Denis fikir, dia terlalu bersantai beberapa hari ini. Sampai-sampai adanya penghianat di dalam organisasinya dia saja tak tau.
Dengan topeng hitam yang menutupi setengah wajahnya, dan juga kemeja serba hitam melekat di tubuhnya. Denis melangkah masuk ke ruangan perkumpulannya.
Begitu dia masuk, aura gelap yang menyesakan langsung menguar di seluruh penjuru ruangan. Para anggota yang hadir bahkan menelan ludah pahit saat melihat kedatangan Denis.
"Seret kemari bedebah itu" titahnya begitu duduk di kursi kebesaraan miliknya. Dia meraih pistol dari balik jasnya dan memainkannya sebentar.
Tatapan mata gelapnya mencekat oksigen untuk masuk ke paru-paru mereka, mereka semakin sulit bernapas. "Tuan, Pelaku terus memberontak" lapor salah satu tangan kanan Denis.
Pria itu mendecih, dia langsung menodongkan pistolnya ke arah pelapor. "Tak berguna"
Dor!
Brugh!!
Pria pelapor tadi tergeletak tak bernyawa dengan dahi yang berlubang. Beberapa orang disana mulai panik, bos mereka sedang dalam mode senggol bacok.
Ini berbahaya. "Seret dia, atau kepala kalian aku masukan ke mesin penggiling daging" titah Denis sekali lagi.
Semua, langsung mengangguk patuh. Mereka berlari menuju sudut ruangan dan menyeret pelaku penghianatan itu. Mereka melempar pria muda tadi sampai tersungkur di kaki Denis.
Denis mencondongkan tubuhnya menatap lekat wajah si penghianat "Ah, Arlan? Pacar Ganin?" celetuk Denis malas. Hanya sampah tak berguna ternyata.
Pria berusia 19 tahun bernama Arlan itu mendongak dan menatap tajam Denis, dia tak terima kekasihnya dibunuh dengan begitu kejamnya. Bahkan Arlan lah yang memancing Ganin agar masuk ke penangkapan Denis.
Karena Denis yang memerintahkannya sendiri.
"Aku tidak butuh anggota sepertimu, buang saja dia ke kandang buaya. Biarkan dia dimakan" perintah Denis dingin dan memilih untuk memainkan pistolnya.
Arlan bahkan tak bersuara, dia hanya tersenyum tenang. Bahkan ketika semua anggota menyeretnya brutal dan kasar. Arlan sudah puas sekarang.
Lihat saja Denis, kau akan menderita sebentar lagi. batin Arlan puas.
"Haha..HAHAHAHHAHA.."
Yang lainnya kaget, tapi mereka tak peduli dan terus menyeret Arlan. Dengan begini dia bisa mati dengan tenang.
******
Denis melangkah turun dari dalam mobilnya, dia berjalan menuju rumah megahnya dengan semangat. Kangen sama Seira, pernikahan mereka tinggal terhitung jam.
Besoklah saatnya, besok adalah saatnya Denis melepas masa duda terkutuknya ini. "SEIRAAAAAAAA DENIS KANGEEEEEN~" teriaknya riang sembari berjalan cepat menuju ruang santai.
Disana dia melihat Seira dan kedua anaknya tengah duduk seraya menonton acara tv di depan. Zeo yang sedang menyusu pada Seira, dengan Qiera yang tengah mengecat kuku kaki Seira.
"Seira!" panggilnya semangat. Seira menoleh disertai dengan tatapan datarnya. Sejenak...Denis kaget, tapi dia berusaha mengenyahkan pikiran buruk di kepalanya.
Dia duduk di sebelah Seira dan memeluk bahu Seira "kamu kenapa? Kok diam aja?" tanya Denis pelan.
Seira mengedik, dia bersandar di dada Denis perlahan "Adakah yang mau kamu katakan padaku Denis? Sebelum pernikahan kita" ujar Seira tenang.
Denis menatapnya bingung, dia mengecup bibir Seira singkat lalu mencium pucuk kepala Seira "Enggak ada tuh, kan kamu uda tau tentang semuanya" jawab Denis santai.
Seira menunduk, benar "Benar, kamu gak mungkin ngaku" bisik Seira teramat lirih. Denis bahkan tak mendengarnya.
Denis kembali mendusel-usel di leher Seira dan memejamkan matanya "Seira" panggilnya pelan.
"Hm?"
"Aku mencintaimu" bisiknya tulus.
Seira terpaku, senyum simpul terbit di wajah cantiknya. "Ya, aku juga mencintaimu" balasnya.
Biarlah seperti ini dulu. Tenang, damai dan penuh kehangatan.
Tbc.
Syalalala.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Duda is Mafia [End]
RomanceSeira, wanita cantik berusia 20 tahun yang hampir di tembak mati oleh Ayah dari Qiera dan Zeore, bocah yang ditolongnya di taman. Bukannya berterima kasih, Pria 27 tahun itu malah menodongkan pistol ke arahnya. Dan saat Seira menganggap hidupnya ama...