End💃

39.7K 2.5K 93
                                    

Tau agonis Dopamin? Tau gaaaak? Uda 3 kali obat ini muncul di cerita Ryn😭.

Author Pov.

Denis menatap dingin wanita yang berdiri tak jauh darinya, Denis amat sangat emosi, dia bahkan memanggil 6 anggotanya yang bekerja di kantor.

Kenapa Denis se emosi ini?

"Wanita jalang! Siapa yang mengizinkanmu melakukan hal buruk itu pada tubuhku!!" sarkasnya dingin.

Seira hanya diam menatap Denis, bagus. Obatnya sudah bekerja.

"Memangnya kenapa?" tantang Seira tak takut.

Denis menggeram rendah, emosinya semakin memuncak, sedari awal saat dia bangun dari tidurnya di kantor. Keadaannya dibilang kacau, bibir yang agak bengkak, leher yang terdapat kissmark.

Dan Denis tak ingat apapun. Saat dia berinisiatif mencari di Cctv, wanita itu lah yang menjadi penyebabnya.

Denis tak suka tubuhnya di sentuh sembarang orang, dan wanita rendahan itu berani mencium dan membentuk kissmark di lehernya.

"Jalang, wanita rendahan," desis Denis dingin, dia mengambil pistol dari saku jas dalamnya.

Dan mengarahkannya ke arah Seira, Seira hanya tersenyum santai "Apa? Kau mau menembakku?" tanya Seira tak takut.

Denis semakin marah, dia benci di rendahkan. "Ya, aku mau menembakmu" bisik Denis dengan gilanya.

Dor!

Seira diam, peluru itu melewati telinga kanannya, Denis tak bermaksud jelas ingin menembaknya.

"Kau takut Tuan?" ujar Seira semakin membuat Denis emosi, dia berjalan mendekati Seira, semakin dekat dan dekat.

Saat berada di depannya, Denis menempelkan pistolnya di pelipis Seira, lalu menyeringai "Kau harus mau jadi jalangku, atau kau mati" ujar Denis melakukan penawaran.

Seira tertawa terbahak, dia mengelus dagu Denis yang sudah bersih dan tidak brewok lagi "Lebih baik aku mati Tuan." jawabnya lembut.

Denis merasa direndahkan, apa dia seburuk itu sampai menjadi jalangnya saja wanita itu tak mau, pegangannya pada pistolnya mengerat.

Tatapan matanya terlihat terluka, harga dirinya seperti diinjak karena wanita itu memilih untuk mati daripada menjadi jalangnya.

"As you wish, bitch" lirih Denis datar.

Seira memejamkan matanya, senyum lembut terpatri di wajah cantiknya, Denis ragu, apakah dia harus membunuh wanita lancang ini atau tidak.

Tapi egonya kembali menang, dia menyeringai kemudian.

Dor!

Dor!

Tak main-main, 2 tembakan Denis berikan di pelipis Seira. Membuat wanita itu tewas seketika, tubuhnya limbung ke belakang dengan darah yang menetes dari kepalanya.

Denis menjatuhkan pistolnya dan menahan tubuh Seira. Dia menatap wajah damai Seira yang terdapat senyum disana.

Tes..

Tes...

Air mata?

"Kenapa aku menangis.." lirihnya serak, tubuhnya lunglai. Dengan tangan yang masih menahan tubuh Seira yang sudah tak bernyawa.

Denis terduduk di lantai, kepala Seira berada di pangkuannya. Dan air mata masih mengalir dari kedua matanya.

"Kenapa..aku menangis..sakit sekali, hiks..kenapa sangat sakit..." lirihnya pilu, dia memeluk kepala Seira yang sudah berdarah-darah dan menangis keras.

"Arghhh!!..hiks..sakit..hiks..rasanya sangat sakit..hiks..kenapa.." racaunya parau.

Dia tak tau, tapi dadanya seperti di tusuk ribuan pisau sampai merobeknya, meremas jantungnya sampai bernapas saja Denis rasanya tak bisa.

"Arghhhhhh!!...hiks..KENAPA SESAKIT INI!!..hiks..KAU SIAPA!! KENAPA KAU BISA MEMBUATKU SESAKIT INI..hiks..kenapa.."

Denia tidak tau, tapi ini seakan pernah terjadi.

"Jagalah Denis, lalu berikan dia Agonis dopamin agar dia lupa. Sebelum itu lakukan hal yang bisa membuatnya marah jika dia sadar. Seperti yang dia lakukan pada istri terdahulunya"

"Istri yang dia bunuh karena dia masih dalam pengaruh obat itu, bahkan sampai sekarang dia masih linglung tentang kematian istri dan anaknya."

"Lalu..kenapa kamu masih hidup?"

"Aku ibu Qiera dan Zeo, aku sengaja tak memberikan obat itu agar kedua anakku bisa hidup. Dan akulah yang pergi menjauh"

"Kenapa begitu?"

"Tak ada kebahagiaan jika kau bersama Denis, musuhnya banyak, dan hidupmu akan selalu terancam."

"Jadi..istrinya mati bukan karena kutukan?"

"Ya, tentu saja iya. Kutukan agar Denis tak bisa merasakan kebahagiaan sepanjang hidupnya"

"Ini balasannya, karena sudah membunuh ratusan orang tak bersalah. Pembunuh tak berhak bahagia"

Benar...Denis pembunuh. Dia tak berhak bahagia setelah merenggut kebahagiaan orang.

Dan kali ini, Denis kembali kehilangan cintanya, karena dirinya yang tak pantas bahagia. Karena dia sudah membunuh banyak orang demi pekerjaan dan kesenangannya.

"Katakan padaku..hiks..kenapa rasanya sangat sakit..hiks.." isak Denis, dia mengelus dahi Seira yang penuh dengan darah.

Kemudian kembali memeluknya erat, memeluk tubuh dingin Seira yang tak bernyawa.

Brak!

Pintu rooftop terbuka, Kedua anak Denis berlari masuk dengan raut wajah panik plus pucat. Apalagi ditambah melihat kondisi Seira yang tak bernyawa.

"HUAAAAAAAA MOMMYYYYYY!!" tangis Qiera pecah seketika. Dia memeluk Seira yang masih dipelukan Denis.

"Hiks..DADDY APAKAN MOMMY HAH!?..hiks..DADDY BUNUH MOMMY!! DADDY JAHAT!! DADDY PEMBUNUH!!" tangisnya histeris sembari menjambak rambut Denis.

Membuat pria itu semakin menangis kencang, kenapa jambakan ini terasa deja vu, seakan Denis sering merasakannya.

Kala itu, tangis dan darah bertumpahan. Menjadi saksi bisu dari apa yang sudah terjadi.



















































My Duda is a Lead of Mafia.
End✨.

Nantikan final Ending💃.

Makasih yang udah berpartisipasi dalam cerita ini❤.

My Duda is Mafia [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang