15. Tahlilan

282 48 5
                                    

'Tidak ada keluarga yang sempurna kecuali keluarga Fadil jaidi'

****

hanya bisa mengandai-ngandai ditengah hujan yang deras dengan gemuruh yang amat keras, Syamil masih tetap ditempatnya. Duduk diteras, tangannya sedari tadi menjelajahi media sosial, berkomentar, dan menyukai postingan seseorang.

Tidak peduli barang kali ia tersambar geledek karena tidak menuruti perintah Sarah untuk tidak memainkan handphone disaat hujan, lagi pula tubuhnya sudah gosong, mungkin karena kebanyak dosa.

"idih montok banget say," Sambil mengigit bibirnya alisa giwir mata Syamil masih melihat postingan Mia Khalifah, salah maksudnya Nia Ramadhani. didalam hati kecil bergetar mempunyai keinginan menikahi ibu dari 3 anak itu.

"Nia Ramadhani kalau kawin sama gue nanti dia menderita engga ya?" Ujarnya lagi, tidak peduli beberapa bocil dipagar melihat sambil terkekeh kecil, kadang juga menyipratkan air dengan sengaja.

"Tapi gue cocokan sama Nikita Mirzani sih," lagi-lagi otak bodohnya berfikir negatif, padahal sedang bulan puasa. Entah dosa atau pahala yang Syamil terima, sehabis sahur-sahuran kemarin Syamil mendadak bodoh jalur Krisna. Bahkan otaknya tidak dapat mencerna kecuali ketika melihat postingan cewek cantik dan sexy.

yang paling benar itu, harusnya Syamil tidak perlu bermain dengan komplotan AAD yang bisa disebut anak-anak idiot, ya isinya para anak tunggal Lanang. "Pengen nikah yallah..."

"Ketauan pasti mulutnya jarang bertasbih." Dari arah utara, cowok berambut coklat dengan kemeja flanel hitamnya duduk begitu saja bersebrangan dengan Syamil, matanya semakin menyepit ketika ia tersenyum lebar.

Siapa lagi kalau bukan Krisna, anak yang menularkan segala virus kebodohan mungkin sebentar lagi Krisna akan menularkan virus Hepatitis. Syamil melirik tangan Krisna, ditangannya ia mengeggam seperti, granat?

"Ngapain kesini lo?" Tanya Syamil, tangannya sudah ancang-ancang akan memukuli kepala cowok itu.

"Tetangga lo ada yang meninggal? Tetangga Deket bukan?" dengan mengernyit bingung Syamil mengangguk, sudah tercium bau-bau kedustaan dan kebrengsekan Krisna. Pasti ini ada apa-apa.

"Deket engga?"

"Engga terlalu Deket, tapi kenal. Emang ngapasi?"

"YES! Nanti malem tahlilan engga?" Tanya Krisna lagi, nahkan baru saja hati kecilnya berkata negatif, memang aura Krisna sudah memancarkan kenegatifan, dengan jurus siluman keong, mulut Syamil yang baunya seperti goa busuk membuka lebar, memberi udara yang tidak diinginkan diwajah Krisna.

Hingga saat itu, Krisna kelimpungan menerima bau mulut Syamil. "Syamil! Anjing, mulut Lo bau telor asin busuk!"

"Eh, lagi puasa. Kalau pun lo bakal buka tengah hari gaboleh ngomong kasar, gadapet pahala. Mau lo?"

Dengan mengusap idungnya Krisna mendelik kesal. "Perasaan kita sahur barengan tapi kenapa mulut lo bau busuk banget?"

Tersenyum seperti logo kumon yang hanya bisa dilakukan, Syamil menghela nafas gusar. "Dengerin ya setdhan, ini mulut gue wangi surga! Lagian kaya mulut lo engga bau aja."

"Yeuh! Gue mah emang engga bau, emangnya Lo!"

"Heh, aduh gamau memaki.. bulan puasa ini," capek, dadanya menahan segala umpatan kotor, lihat saja. Setelah buka, Syamil akan menjampe jampe kepala Krisna dengan air darih yang dibuat Sarah.

Kalau saja tidak ada larangan bulan puasa boleh berbicara kotor, sedari tadi Syamil sudah mengeluarkan umpatan kasar, kesabarannya habis digerogoti Krisna, yang hanya ia ingin lakukan yaitu memukuli kepala sendiri dengan balok yang berdiri didepan rumahnya.

Tunggal Lanang || DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang