"Gua kira kain kafan buat orang, ternyata buat gue."
Bagas Atmajaya
***
"ahh-- sakit, pelan-pelan.."
"Aaa-- sakit-sakit."
"Ahh-- gue gamau diobatin!"
"Argh udah-udah!!"
Perempuan berambut sebahu itu berdecak sebal, kapas yang menekan-nekan pelipis Raffa sudah ia buang. "Kak, ini harus diobatin."
Perempuan itu mengeluarkan kapas lagi, dibalurkan kapas itu dengan alkohol, tangannya menekan luka Raffa. "Udah-udah, gue gamau di obatin."
"Ih! Harus diobatin! Nanti infeksi kak! Sekali ini aja, soalnya lukanya gitu banget kak, harus diobatin. Aku pelan-pelan kok ngobatinnya." Ujarnya lembut, Raffa tertegun. Menatap wajah gadis manis itu secara dekat.
Tangannya yang putih mulus menekan-nekan luka Raffa lembut, bibirnya yang meniup-niup tidak luput dari pantauan Raffa, mata Raffa turun ke dada gadis itu, berniat mencari name tag-nya. Namun sayang tidak ada, hanya ada logo osis disana.
Raffa membuang tatapannya asal, takut disangka cabul oleh gadis itu. Perempuan itu Tersenyum senang, setelah membersihkan luka Raffa lalu menutupnya dengan kapas agar tidak terkena debu atau kotoran lainnya. "Selesai!"
Gadis itu ikut menatap mata Raffa, ada kekaguman yang tidak bisa Raffa utarakan kecuali degupan jantung yang terus menerus berdetak, berdehem kecil Raffa ikut tersenyum manis. "Terima kasih."
Gadis itu mengangguk, membereskan kapas-kapas bekasnya. "Pulang sekolah kapasnya ganti, biar lukanya cepet kering kalau tidur kapasnya dibuka aja kak."
"Kalau misalnya lukanya makin parah langsung kerumah sakit aja, takutnya ada yang berbahaya."
"Oh iya, kalau lukanya udah kering jangan dikopek-kopek nanti berdarah lagi, dan juga bisa berbekas."
"Obatin terus kak, jangan sampai lupa buat diobatin."
"Jangan lupa min--"
"Iya bawel." Gadis itu tertegun, menyadari betapa bawelnya dengan orang baru, Dirinya tersenyum canggung.
Raffa berdiri, entah apa yang difikirkan cowok itu hingga berani memeluk tubuh Rahma --- Perempuan yang mengobati Raffa--- tangannya mengusap Surai Rahma sayang.
"Terima kasih udah peduli, gue berhutang Budi banget sama Lo."
Dipelukan Raffa, Rahma mengangguk. Tidak ada balasan pelukan dari dirinya, namun ia merasa hangat. Sangat. "Sama-sama kak."
Raffa melepas pelukan itu, menyingkirkan anak rambut dari wajah Rahma, ia memperhatikan wajah Rahma lamat-lamat, sangat cantik. Batinnya.
Pipi Rahma merona, Raffa saat ini menangkup wajah gadis itu. Mengusap-usapnya pelan, tidak ada pergerakan selain usapan Raffa bahkan mulutnya Kelu untuk berbicara. Hingga gebrakan terdengar keras dari luar.
"Raffa!"
Raffa melepas tangannya dari Rahma, ia menoleh. Melihat Syamil dan Bagas yang sedang meraup banyak oksigen.
"Raffa Lo nggak kenapa-kenapa?" Syamil menghampiri Raffa, tangan syamil memegang bahu sahabatnya. Raffa tersenyum lalu mengelengkan kepalanya pelan.
"Sakit nggak?" Sekarang bagian Bagas yang menanyai kondisi Raffa.
Raffa terkekeh, "Enggak, 'kan diobatinnya sama orang cantik." Raffa menoleh kearah Rahma, Rahma menunduk. Merasakan gelenyaran aneh dihatinya.
"Halah empedu busuk gombal aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tunggal Lanang || Dream
Teen Fictionkita sekumpulan anak tunggal yang begitu mendambakan kasih sayang, kita sekumpulan anak tunggal yang menyalurkan kerinduan. kita sekumpulan anak tunggal yang berdedikasi menyelamatkan negara dengan ancaman-ancaman monster pembunuh perasaan. kita sek...