Conversation.

23.9K 1.9K 88
                                    

Haiii semua, jangan lupa vote dan komen ya💃.

Happy Reading✨

.......

Seira menghela napas panjang, semalam adalah hari yang lumayan panjang, setelah dia mengantarkan pria yang sudah ditolongnya, akhirnya Seira harus kembali ke rumah sakit ini.

Karena Rumah Sakit ini adalah tempat Seira bekerja, dia sudah rapi dengan jas putih khas Dokter nya. Dengan tenang dia berjalan du koridor rumah sakit.

"Selamat pagi Dokter Seira, pasien yang anda antar semalam sudah sadar. Lukanya jahitannya sudah dibersihkan, dia meminta kami untuk mempertemukannya dengan anda." ujar seorang perawat.

Seira menghela napas pendek "Kenapa tidak kalian katakan jika saya tidak bekerja disini?" tanya Seira malas, dia benar-benar malas bertemu pria bernama Denis itu.

2 perawat itu menunduk "Em, anda tidak tau jika Tuan itu adalah seorang Ceo terkenal. Kami takut menolak permintaannya." cicit salah satu diantara mereka.

Seira berdecak pelan, kemudian melangkah menuju ruangan tempat pria itu dirawat. "Menyusahkan sekali." gumam Seira kesal.

Padahal jadwalnya hari ini sudah cukup banyak, kenapa harus ditambah dengan urusan Denis.

"Pagi Dokter Seira."

Seira mengangguk, itu tadi adalah sapaan dari salah satu Dokter spesialis di Rumah sakit ini. Seira masih melanjutkan langkahnya menuju Lift.

"Seira! Tunggu!" decakan malas kembali terdengar, dia berbalik dan melihat seorang remaja tanggung mengejarnya.

Sekitaran usia 19 tahun "Kenapa kau kemari?" tanya Seira malas.

Remaja berambut ikal itu menggaruk pelan tengkuknya "Ibu meminta mu untuk pulang lebih awal. Kebetulan aku ada urusan di rumah sakit ini." jawab remaja itu takut-takut.

Seira mengangguk, remaja itu namanya Letih. Dia adik kandung Seira yang saat ini tengah duduk di bangku kuliah semester 4. Jurusan Farmasi.

"Oke, sudah sana pulang. Aku masih banyak kerjaan." usir Seira kemudian kembali melangkah.

Letih mengangguk patuh kemudian berjalan dari arah datangnya, alias dia berbalik kemudian pergi dari sana.

💃💃💃💃

Dalam ruangan ber Ac dan jelas VVIP, Denis, nama pria yang sudah Seira tolong sedang menggerutu sebal. Pasalnya 2 bocah ini terus menganggunya.

"Papa, papa sakit apa?" tanya bocah cantik berusia 6 tahun, dia berdiri disebelah ranjang Denis dan terus menatapnya polos. Tangan kanannya tak lepas dari tangan adik kembarnya.

Denis berdecak kuat "Sudah berapa kali kubilang, aku bukan Papa kalian! Berhenti memanggilku Papa!!" geramnya tak tahan.

Qiera menatap Denis sedih "Tapi kata Oma, kami harus manggil Papa dengan sebutan Papa." sahut Zio, adik kembar Qiera. Wajahnya tampan, benar-benar mirip Denis.

Denis memalingkan wajahnya "Aku bahkan tak ingat jika dulu pernah menikah. Dan punya anak." gumam Denis sebal.

Dia ini korban perjodohan, setelah menikah lalu istrinya selingkuh, Denis menceraikannya, 6 tahun kemudian malah datang 2 bocah yang wajahnya sangat mirip dengannya.

"Terserahlah." Denis lelah berdebat, lebih baik mengalah.

Cklek.

Ketiganya sontak menoleh, raut sebal Denis langsung berubah seketika, dia menatap senang Seira yang baru masuk ke dalam kamarnya.

Seira tersenyum ramah, memang sudah seharusnya dia beramah tamah pada Pasien. "Selamat Pagi, bagaimana kabar anda?" tanya Seira hangat.

Denis menegakan tubuhnya "Sudah lumayan baik, tapi lukanya masih terasa ngilu." jawab Denis atau lebih kedengeran seperti...aduan??.

Seira mengangguk, matanya tak sengaja bertatapan dengan kedua bocah manis didekat ranjang Denis "Hai kalian, sedang menjenguk Ayah kalian?" sapa Seira lembut.

Seira berjongkok didepan Qiera dan Zio, wajahnya terlihat lebih ramah dan hangat. Denis sampai cemburu melihat betapa lembutnya Seira pada kedua bocah itu.

Qiera mengangguk "Hai juga Buk Dokter, kami memang sedang menjengung Papa." ujar Qiera sopan.

Seira tertawa pelan, dia mengelus rambut keduanya "Kalian sendirian? Tak bersama ibu kalian?" tanya Seira lagi.

Zio menggeleng "Ibu mengatakan pada kami, karena dia sudah lelah mengurus kami selama 6 tahun, kami dipulangkan ke rumah Papa. Jadi, kami kesini hanya bersama Supir, anggap saja kami tak punya Ibu" jawabnya tenang.

Seira patut acungi jempol untuk tata bicara Zio yang sangat sopan itu, dia sudah paham akar dan inti permasalahan perihal rumah tangga seperti ini.

Seira berdiri "Korban perjodohan Pak?" tanya Seira sedikit mengejek.

Denis merengut tak suka "Bisa dibilang begitu." jawabnya tak acuh.

Dia diam saat Seira memeriksa lukanya, bahkan saat tangan Rena tak sengaja menyentuh kulit perutnya, Denis menggigit bibirnya kuat guna menahan desahannya.

Kenapa dia bisa horny hanya dengan sentuhan Seira, bahkan wajahnya mulai memerah.

"Hei, mendesahlah jika ingin mendesah." ujar Seira tenang. Dia sudah biasa, bukan hanya Denis pasien laki-laki pertama yang mendesah hanya dengan sentuhan tangan Seira.

Denis menggeleng pelan "Ada..anak-anak.." bisiknya tertahan.

Seira diam, cukup kagum dengan pria itu, dia memikirkan isi otak anak-anaknya. Dia tak mau memberikan contoh buruk ternyata.

Seira mengelus rambut Denis pelan "Istirahat yang cukup, saya akan kembali setelah jam makan siang." ujar Seira lembut.

Dia memberikan senyum hangatnya pada Denis. "B-baiklah." Denis seperti orang bodoh saja.

Bagaimana dia bisa gugup begini.

"Papa malu ya?" Denis tersentak, dia langsung mendelik "Bocah diam saja!" ketusnya tak suka.

Seira menggeleng pelan, dia menyentil bibir Denis "Ah! Sakiit." rengeknya pada Seira.

"Jaga ucapanmu didepan anak-anak ini Denis."

Denis mencebik pelan "Iya-iya." jawabnya malas.

Seira mengangguk pelan, tunggu dulu.

Kenapa perasaan ini terasa Familliar?

























Tbc.

Syalalala.

My Duda is Mafia [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang