30 tahun kemudian.
Rintik hujan terus membasahi keringnya aspal dimalam hari, bunyi jangkrik beserta katak menjadi iringan disepinya malam kala ini.
Seorang gadis berusia 25 tahun nampak berjalan dengan tenang ditengah rintikan hujan yang mulai deras, dengan payung kemerahan bercorak bunga ditangannya.
Dia adalah gadis dengan keluarga utuh yang berbahagia, namanya adalah Seira Hunaira, gadis cantik berambut hitam legam, agamanya Islam dan saat ini dia seorang Dokter muda yang kebetulan baru pulang dari shift malamnya.
"Apa, aku berkunjung kerumahnya hari ini?" monolognya, rumah teman Seira ada didekat sini, kebetulan ini sudah terlalu larut dan nampaknya Seira akan menginap saja.
Langkahnya semakin cepat saat dirasa hujan semakin deras. Dia bahkan tak melihat ada seseorang yang berjalan tertatih menuju halte bus.
Saat Seira berhenti untuk berteduh sejenak di Halte, dia tersentak kaget saat geraman penuh kesakitan dari seseorang terdengar ditelinganya.
Dia mencari asal suara, dan matanya tertuju pada seorang pria berambut hitam kecoklatan yang meringkuk di kursi halte. Tubuh yang berbalut kaus hitam dan celana panjang hitamnya basah kuyup.
"Akhh.."
Seira memiringkan kepalanya sedikit, kemudian berjalan mendekati pria tersebut. "Maaf, Apa kamu baik-baik saja?" tanya Seira perlahan.
Pria itu tersentak, dengan pelan dia mendongak. Manik hitamnya bertemu pandang dengan manik kecoklatan milik Seira, wajah tampannya babak belur. Nampaknya dia habis berkelahi.
"A-aku...arghh..b-bisakah kau menolongku?" rintihnya kesakitan, dia memperlihatkan luka tusukan di bagian perut kirinya. Seira tersentak, dia kaget melihat rembesan darah dan tetesannya yang jatuh ke lantai.
Perlahan Seira meletakan payungnya, kemudian berjongkok guna melihat luka pria tadi.
"Aku seorang Dokter. Ditasku ada beberapa alat untuk menjahit luka. Apa kau mengizinkanku untuk menjahitnya? Akan memakan waktu lama jika kita harus ke rumah sakit." terang Seira tenang.
Pria tadi menggigit bibirnya kuat, kemudian mengangguk "Apa akan terasa sakit?" lirihnya takut.
Seira mengangguk "Aku tak punya bius, pasti rasanya menyakitkan." jelasnya tenang seraya mengeluarkan peralatan dari dalam tasnya.
Pria tadi menggigit bibirnya dalam, dia berbaring di kursi panjang Halte, Seira membersihkan area luka yang lumayan dalam dan lebar. Akan membutuhkan banyak jahitan luar dalam.
Seira memberikan sebuah kain berwarna putih kepada pria tampan tadi. "Untuk..apa?" tanya nya pelan.
Seira mengulas senyum tipis "Rasanya akan sangat menyakitkan, gigit kain ini guna meredam teriakanmu. Aku tak mau dikira melukai orang ditengah hujan seperti ini." ujarnya bercanda.
Pria tadi mengambil kain tersebut, "Oh ya, siapa namamu?" tanya Seira pelan.
Pria tadi menatapnya lekat-lekat, kemudian bibirnya menggumamkan sebait nama. "Denis Fahcrija" Seira terdiam.
Denis...kenapa namanya sangat familiar, tak mau ambil pusing. Seira kini memulai operasi dadaknnya. "Nah Denis, berdoa lah agar kau bisa selamat." gumamnya.
Dan teriakan penuh kesakitan dari Denis, teredam dengan suara lebatnya hujan dan kain putih pemberian Seira. Setelah ini selesai, Seira akan membawa Denis ke rumah sakit.
Dan setelahnya mereka akan berpisah seakan tak ada yang pernah terjadi.
Halohaaa, anggap aja ini kelanjutannya, aku gabung jadi 1 book aja daripada ribet-ribet.
Gimana? Kita lanjut?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Duda is Mafia [End]
RomanceSeira, wanita cantik berusia 20 tahun yang hampir di tembak mati oleh Ayah dari Qiera dan Zeore, bocah yang ditolongnya di taman. Bukannya berterima kasih, Pria 27 tahun itu malah menodongkan pistol ke arahnya. Dan saat Seira menganggap hidupnya ama...