Seira langsung mandi wajib begitu sampai ke rumahnya, rumah dia sendiri, bukan rumah Denis itu.
"Astaga, najis! Najiiiiiissss!" racaunya sembari mengusap rambutnya dan bahunya dengan sabun mandi dan shampo hair and shoulder.
Memang ya, dari shampo saja mereka sudah berbeda, bagaimana mereka bisa bersama. Harusnya shampo mereka sama, jadi klop.
"Gue ganyangka..babang ganteng gasuka lubang..hiks..huaaaaaaaaaaa gue kan gapunya batang..hiks..MASA GUE HARUS KE THAILAND SUPAYA JADI LAKI-LAKI!!..hiks..ANDWAEEEEEEEEEE"
Setan di sudut kamar mandi bahkan menatap heran Seira yang berteriak tak terkendali.
Biasalah-setan2k21.
Seira berjongkok di bawah showernya, dia menangis tanpa sadar, traumanya kembali lagi setelah sekian lama. Trauma pada gay mendayu..menyeramkan sekali.
"Tidak..tidak.." bisiknya terus meracau.
Pasalnya, dulu Seira pernah berpacaran pada teman 1 kelasnya di SMA. Setahun tak ada masalah, tapi saat aniversarry mereka yang 1 tahun disanalah semua ketahuan.
"Zion..kamu.."
"Oh, Seira? Sedang apa kamu?"
"Kamu..kenapa, tunggu. Sedang apa kamu berada di bawah tubuh Bagas!?..d-dan..telanjang?"
"Oh ini, aku gay. Harusnya kamu sadar ini sedari dulu Sei. Aku suka pakaian wanita, aku gak terlihat tegas malah gemulai. Harusnya kamu sadar"
"Kita..putus. Aku gak sudi punya pacar kayak kamu!"
"Haruskah?"
"Dasar gila!!"
Seira meremat rambutnya kuat, sialan, kepalanya sangat sakit karena ingatan buruk itu kembali hadir. "Arghh..si..al"
Brugh!
Dibawah dinginnya air shower, Seira tergeletak lemah dengan hidung yang mengeluarkan darah.
*****
Hangat, dan nyaman. Seira membuka matanya dan melihat langit-langit kamarnya. Kenapa dia ada di kamar.
Cklek.
"Seira, kamu udah bangun?"
Seira menoleh dengan cepat dan memandang takut Denis yang masuk dengan kedua anaknya. "Mommy-"
"Pergi!! Gue gamau ketemu sama lo Denis!! PERGI LO!!" Teriaknya histeris serta ketakutan. Dia bangun dan memundurkan tubuhnya.
Dia takut, dia jijik dan geli sekaligus.
Membayangkan Denis yang tadi berada di bawah kungkungan gay bernama Gani tadi. Tanpa sadar Seira menangis "Hiks..pergi..hiks..gue gamau ketemu sama lo..hiks..gue geli Denis sumpah..hiks..jijik tau gak" lirihnya memelas.
Denis mengepalkan kedua tangannya, matanya memanas dan napasnya memberat. "Seira..tapi aku gak kayak Gani..aku masih normal Seira..hiks..buktinya aku-" ucapan Denis terhenti.
"Kenapa berhenti? Hiks..kenapa berhenti!?"
Denis menunduk, dia tak bisa mengatakan jika dia sudah mulai mencintai Seira. Pasti Seira akan menganggap perasaanya sebagai candaan.
Senyum getir terbentuk "Maaf..aku pulang aja. Kalau kamu uda baikan..jangan lupa balik ke rumah kita." ucap Denis pilu.
"Mommy, kami pulang ya" ujar Qiera sedih. Sayangnya Seira masih tak stabil dan tak mendengarkan ucapan Qiera.
"Aaaa.." Zeo ingin sekali memanggil Seira Mommy. Bisakah dia mengatakannya sekarang? Tampaknya tidak, mommynya pasti tak akan mendengarkanya.
Ayah dan anak itu pulang dengan rasa sedih yang memuncak. Sedih karena orang yang mereka sayang tak mau kembali bersama mereka.
"Jangan..lupa pulang Sei..aku merindukanmu.."
Seira meremat selimutnya, dia ingin pulang, tapi rasa traumanya masih melekat erat.
Tbc.
Mati lampu, baterai tinggal 9%🙂.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Duda is Mafia [End]
RomanceSeira, wanita cantik berusia 20 tahun yang hampir di tembak mati oleh Ayah dari Qiera dan Zeore, bocah yang ditolongnya di taman. Bukannya berterima kasih, Pria 27 tahun itu malah menodongkan pistol ke arahnya. Dan saat Seira menganggap hidupnya ama...