20. Rumah langit

235 46 12
                                    

"Kembali saat dirimu merasa sedih."

***

Katakan pada semua umat manusia, apa itu arti rumah langit, bukan rumah yang berada diatas langit, namun rumah yang sudah tidak disinggahi oleh sang pemilik yang sudah terbang jauh keatas langit, tanpa ada ucapan perpisahan dan salam, itu bukan rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Katakan pada semua umat manusia, apa itu arti rumah langit, bukan rumah yang berada diatas langit, namun rumah yang sudah tidak disinggahi oleh sang pemilik yang sudah terbang jauh keatas langit, tanpa ada ucapan perpisahan dan salam, itu bukan rumah. Lebih tepatnya seperti loteng yang disinggahi oleh bagas saat mencari ketenangan. loteng ini terdapat diatas rumah yang sudah kosong, namun terasa sangat amat nyata kehangatannya.

Nazriel tertegun, sebelum masuk ada bambu dengan gambar yang terpasang, anak kecil dan seorang laki-laki, dibawahnya tertulis.

Ini rumah langit dan kakak, selamat datang!

Berjalan perlahan nazriel menemukan lembaran gambar lagi, sama seperti tadi gambar seorang laki-laki dan anak kecil, dibawahnya pun tertulis.

Selamat ulang tahun kakak

Dan ia melihat lagi.

Hari ini ade gabisa main bareng kakak.

Dan kembali melihat lagi.

Ucapkan assalamualaikum sebelum masuk! Kakak yang ajarin itu!

Nazriel terkekeh, siapa itu Kakak?

Langit kangen kak.. kakak kapan pulang? Langit pengen main sama kakak..

Menoleh kedepan, disitu bagas sedang menyulut puntung rokok dan menghisapnya perlahan, jujur saja Nazriel merasa terkejut, baru pertama kali dirinya melihat sisi Bagas yang seperti ini.

"Langit itu adik gue."

"Meninggal waktu umurnya lima tahun."

Nazriel menunduk, kemudian kembali mendongkak. Ada satu hal yang dia lupakan, lukisan yang sudah hancur namun masih bagus tergambar, Bagas dan adik kecilnya. Lukisan itu nampak usang dan sudah benar-benar hancur.

"Dia perempuan yang gue jaga selain ibu." Masih menghisap rokoknya, Bagas menikmati udara dingin kota Bogor. bahkan matanya melihat beberapa lampu yang menerangi kota ini.

"Dia yang namain ini rumah langit."

Nazriel masih terdiam membisu, entah bagaimana jawabannya. ada beban yang bagas pikul amat berat, sampai sekarang beban itu tidak bisa dilepaskan. Bagas hanya bisa terkekeh lalu menghisap rokoknya lagi, ketenangan yang dirinya dapat dari sepuntung rokok.

Jika boleh jujur, bagas tidak pernah membeli rokok dirinya terkadang ditawari oleh pekerja yang sama mengangkut barang, atau terkadang bosnya memberi bonus dan bagas diberi sebungkus rokok. pikirnya jika dia membeli sebungkus rokok hanya untuk ketenangan itu terasa mubazir, dirinya pun tau bahwa bagas orang yang kurang mampu. Maka dari pada membuang uang untuk membeli rokok lebih baik disimpan dan ditabung.

Tunggal Lanang || DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang