"Sampai kapanpun kamu akan terus tersungkur kalau tidak pernah bisa bangkit."
***
Perpaduan aroma tanah basah dan kesejukan sore membuat siapapun merasa tenang dan damai, dalam kehidupan ini tentu saja ingin ada kedamaian. Anak tunggal dari keluarga Yarsuna diam seraya menikmati susu jahe buatan ibunda tercinta. Menatap luaran dengan air muka sejuk, Syamil menyeruput susu jahe itu.
Jarang sekali Syamil merasa ketenangan ini, ia beranjak dari kursinya dan menghampiri kedua orang tuanya yang sedang tertawa lirih dan berpelukan hangat, keluarga yang harmonis, sekali-kali Syamil pun bergabung dengan acara peluk-pelukan ibu dan ayahnya.
"Ayah, Udah dong peluk ibunya.. gak malem, gak sore pelukan terus!"
Adam mencibir, lalu mengecupi kedua pipi Sarah didepan Syamil, tentu itu membuat Syamil kesal dan merebut Sarah dari pelukan sang ayah. "Balikin gak!" Ujar Adam, matanya melotot tajam.
Syamil tidak mempedulikan itu dan ikut mengecupi pipi Sarah sayang, Adam mengerutu kesal. Menarik Sarah lagi, hingga terjadilah tarik-tarikan antara ayah dan anak.
"Ibu punya Ayah! Istri Ayah! Lepasin gak!"
"Ibu juga punya Syamil! Ibunya Syamil! Ayah lepasin gak!" Balas Syamil, matanya memicing tajam seperti seekor anak kucing yang sedang di ganggu.
"Ayah!" Teriaknya tidak terima.
"Syamil!"
Sarah yang menjadi bahan tarikan itu mendesah lelah, tidak heran mereka seperti ini. Bahkan setiap hari pun selalu seperti ini, entah dari memperebutkan Sarah atau makanan yang dibuat Sarah. Tak lama kemudian ada suara deheman keras yang membuat keduanya berhenti dan menoleh. Terlihat laki-laki tua berjenggot dengan baju Koko seraya menggengam sarung ditangan.
Jika dilihat, sarung itu dilipat hingga berbentuk seperti sambitan, kedua laki-laki itu meneguk ludahnya kasar dan melepas Sarah begitu saja. Ketika orang tua yang tingginya sekitar 180 cm menatap mereka tajam. Ia menarik Sarah lalu merangkulnya.
"Siapa bilang Sarah punya kalian?"
Keduanya masih diam dengan menunduk seperti anak kecil yang tengah dimarahi oleh ibunya, bahkan Adam meremas tangannya sendiri karna gugup. Mertuanya itu menakutkan, sementara Syamil hanya mengusap dahinya karna keringatnya terus bercucuran.
"Sarah cuman punya saya, kamu cuman anak dan suaminya. Sarah ini anak saya, mengerti?"
Adam dan Syamil mengangguk "Ngerti bah/pak." ujarnya berbarengan.
Sore itu Sarah tertawa kencang diikuti suara tawa Malik. Malik yang bernotabe mertua dan kakek mereka mengelus Surai keduanya perlahan, ia senang karna anaknya diperlakukan seperti ratu dirumah mereka. Tak lama Malik memeluk Syamil karna merasa rindu. Dan mengecupi kedua pipi cucunya sayang.
Segalak-galaknya Malik, ia sangat menyanyangi cucunya itu, Malik mempunyai dua cucu yang pertama sedang kuliah dan yang kedua selaku cucu terakhirnya tengah sekolah menengah pertama. siapa lagi kalau bukan syamil.
"Abah, Syamil kan takut jadinya.." Syamil mengerucut kesal, di sore itu Malik memanjakan Syamil dengan elusan kasih sayang dan pelukan ringan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tunggal Lanang || Dream
Teen Fictionkita sekumpulan anak tunggal yang begitu mendambakan kasih sayang, kita sekumpulan anak tunggal yang menyalurkan kerinduan. kita sekumpulan anak tunggal yang berdedikasi menyelamatkan negara dengan ancaman-ancaman monster pembunuh perasaan. kita sek...