11. Mazam

265 56 10
                                    

"Adek tau? Abang suka nangis kalau inget adek."

***

Shazad Bigazam atau sering dipanggil Mazam, anak laki-laki berusia tujuh belas tahun memiliki golongan darah O dan bertetangga dengan Raffa. Dulu.

Tidak hanya sebagai tetangga, hubungannya merambat menjadi sahabat. Sahabat karib mungkin, ia menyanyangi Raffa seperti menyanyangi mendiang adiknya, mazam lahir di kalimantan tetapi pindah ke Bogor karena urusan pekerjaan ayahnya.

Mazam mempunyai satu adik laki-laki dan satu adik perempuan, namun sayang, adiknya laki-lakinya telah lama wafat.

Kamu tau apa alasan Mazam sangat menyayangi Raffa?

Karena Jafar, adik laki-lakinya.

Jangan bilang Jafar meninggal karena sakit, semuanya salah. Jafar meninggal karena dipukuli. Tiada hari tanpa memukuli, namun sayang yang ayahnya kira tidak akan mati, ternyata mati juga. Namanya juga manusia.

Umur mazam dengan adiknya hanya berjarak lima tahun. Seharusnya jafar sudah berada di bangku kelas 1 SMP. Namun Tuhan lebih sayang dengan jafar, jadi jafar sekolahnya dialam lain, bukan di dunia.

"Iya, Tante tenang, nanti mazam bawain makanan buat Tante."

"Gaada yang serius 'kan Tante?"

"Syukurlah..."

Mazam menutup sambungan itu setelah mengucapkan salam, mengambil beberapa helai baju untuk dirinya. Baru saja dia dikabari oleh Vita jika Raffa harus dirawat inap selama tiga hari karena mengalami pendarahan dibagian perut.

Terkejut? Tentu saja, angan-angan yang berkecamuk fikiran mazam seolah-olah terpatri dengan wajah jafar yang meringis sakit, sama seperti Raffa.

"Kalau dulu gue gabisa jagain jafar, sekarang gue harus bisa jagain Raffa."

Mazam terhenyu, melihat bingkai foto yang sangat besar, bahkan saking besarnya hampir setara dengan dinding kamar milik cowok itu.

"Adek, Adek Engga perlu ngeluh sakit lagi, adek disana pasti bahagiakan?"

Mazam tersenyum, ia mengecup foto itu sayang dan mengelusnya, hingga ia keluar dari kamar untuk pergi menuju rumah sakit.

Dimana Raffa sedang dirawat.

Sebelum pergi ia mengambil jaket yang tergeletak begitu saja dengan kunci motor, transportasi yang akan ia pakai tidak lain adalah motor, pemberian ayahnya.

***

"Tapi seriusan Raffa sakit?"

"Ini udah dua hari Raffa engga masuk sekolah.."

"Lagi pula kita juga engga tau dimana rumah Raffa."

Ketiga cowok itu tengah menikmati satu mangkuk bakso dengan es teh manis, pelengkap perdebatan dimana Raffa berada.

Sore yang begitu terik tidak membuat mereka berhenti mencari keberadaan Raffa, selain merasa ada kejanggalan karena Raffa tidak masuk sekolah, oknum yang mereka tengah cari pun tidak mengabari sama sekali.

"Sakit apa dia sampe dua hari enggak masuk sekolah?" Tanya Syamil, alis anak tampan itu menukik bingung.

Tidak ada jawaban selain gelengan kepala Bagas. "Kalau sakit muriang, enggak mungkin sampai dua hari."

Tunggal Lanang || DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang