David hadir di rumah Biru malam itu. Ia baru datang di antara tamu lain yang hadir untuk merayakan perjuangan mereka. Di halaman rumah Biru, sungguh ramai sekali.
Ayu sedang mengajak ngobrol Shandy. Putra Randy dan Sarah itu kini baru belajar berjalan. Wangi pembakaran daging tercium hingga tempat mereka kini tengah duduk.
"Kalau ingat kumpul begini, jadi ingat waktu dulu lagi hamil Ara." Waktu itu mereka memang sempat baberque party di rumah Miki.
"Waktu itu aku sama Randy masih PDKT. Nggak terasa, ya? Kayaknya baru kemarin, lho!" timpal Sarah.
Minara selalu sibuk dengan pakaiannya. Malam ini saja ia memakai blazer hingga sepatu boot sedikit di atas mata kaki. Dingin katanya. Langit biarkan saja. Mungkin memang karena otak kreatif Ara, ia senang mencoba banyak barang fashion.
"Waktu itu Biru belum hafal surat Ad Dhuha. Sekarang sudah hafal satu juz amma. Paling nggak, dia kalau imamin salat nggak konyol kayak dulu. Bisa mengkondisikan keadaan. Kasihan nenek-nenek yang ikut berjamaah nungguin dia baca surat An Nazi'at," balas Rolan sambil berjalan membawa piring berisi daging yang ia simpan di atas meja.
"Sekarang Ara sudah segede gini, tapi Oomnya masih jomlo saja," ledek Randy. Jelas itu hantaman terbesar bagi Miki dan Roland.
"Itu takdir, woy. Mana mungkin aku bisa melawan," alasan Rolan.
"Inget, Bro. Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, tanpa kaum itu merubah nasibnya sendiri," ceramah Biru.
Rolan tak mampu berkata-kata lagi. Ia hanya menerima nasibnya. Jadi jomlo di antara teman yang sudah menikah memang menyakitkan.
"Dengar kawan. Bukannya aku tak berjuang merubah nasib. Hanya saja mencari wanita baik itu seperti mencari jarum ditumpukan jerami. Contoh saja David, kurang apa coba? Ganteng dan mulus kayak panci masih dalam dus, masih jomlo. Apalagi aku yang kayak panci gosong." Miki bisa saja membuat alasan.
Sedang orang yang ia sebut hanya senyum. David selalu tak tertarik dengan keramaian. Sebenarnya ia sedari tadi ingin bicara, hanya terus tertahan akibat orang lain mencuri start lebih dulu.
"Jodoh itu cerminan diri, Ki. Kalau kamu nggak berubah jadi baik, mana bisa dapat calon yang baik," ralat Sarah.
"Buktinya Biru dapetin Langit. Bukti yang Astaghfirullah bisa bersatu dengan Subhanallah," kilahnya hingga membuat daun telinganya dijewer Biru.
Merasa diacuhkan, akhirnya David mengangkat sebelah tangan. Syukurlah, semua orang di sana menatap ke arahnya.
"Itu, aku sudah bicarakan ini dengan Tuan Biru. Mulai besok tugasku akan diambil alih Bang Roni. Aku akan pulang ke Hongkong minggu depan," ungkap David.
Biru hanya mengangguk. Sedang yang lainnya terkejut mendengar itu.
"Kenapa, Vid. Kamu masuk belakangan di novel ini, kenapa keluar duluan? Nggak adil!" protes Rolan.
"Kesehatan Papaku sedang terganggu. Mau tidak mau aku harus menjalankan perusahaan kami sementara waktu hingga ia pulih," jelasnya.
"Perusahaan?" tanya Randy bingung.
"Iya. Papanya David itu pemilik perusahaan jasa keuangan di Hongkong. Papanya masuk daftar 100 orang terkaya di Asia," jelas Biru.
Membeku sudah semua orang yang ada di sana. "Maksudnya Papamu punya perusahaan sebesar itu dan kamu malah mau jadi sekretaris Biru?" tanya Randy meminta penjelasan.
"Karena kasusnya menyenangkan," jawab David mudah.
Biru terkekeh. "Dia bukan David. Nama aslinya Damier Lau," ungkap Biru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bride Of The Heir 2 (Season 2 Mr Tajir Jatuh Cinta)
RomanceSeason ke 2 Mr. tajir Jatuh cinta Apapun itu, aku akan terjang asal bisa bertemu dengan kamu lagi.