'Terima kasih teman seperjuangan, langkahku sepertinya harus terhenti.'
-dari bagas-
***
Ada beberapa kali orang yang berpapasan dan menyapa walau hanya dibalas senyuman manis tidak membuat orang lain luput pusing, nyatanya laki-laki itu membuat siapa saja tertegun, dengan baju partai gerindra milik bapaknya serta celana bola, Bagas masih dipasar tengah hari ini.
Orang lain bahkan mengeluh lapar dan haus, berbeda dengan Bagas. Hari ini hari libur sekolah, tentunya selain bersekolah ia membantu orang tuanya, sebagai penjual bakso terkadang ayahanda dari Bagas merasa rugi karna tidak ada yang membeli satu pun, makannya hari ini bakso diliburkan dan Bagas membantu bapaknya yang ikut mengangkat beberapa barang.
"Pak, kuat gak?"
Lukman melirik, terkekeh sebentar sebelum menunjukan otot-ototnya yang terbilang tidak cukup besar. dengan senyum lukman terkekeh pelan. "Ya jelas kuat dong! agas aja kuat masa bapak enggak!"
Bagas pun sama dibuat terkekeh, mulai mengangkat barang. "Takutnya bapak capek, kan kalau capek bisa duduk bentar."
"Engga gas, kalau bapak capek nanti yang ngasih makan kalian siapa?" diam, itu yang Bagas rasakan. Sebelum dirinya terkekeh lagi, menyeka keringat dengan tangannya.
"agas yang cari uang, makannya bapak nanti tungguin agas sukses ya!"
"Siap komandan!" Dengan lucunya lukman hormat layaknya seperti upacara hari Senin, keduanya tertawa. ya walaupun dibilang sangat lelah, demi keluarga apapun akan dilakukan. jujur saja berapa kali lukman bilang..
Gas, kamu fokus aja belajar. Bapak aja yang cari uang, toh memang itu tugasmu hanya belajar. Jadi kebanggaan bapak. . .
Semulanya bagas menimbang ucapan lukman, tapi tidak ada salahnya dirinya membantu keluarga, itung-itung olahraga angkat beban. bapaknya cukup tua dan lelah, pelanggan bakso pun kian menurun, tidak lupa. ibunya sedang sakit, terkadang ada secuil rasa ingin membahagiakan keduanya.
"Pak, ibu dirumah sendiri?" Mengangkat barang itu dari Lawang saketeng menuju dalamnya pasar bogor, berkali-kali juga Bagas menghela nafas lelah.
"Iya sendiri,"
"Bapak pulang aja, Bagas yang urus ini.."
"Biar lebih cepet gas, kita rawat ibu sama-sama , kalau agas gotong barang sendirian nanti capek." balas lukman, matanya sedikit mengabur ketika melihat banyaknya orang dipasar.
"Iya bapak pulang dulu, abis itu agas nyusul. Kasian pak, masa ibu ditinggal lama-lama.." dengan masih menggotong agar sampai didepan toko, lukman akhirnya mengangguk, benar kata anaknya. istrinya kini tengah sendirian, dari pada ada hal yang tidak diingkan lukman lebih baik menjaganya.
Hingga pada saat sampai toko yang dituju, lukman menurunkan barang itu dari gendongannya sama seperti bagas, menyeka keringatnya perlahan sebelum menghela nafas lelah, jujur saja kalau ditanya seberapa lapar dan hausnya mereka tentu sangat lapar.
Bahkan keduanya tidak mengikuti sahur dikarenakan telat bangun, "Pak,
Nanti sebelum pulang agas nyari buat buka, bapak tunggu aja dirumah, agas pulang cepet kok pak.""Yakin gas kamu mau bawa barang sendiri aja?" Raut wajah Lukman sangat khawatir.
"Yakin pak." Kata Bagas, tidak mungkin kan dia mengeluh hari ini? Didepannya wajah bapaknya juga sangat kelelahan, sangat tidak tega melihat bapaknya mengangkat barang lagi.
Tanpa lama lagi, lukman mengangguk mengelus kepala anaknya sayang dengan senyum yang tepatri jelas, dirinya berpamitan. "Yaudah, bapak pulang ya, assalamualaikum."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tunggal Lanang || Dream
Fiksi Remajakita sekumpulan anak tunggal yang begitu mendambakan kasih sayang, kita sekumpulan anak tunggal yang menyalurkan kerinduan. kita sekumpulan anak tunggal yang berdedikasi menyelamatkan negara dengan ancaman-ancaman monster pembunuh perasaan. kita sek...