya ini sangat membencinya. Bahkan selama bertahun-tahun Tantri selalu membuat Biru dijauhi ayah dan kakaknya. Tantri pikir, pasti Biru akan membalaskan dendamnya selama bertahun-tahun itu. Apalagi sekarang posisi Biru sedang berada di atas awan. Dia bisa memerintah siapa saja yang ada di bawah nama Bamantara. Bukan hal sulit bagi Biru untuk melenyapkan ibu tirinya.

Terlihat David datang membawa sebuah kursi yang berhadapan dengan Tantri. Di sana, Biru duduk. Tantri tak berani menatap mata Biru yang menghujam tajam ke arahnya. Selama ini Tantri tak pernah takut akan anak tirinya itu. Siapa sangka posisi mereka kini terbalik. Tak ada Angga yang bisa melindunginya seperti dulu. Bahkan Surya pun tidak bisa berkutik di depan Biru sekarang.

"Untuk apa bertanya alasanku membawamu ke sini. Jelas jawabannya bukan untuk melamarmu." Biru terlihat begitu santai. Ia bahkan tersenyum meremehkan Tantri.

"Kamu kenal Wili, kan? Tahu juga hubungannya dengan ibuku apa. Kamu menghubunginya belasan tahu lalu," ungkap Biru.

Bibir Tantri mencoba mengatup, hanya getaran tubuhnya membuat bibir ikut gemetar. Bola matanya bergerak liar. Ekspresi yang semakin menunjukan pada Biru jika apa yang ia tanyakan benar. Pasti Tantri tahu banyak hal dan ada sesuatu yang membuatnya bisa menyimpan apa yang ia ketahui dengan rapat. Bahkan mungkin Angga sendiri tidak tahu seberapa tahunya Tantri akan masalah ini.

"Kasus kematian Wili sedang diungkap polisi. Memang sudah lebih dari sepuluh tahun, tapi aku membukanya lagi. Karena bukti dan salah satunya mengarah padamu." Telunjuk Biru menunjuk Tantri. Meski kasus itu sudah ditutup, selama ada yang menemukan bukti utama dan bisa menunjukan mempermudah penyelidikan, polisi bisa kembali mengusut masalah itu.

Pria itu bersandar pada sandaran kursi. Ia berhenti bicara dan membiarkan Tantri semakin pucat. "Bisa saja kamu yang jadi pelaku utama pembunuhan Wili," tuduh Biru. Ia senang membuat Tantri semakin tersudut.

Tantri mulai gundah. Ia ditekan oleh rasa takut dari dua kutub yang berbeda. "Bukan aku. Kamu tahu dari mana aku pernah menghubungi Wili?" kilah Tantri. Suaranya begitu tinggi membentak Biru.

"Riwayat panggilan ke ponsel Wili dan kepemilikan nomor itu atas namamu." Biru memainkan sebuah boneka dinosaurus kecil di tangan yang ia dapatkan dari saku.  Tantri selalu merasa kesal setiap Biru mempermainkannya seperti ini. Sikap jahil pria itu membuatnya sakit kepala bahkan sejak dia dibawa pulang ke rumah Angga, Biru adalah musuh utama bagi Tantri bahkan sejak dulu. 

"Aku tak menghubungi dia selain mengatakan jika Angga kembali padaku dan dia bisa mendapatkan Mira," jawab Tantri merasa terdesak. Ia masih menahan fakta lain yang tak bisa ia ungkap demi keamanan dirinya.

"Yakin? Aku beri dua pilihan, bicara atau mati seperti Wili? Tahu bagaimana Wili mati?" ancam Biru memancing sikap Tantri.

Mata Tantri terbelalak. Ia semakin ciut. "Kau mau meledakanku?"

Biru menutup mulut dengan kedua tangannya. Ia pura-pura kaget mendengar pengakuan Tantri. "Kamu tahu Wili diledakan?" tanya Biru dengan ekspresi berlebihan.

Matilah sudah Tantri. Ia tak bisa menahan mulutnya. Biru sukses mempermaikan pikirannya. Di sini posisinya semakin tertekan. Tanpa disadari Tantri sudah mengakui jika dirinya terlibat dalam peristiwa itu. Terlihat jelas wajah Tantri yang semakin pucat.

"Aku pikir kamu hanya menghubungi Wili jika kamu kembali pada Papaku, tapi kamu tahu dia mati diledakan. Apa setelah diledakan arwahnya menghubungimu? Atau mungkin kamu dan Wili punya ikatan batin, jadi kamu bisa merasakan apa yang terjadi padanya?" Biru semakin menjadi melede Tantri. Jauh dalam hati pria itu semakin benci pada ibu tirinya. Wanita yang kini semakin jelas menjadi penyebab kematian ibunya.

Biru mengusap-usap dagunya. Dengan bertopang kaki, ia terus bermain kata. "Kamu punya indra keenam? Jangan-jangan kamu bisa bicara dengan istriku. Malah kamu tahu bagaimana caranya istriku dibunuh. Apa ia bilang kalau mobilnya didorong hingga masuk ke sungai?" Biru semakin mendesak Tantri untuk mengungkap semuanya.

"Mana aku tahu! Aku nggak tahu apa-apa, Ru. Aku tahu kamu dendam karena istrimu, tapi sumpah demi Tuhan aku nggak tahu apa-apa." Tantri semakin bergetar akibat takut. Dia kini hanya bisa menghitung kapan Biru murka dan melenyapkannya.

Terasa lemas tubuh Tantri hingga ke lutut. Ia bahkan merasakan kerongkongannya kering dan jantungnya memompa lebih cepat. Air matanya mulai menetes. Kini dia tak punya tempat untuk meminta pertolongan.

"Iya, memang kamu nggak tahu apa-apa. Apa tahu apa-apa. Hanya kamu sudah sampai ke sini. Jika dikembalikan mungkin kamu mengadu pada polisi. Tahu boneka ini dalamnya apa? Dia bisa meledak." Semakin pintar Biru memposisikan Tantri dalam ketakutan. Satu yang Biru pegang, semakin ketakutan, Tantri semakin terbuka mulutnya.

Ini mungkin pertama kalinya dalam hidup, Tantri merasa seram melihat sebuah boneka T-rex kecil berwarna hijau. Mata Tantri bahkan tak bisa berpindah dari benda itu. Setiap kali Biru menggerakan boneka itu, jantung Tantri semakin cepat memompa darah dan adrenalin seakan bergejolak dalam tubuh.

"Aku informasikan satu hal lagi. Meninggalnya Bos Antakusuma, penyelundupan tekstil impor, pencurian data, pembelian senjata ilegal. Semua itu kasus keluarga Marga yang sedang diselidiki polisi. Bukan Marga saja, koleganya akan terciduk. Kamu nggak akan selamat dariku."

"Haris yang menyuruhku. Dia menyuruhku menghubungi Wili untuk mendekati Mira lagi. Dia bilang akan membantuku kembali lagi pada Angga. Apa itu salah? Sejak awal Angga itu milikku, ibumu saja yang hadir di antara kami. Bukannya posisi di sini ibumu adalah pelakornya?"

Biru menjatuhkan bonekanya. Seketika Tantri berteriak kaget sampai menutup mata. Saat membuka matanya, ia lega karena benda itu tak meledak.

"Itu hanya boneka biasa. O-o, kau kena!" ledek Biru sambil tertawa.

🌱🌱🌱

Bride Of The Heir 2 (Season 2 Mr Tajir Jatuh Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang