Mati?

5.9K 1.3K 264
                                    

Rapat umum pemegang saham dilaksanakan di ballroom silvertown. Tak ada yang menduga hampir seluruh pemegang saham hadir. Ballroom milik Bamantara Group memang besar hingga bisa menampung ratusan orang. Letaknya berada di lantai satu. Memang ada dua ballroom yang bisa digunakan untuk kepentingan berbeda. Ballroom paling kecil ada di lantai dua. Dengan hadirnya seluruh pemegang saham dan rata-rata mendukung Biru, kemungkinan rencana akan berhasil untuk memecat tiga pimpinan perusahaan terbesar di tubuh Grup Bamantara.

Pemilihan suara dimulai. Baik Haris, Pier dan Surya tak menyangka mereka akan duduk menjadi kandidat yang dilengserkan. Kini mereka tak tahu lagi mana kawan dan lawan karena sebagian sudah Biru rebut. Mereka hanya bisa berharap rencana mereka ke depan akan berhasil walau sudah tak berada di dalam tubuh perusahaan. Satu per satu pemilik saham memberikan suara. Saat voting ditutup dan perhitungan suara dimulai, semua orang tak sabar menunggu hasil.

Baik Haris dan Surya menatap Biru dengan tajam. Haris sudah tahu pasti, hanya Surya kaget tiba-tiba terkena serangan. Ia pikir sudah aman setelah menutupi kejahatannya selama lima tahun ini. Ternyata Biru masih saja membidiknya. Sejak tadi matanya tak bisa berhenti menatap adiknya dengan tajam.

Nindy sama kesalnya. Dia duduk tak jauh dari suaminya. "Sial! Apa yang dia rencanakan sebenarnya? Kenapa Surya ikut-ikutan jadi korban." Mata Nindy melirik ke arah Papanya.

"Apa dia berniat menjadi Surya tumbal untuk menumbangkan Papa? Tapi hubungannya apa?" Nindy memijiti kepala saking pusingnya mencari benang dari rencana Biru. Bahkan ia dan Surya tak diberi tahu tentang hal ini.

Nindy ambil ponsel dan lekas mengirim pesan pada suaminya. Adikmu akan melakukan apa? tanya Nindy.

Kalau aku tahu, aku tidak akan panik. Kamu yakin di rumah sakit tidak ada pengkhianat?

Kesal, Nindy kembali mengunci ponselnya. Kakinya mengetuk-ngetuk ke lantai ballroom. Tak jauh darinya terdengar beberapa orang berbincang.

"Ini baru pertama kali terjadi, pimpinan Bamantara mencoba melengserkan keluarga Marga yang menjadi salah satu tetua di perusahaan kita."

"Masalah yang Marga berikan bagi perusahaan memanh sangat serius. Keputusan Chairman justru akan menguntungkan kita dan menjadi lahan bagi keluarga lain berkuasa."

"Iya, tapi orang-orang itu adalah mertua dan Kakak kandungnya sendiri. Ini akan menjadi rumor hingga ke luar perusahaan. Sedikitnya kita akan terguncang."

"Kita tunggu saja setelah hasil voting diumumkan."

Seluruh voting telah dibacakan. Hasilnya, tujuh puluh persen pemegang saham yang hadir setuju dengan pemecatan. Haris berang karena hampir seluruh koleganya kini menyerang dirinya. Dia seperti ekor cecak yang diputus untuk mengelabui predator. Sedang cecaknya lari untuk menyembunyikan diri.

Biru naik ke podium untuk memberikan pengumuman hasil voting secara resmi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Biru naik ke podium untuk memberikan pengumuman hasil voting secara resmi. Walau masih butuh waktu mereka benar-benar mundur sampai pengganti mereka ditetapkan. Pria itu memakai tuxedo abu-abu tua dan dasi berwarna abu-abu muda. Dengan rambut yang ditata rapi menggunakan jel rambut, Biru terlihat gagah. Ia benar-benar jauh berbeda dengan penampilannya waktu remaja dulu.

Dalam jarak kurang dari dua kilo meter sudah ada yang bersiap melesatkan peluru ke arah tubuh Biru. Samping kanan tempat ia berdiri kira-kira jarak dua belas meter adalah jendela kaca menuju lingkungan luar yang berhadapan dengan banyak gedung yang memiliki rooftop saling berhadapan.

Sebuah senjata laras panjang yang bisa melesatkan peluru jarak jauh berdiri dengan gagah di pinggir rooftop. Pria itu duduk sambil sedikit menunduk menempatkan matanya pada telescop untuk meyakinkan bidikannya tepat.

Biru masih dengan santai mengucapkan pidato dan memberikan keputusan akhir. "Sebelum saya menutup rapat ini, saya ingin mengucapkan terima kasih atas  pengabdian kalian selama ini untuk Bamantara Grouph. Bagaimana pun, kalian sudah bekerja keras untuk kami selama ini. Walau di balik kerja keras kalian, ada uang perusahaan yang ikut lari. Aku harap ini akan jadi bahan pembelajaran ke depannya, bagi pelaku juga pejabat perusahaan yang lain untuk tidak melakukan kesalahan yang sama. Karena selamanya kejahatan tak bisa terus disembunyikan. Bau bangkai pasti akan tercium juga."

Senyum Biru seolah terlihat meremehkan di mata ketiga pimpinan itu. Haris memalingkan wajah. Ia tersenyum. "Harusnya aku yang mengucapkan perpisahan padamu hari ini," batin Haris. Dia menatap ke luar jendela, seolah menunggu waktu kapan Biru akan mati di depan matanya.

Tepat ketika Biru akan menutup rapat umum, saat itu peluru akan melesat menuju jantungnya dalam waktu beberapa detik. Bagian fatal yang akan membunuh saat itu juga. Semua terjadi dalam pikiran Haris yang dendam atas apa yang terjadi hari ini.

Sayang, sebelum detik nyawa Biru lenyap, suruhan Haris ditodong pistol tepat di kepala. Pria itu tercengang hingga melepaskan tangan dari senjatanya. Ia lekas diamankan dengan diborgol, begitu pula dengan senjatanya. Dia diseret agar jauh dari senjata dan digeledah, takut membawa senjata lain yang bisa membahayakan petugas.

"Sesuai alat bukti yang kami temukan di TKP, anda diduga menggunakan senjata tanpa izin dan melakukan percobaan pembunuhan," ucap penyelidik.

Penyelidik menunjukkan surat perintah penangkapan dan juga identitasnya sebagai anggota kepolisian. Mereka juga mengambil gambar di TKP sebagai bukti. Barulah dengan sarung tangan, mereka menurunkan senjata dan mengemasnya untuk dijadikan barang bukti. Rooftop gedung itu dipasang police line.

Saat itu Haris kebingungan karena Biru masih baik-baik saja hingga turun dari podium. Biru malah melirik ke Haris sambil tersenyum lalu memberi isyarat tembakan dengan menyatukan telunjuk dan dari tengah dalam sudut 90° dengan jempol yang berdiri tegak. Seolah memberi syarat ia tahu rencana Haris. Tak lama Biru menggeleng dan menggerak-gerakan telunjuknya kemudian pergi.

Haris tertawa miris. Ia menatap pria yang menemuinya semalam. Pria itu tersenyum licik ke arahnya. "Sial! Aku dikhianati!" umpat Haris. Wajahnya geram, ingin memgumpat saat itu juga.

"Pria itu tertangkap?" tanya Biru sambil berjalan tergesa-gesa.

David mengangguk. "Bagaimana anda tahu ia akan berada di sana?" tanya David bingung.

"Kamu lupa memberikanku list senjata yang Haris selundupkan? Aku mengukur kemampuan peluru dan jarak yang pas," jelas Biru. Ia memberikan opsi tiga rooftop gedung dan ternyata salah satu ada yang tepat.

Biru dan David masih terus berjalan menuju kantor. "Kapan penangkapan akan dilakukan?"

Baru Biru bertanya, polisi sudah tiba di depan pintu dan berpapasan dengannya. Mereka saling menunduk tanda hormat.

Kedatangan polisi jelas membuat ballroom ramai. Apalagi ketika mereka menangkap Haris, Surya dan Pier. Ketiganya sempat membela diri, tapi tak mampu berkilah saat polisi mengungkap bukti.

"Kalian boleh meminta bantuan kuasa hukum. Hanya saat ini sebaiknya ikut kami untuk memberikan keterangan," tekan penyidik.

Biru dan David hanya bisa menikmati pemandangan itu dari pintu. Ini sudah berada di ujung perjalanan mereka

🌱🌱🌱

Bride Of The Heir 2 (Season 2 Mr Tajir Jatuh Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang