25. Taman air mancur

162 28 0
                                    

"Taman air mancur mulai saat ini adalah destinasi tempat pertama kali kita berkencan!"

***

Ini yang paling pertama rahma temui jika berjalan kaki di jalan sudirman dari sebelah selatan, setelah taman air mancur ini diperbaiki dan di tata. Yang dulunya tempat Witte Paal atau Tugu putih, kini menjadi ikon kota Bogor. Bahkan banyak sekali orang yang berlalu lalang untuk sekedar berfoto dan menyantap soto mie milik pak dadi, disini pun sangat banyak kuliner yang menjanjikan harga murah dan nikmat dilidah, bahkan tak disangka gadis itu kegirangan ketika melihat beberapa penjual. "Aku mau kacang boleh?"

Raffa tersenyum, tangannya mengayun hingga pas, pas dilekuk wajah Rahma. "Kamu gaada alergi sama kacang kan?"

"Engga, aku gaada alergi apapun dan aku juga bisa makan apapun kak,"

"Bohong ya? kamu kan ada alergi jeruk,"

Matanya mengerjap dibalik sinar rembulan yang amat terang, katanya. "Loh? Kak Raffa kok tau? Aku gapernah bilang loh? Hayo! Kak Raffa tau dari mana ih? Engga mungkin 'kan aku kepedean kalau kakak nyari tau semua tentang aku?"

"Pinter!" Dengan gemasnya raffa mencubit hidung rahma serta tawa yang megelegar disana, bahkan tidak bisa dipungkiri beberapa yang berlalu lalang melihat dirinya.

"Ih? Kak! Beneran?" Lagi-lagi raffa mengangguk, dibalik padatnya jalan jendral Sudirman disiang hari dan beberapa kali terdengar suara metromini dengan polusi udara yang kurang baik, kini tempat mereka berdiri begitu sejuk. Jalan jendral Sudirman 'pun amat sangat lenggang, mungkin karena malam.

Malam Senin keduanya memadu kasih dengan semangkuk soto mie disebrang air mancur milik pak dadi, setelah keduanya terduduk dikursi yang disediakan raffa berucap. "Soto mie engga pake jeruk nipis," itu pesanannya.

"Kok? Nanti engga asem loh kak?"

"Kamu lupa? Kamu gabisa makan apapun yang mengandung unsur jeruk." Pedagang soto mie yang melayani sedikit kebingungan, baru kali ini dirinya menemukan sepasang kekasih yang tidak bisa memakan soto mie dengan jeruk nipis, padahal itu adalah salah satu kenikmatan yang tiada tara.

"Yaudah." katanya, tanpa ada penolakan lagi. Tapi dibalik itu Rahma menyubit ujung bajunya, gadis itu amat cantik dengan baju berwarna putih dan balutan cardigan hitam, tidak lupa ada kacamata yang menyantol dihidungnya, gadis tersebut amat sangat cantik.

"Minumnya?" Tanya pedagang itu lagi.

"Teh hangat dua."

"Kak?"

"Apa?"

"Teh dingin ya?" Raffa mengangguk, dan mengulang lagi pesanan yang diinginkan, sembari menunggu pesanan. Mereka berdialog dengan kata-kata yang begitu indah dan kadang sesekali Rahma dibuat tertawa.

"Kamu tau engga kenapa kakak ajakin kamu kesini?"

Rahma menopang dagu dengan tangannya lalu menggeleng, "Engga tau, kenapa?"

"Ya mau aja haha."

"Apaansi kak!"

Raffa tambah tergelak, "Kan kakak emang bener, mau aja kakak ajak kamu kesini. Liat deh taman air mancur itu, terang banget kadang ada yang suka main air, engga anak kecil ataupun orang tua. Banyak yang suka disitu,"

Disebrang jalan rahma terus melihat sekumpulan orang tersebut, benar apa yang dikatakan Raffa ada beberapa orang yang memainkan air padahal sudah malam, "Kenapa mereka pada main air ya?"

"Mungkin ingin." Jawab Raffa sekenanya.

"Aku boleh main air?"

"Kalau kamu sih aku larang, udah malem masa main air? Nanti ya?"

Tunggal Lanang || DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang