"Terlalu sempurna hingga tidak bisa dirusak."
Christian Krisna Yohanes
***
Hujan.
Sejak tadi Bogor diguyur hujan sangat deras, beberapa penjalan kaki dan pengendara motor memberhentikan lajunya, mencari tempat berteduh agar tidak terguyur hujan. Bahkan hujan ini bisa diramal akan menjadi banjir dikota-kota tertentu.
Jari-jemarinya Sudah mengeriput menahan dingin, mulutnya sudah mengigil. Yang hanya bisa ia lakukan hanya memeluk tas sekolah. Tepat di pangkalan ojek, pukul tujuh malam dingin itu semakin mencekam.
Beberapa kali anak itu menghela nafas, niatnya akan pulang sebentar lagi tapi terus urung, entah apa yang ia fikirkan sampai tidak berani beranjak duduk dari tempat pangkalan ojek itu. Masih sama, ia masih memeluk tas sekolahnya.
"Kangen."
Mata yang sayu dengan bibir yang kian memucat itu tercetak jelas, kepalanya asik celingukan kesana-kemari hingga ia tertegun akan satu bayangan. Bayang mama dan dirinya.
"Mama.." Ujarnya lirih, Saat akan beranjak dan menggapai bayangan itu. Raffa tersentak kaget, lagi-lagi ia berhalusinasi.
Selang beberapa detik Raffa meringis miris. "Mau sampai kapan Lo disitu?"
Raffa menoleh, melihat perawakan tubuh jangkung laki-laki berjaket Levis. Dimulut laki-laki itu dipenuhi permen karet.
"Bacot."
Raffa kembali duduk, menunggu guyuran hujan itu agar kian reda. Namun hatinya seakan tak percaya bahwa hujan dikota Bogor akan reda, Mazam terkekeh. Memberi sebungkus permen karet rasa semangka. "Nih, nemenin gabut."
Raffa diam, enggan mengambil permen karet yang diberikan Mazam, hingga suara cowok itu membuatnya tersentak lagi. "Gasuka?"
"Suka."
"Yaudah ambil," Seperkian detik, tangan yang dipenuhi lebam itu mengambil permen karet Mazam.
Raffa membuka bungkusnya, menatap warna permen karet tersebut. Warna yang akan memudar saat dia mengunyahnya, perlahan-lahan Raffa memasukan permen tersebut kedalam mulutnya, merasakan kemanisan yang menderai. Dirinya mengunyah perlahan.
Lagi-lagi Mazam dibuat tertawa, entah apa yang lucu. Saat ini ia hanya ingin tertawa. "Kenapa belum balik?"
"Nunggu angkot."
"Angkot dari jam kita pulang sekolah udah nangkring, kenapa sekarang Lo baru Nunggu angkot?"
Raffa menghela nafas, menoleh dan tatapannya tertuju. "Gue ada eskul, jadi pulang sekarang."
"Bohong."
Entah berapa kali Raffa dibuat terdiam, anak itu tau segalanya. Dimulai dari keluarga atau percintaan, padahal saat ini mereka tidak menjalin pertemanan, karna pada saat ini mereka saling mengecewakan. Mazam tersenyum lirih mengingat lagi persahabatannya dengan Raffa.
"Jangan bohong." Lagi-lagi Raffa dibuat terdiam, cowok itu membuka jaket levisnya dan memberikan kepada Raffa.
Mazam berlalu sebelum itu ia berucap. "Pulang, jangan takut. Karna masalah harus diselesaikan bukan dibiarkan, Pulang Raffa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tunggal Lanang || Dream
Teen Fictionkita sekumpulan anak tunggal yang begitu mendambakan kasih sayang, kita sekumpulan anak tunggal yang menyalurkan kerinduan. kita sekumpulan anak tunggal yang berdedikasi menyelamatkan negara dengan ancaman-ancaman monster pembunuh perasaan. kita sek...