14. Ikut sahur

236 48 14
                                    

'Jiran, jangan kedinginan ya?'

****

dalam diamnya, bola mata Jiran dan Krisna mengikuti detakan jarum jam yang menunjukkan pukul sebelas malam. Tidak ada tanda-tanda mata keduanya kelelahan, dibandingkan memerhatikan jarum jam, Syamil malah asik meringkuk mengeratkan selimutnya.

matanya mengerjap-ngerjap lucu menetralisir cahaya lampu depan yang kemuning, saat ini mereka berlima tengah berkemah dihalaman rumah Jiran, hanya ada tenda dan selimut didalamnya, tidak ada yang lain.

Jiran pun masih asik memegang jam dinding itu sambil memerhatikan jarum jam, menunggu kapan waktu sahur tiba. Dengan bodohnya mereka dengan anteng menunggu waktu sahur yang nyata masih beberapa jam lagi.

"Jiran masuk yuk, dingin sayang diluar.." Dengan gelisahnya Arsyad memantau Jiran didepan pintu, bahkan anak itu dengan santainya menggeleng.

Bukan apa-apa, Arsyad melihat Jiran hanya memakai baju lengan pendek dan celana pendek, ia takut. Anaknya kedinginan.

"ayo, masuk sayang.. nurut sama apih ya?"

"Gamau pih, gaasik masa temen-temen pada diluar Jilan sendirian dirumah." Tolak Jiran, ditambah lagi Aisyah yang terus gencar meminta anaknya agar masuk kembali kedalam rumah.

"Nak.. nurut sama amih ayo, nanti Jiran boleh beli apa aja. Masuk ya sayang?" Lagi-lagi Jiran menggeleng, aktivitas mereka tidak luput dari pantauan mereka berempat, dimana Arsyad yang begitu khawatir dan Aisyah yang begitu gelisah, ada apa sebenarnya?

"Om, memang kenapasih Jiran gaboleh disini? Kita engga bawa virus om." Kata Krisna, Arsyad hanya menghela nafas lelah, sepertinya otak Krisna sama bodohnya dengan jiran.

Permasalahannya bukan itu, ia hanya takut Jiran kenapa-napa. "Diem bocil,"

"Bocil gini bisa memproduksi anak om."

Arsyad mengigit bibirnya kesal mulai mengulung lengan baju panjangnya. "Buruan lo ribut sama gue! Buruan sini!" Ajak Arsyad, tapi langkahnya terhenti saat Aisyah tiba-tiba menghampiri Jiran dan membalut Jiran dengan selimut sebanyak tiga lapis.

"Mih?" Dengan bingung Jiran memeluk selimut itu.

"Amih izinin kamu begadang, amih izinin kamu ikut sahur-sahuran, tapi amih engga izinin kamu kedinginan sayang.."

"Tapi Jiran engga kedinginan mih." Tolak Jiran halus, sungguh ia tidak merasa dingin atau apapun itu.

"Halah bohong, tadi aja ngeluh dingin," disebelah timur ada Bagas, anak itu mengemut kuaci dan menyedot kopikap untuk menemani malamnya agar tidak merasa ngantuk.

"Kata siape? Ih mengada mulu lo bangsat!"

"Mulut sayang mulut." Bukan Aisyah, namun Raffa yang sama andilnya ikut mengemut kuaci, Jiran menghela nafasnya lelah, mulai mengeratkan selimut itu dan menatap wajah ayu Aisyah.

"Iya ini Jiran pakai selimutnya, amih masuk ya?"

"Iya, ini amih mau masuk, Jiran gaboleh kedinginan oke?" Jiran mengangguk, yang tadinya Aisyah berjongkok mulai berdiri dan tungkainya berjalan kearah Arsyad yang masih asik memantau semuanya.

Apalagi keadaan Jiran tidak luput dari pengawasan mata Arsyad, sekali pun Jiran tertidur Arsyad tidak ingin anaknya kenapa-napa, jadi lebih baik ia memantau Jiran walau nyatanya mata arsyad sudah mengantuk setengah mati.

"Amih kalau mau masuk boleh, apih mau disini." ucapnya halus, aisyah mengangguk, tidak ada sepatah katapun dirinya masuk kedalam rumah itu.

"Om? Gamasuk? Masuk sana, masa mau ikutan anak muda sahur-sahuran sih!" Dengan lucunya Krisna membalut tubuhnya dengan selimut hellokitty yang ia sengaja bawa dari rumah.

Tunggal Lanang || DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang