O1.

61.5K 5.2K 158
                                    

Langkah tergesa terdengar menggema di koridor kampus, jam yang sudah menunjukan pukul 4 sore membuat pelaku langkah itu semakin tergesa.

Banyak rumor yang mengatakan jika lewat dari jam 3 sore, kampus tak aman lagi. Akan banyak Mahasiswa/i kalbu disana. Yang mana ada suara namun tak berupa.

Makannya itu membuat seorang gadis belia bernama Seira Dameira takut, dia baru saja menemui Dosbim yang sangat amat susah ditemui.

Sesaat dia sampai di taman kampus, dan disana keganjalan mulai terjadi.

"Huuu..hiks..huhuuuu"

Seira berhenti secara spontan, tubuhnya merinding seketika. Dia melirik ke arah jamur-jamur tempat biasa mahasiswa duduk berteduh.

Lampu di jamur-jamur redup, tapi suara itu semakin jelas.

"Huuu..hiks..Daddy..hiks..huhuuu" Seira mulai berjalan mendekat.

Dia berusaha mengenyahkan rasa takut di dalam dirinya, dengan cepat dia mendekati jamur terdekat dan melirik ke belakangnya.

Rasa takutnya seketika menguap, tak lagi takut melainkan gemas. 2 orang bocil lucu tengah menangis disana, dua-duanya berambut pirang dan bermata biru.

"Ya Allah..anak bule darimana ini" bisiknya terpukau. Dia segera beridiri di depan bocil-bocil itu dan segera berjongkok di depan mereka.

"Oi dek, kalian kenapa nangis disini. Ati-ati nanti digondol wewe gombel" ceplos Seira langsung.

Keduanya tersentak dan mendongak, tanpa tedeng aling keduanya langsung memeluk Seira erat "Alamak jang! Pelan-pelan dek, kejengkang nanti aku" ucapnya.

Dia mengelus punggung keduanya dan menenangkan mereka. Dengan tenaga kuli yang Seira miliki, dia mengangkat keduanya dan menggendong mereka menjauh.

"Hey jangan nangis, kalian mau makan bakso? Yok sama kakak, kita mam bakso mang pepi, enak loh. Murah lagi," cerocos Seira dengan semangat.

Dia berjalan keluar dari taman kampus dan berjalan riang di koridor.

"Nama kalian siapa?" tanya Seira kepo.

Yang perempuan mendongak dan berbicara "Nama aku Princessa Qiera, kalau saudara kembar aku namanya Princeza Zeore."

Seira mengangguk-angguk, dia melihat bocah yang laki-laki malah mendusel ria di lehernya "Mana orang tua kalian?" tanya Seira lagi.

Belum sempat Qiera menjawab, suara tembakan terdengar melewati telinganya. Saat Seira hendak berbalik, kokangan pistol terdengar dan sebuah benda mengenai kepalanya.

"Turunkan mereka, atau kepalamu kutembak!" sentak suara seorang pria.

Saat Qiera hendak menurunkan keduanya, mereka malah mempererat pelukan di leher Seira. "Turunkan mereka!!" sentak pria itu lagi.

Seira berdecak, dia berbalik dan menatap galak pria tadi. Sekilas dia terpesona, ganteng cuy, rambutnya hitam, matanya biru.

Masya Allah, nikmat tuhan mana lagi yang engkau dustakan. Batin Seira.

Pria itu malah menatap Seira dengan matanya yang satu, karena mata yang satu lagi tertutup dan sepertinya cacat.

"Turunkan mere-"

"Diam! Lihat ini mereka mau turun apa enggak!?" cerocos Seira kesal, membuat pria tadi dan beberapa orang berpakaian hitam dibelakang mereka kaget.

Berani banget ni cewek.

Pria tadi berdecak, dia mendekat dan mencoba menarik kedua anaknya, tapi mereka tak mau "Lihat kan!? Mereka gamau!" sinis Seira.

Pria tadi menghela napas kesal "Kau ikut aku, jangan lari atau kepalamu kutembak!" ujar pria itu arogan.

Seira berdecak "Kurang asem!" umpatnya pelan.

Mau tak mau dia mengikuti langkah pria tadi, dengan gerombolan pria berjas hitam di belakang mereka.

Kedua bocil digendongan Seira tampak nyaman berada digendongan gadis sleboran seperti Seira itu.

-Bersambung-

Syalalala.

My Duda is Mafia [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang