22. Masih sama dengan hari kemarin

200 40 5
                                    

"Tak kuasa memandang, hilang melayang, nadi kehidupan."

***

Selamat pagi untuk manusia yang tengah berjuang, selamat pagi untuk manusia yang tidak pernah pantang menyerah dan selamat pagi untuk hari yang masih sama kelabunya dengan hari kemarin. Masihkah kalian terus berjuang untuk hari-hari kedepannya? Hari-hari yang tidak tau kapan akan berakhir dan hari-hari yang kalian tidak ketahui apa saja didalamnya. "Dunia itu kejam untuk orang-orang yang lemah."

Dipaksa kuat hanya untuk keadaan dan dipaksa tegar untuk orang sekitar, perihal sepucuk harapan yang kini tidak tuntas dengan untai-untaian kalimat pengiring sendu, bagas masih terdiam melihat pintu yang didalamnya terdapat nazriel yang tertidur dengan amat tenang, amat gusar, dan diambang Kematian.

Nazriel kini sedang berjuang tuan dan puan..

"Pergi sebelum waktunya, hanyut tanpa diaba-aba." Namun, pagi itu gilang tampak amat sangat kacau dari biasanya, pelukan belum terlepas dari lenda.

Bagas meremas tangannya perlahan, lalu mengacak surainya. "Hari ini minggu kelabu."

"Gas.."

"Iya kenapa tante?" Setelah bermonolog pada dirinya sendiri, Bagas mendongkak melihat raut wajah yang amat terlihat lelah, hingga pada saat itu bagas mengerti, dimana dirinya disuruh pulang untuk membersihkan diri.

"Kamu dari semalem disini, pulang ya?"

"Tapi tan--"

"Biar nazriel tante sama om yang jagain."

"Tante.."

"Nurut ya? Kamu pulang dulu, takut dicariin orang tua kamu."

"Tapi tante, bagas pengen nemenin Nazriel.."

Lenda tersenyum, menepuk pundak anak itu lembut. "Nanti bagas kesini lagi ya? makasih juga udah khawatir sama Nazriel, oke?"

Mau tidak mau bagas mengangguk, beranjak dan berjalan perlahan meninggalkan kedua orang tua itu, kakinya amat nyeri, sangat perih dengan goresan yang amat dalam, bagas tersenyum getir, tidak separah nazriel. Monolognya dalam hati.

Minggu ini kelabu, turut sedih akan penderitaan nazriel, dirinya ingin protes apakah tuhan itu adil? Mengapa? Mengapa dirinya yang merasa kehilangan lagi..

Mengapa?

Beribu-ribu pertanyaan terus merasuki pikirannya, tanpa ada aba-aba lagi bagas berjongkok didepan rumah sakit seraya menangis lagi, katakan 'lah kepada semua penghuni rumah sakit ini bahwa dirinya gila, tidak apa. Benar apa yang orang-orang katakan, Bagas gila.

"Gas?" Bagas mendongkak terkejut.

"Loh? Beneran bagas ternyata, ngapain lo jongkok disini?"

"Raff.." Bagas menunduk lagi, menyeka air matanya agar tidak terlalu terlihat jelas.

Raffa yang sama terkejutnya, bingung, bingung menanggapi. "Lo kenapa bisa ada disini? lo sakit?"

"Engga."

"Terus?"

"Lo kenapa bisa disini?" Semula raffa tercekat, namun mulai menetralisir rasa gugupnya.

Tunggal Lanang || DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang