Reynald 10

270 7 0
                                    

Brukk...

Plakkk...

Lagi, Anggi mendapatkan kekerasan dari Karina. Perempuan itu melipat kedua tangannya didepan dada, jangan lupakan dua dayangnya yang mengikuti kemanapun dia pergi.

"Ngerasa bangga lo, hah??? Reynald jadian sama lo??" Bentaknya namun itu hanya membuat Anggi tersenyum sinis.

"Kenapa sih lo yang ribet??" Tanya Anggi heran. "Gue gak mau berurusan sama lo jadi lepasin gue" perintah Anggi sinis.

Karina tertawa "gak mau berurusan?? Lo udah nyari masalah sama gue dan gak semudah itu lo bilang gak mau berurusan sama gue, apalagi lo udah rebut apa yang jadi milik gue selama ini" ucap Karina penuh penekanan setrlah tawanya lenyap.

Tangan Karina menjambak rambut Anggi membuat Anggi meringis karena sakit namun Anggi berusaha mempertahankan diri agar tak terlihat lemah oleh Karina.

"Kalian sedang apa disini??" Tanya bu Melati yang muncul di depan pintu gudang.

Karina yang gelagapan segera melepas tangannya yang menjambak rambut Anggi begitupun kedua dayangnya yang melepas cengkramannya ditangan Anggi menyisakan bekas merah dikulit tangan Anggi.

"Kalian bertiga ikut saya keruang bk" perintah bu Melati dingin berjalan meninggalkan mereka berempat namun langkahnya terhenti dan kembali menatap kearah empat orang yang masih ditempat yang sama. "Dan kamu" tunjuk bu Melati pada Anggi. "Segera ke UKS, obati lukamu" perintahnya kembali yang diangguki Anggi pelan.

Anggi berjalan meninggalkan gudang sekolah,  tak memperdulikan ocehan Karina yang masih bisa didengarnya namun telinga Anggi seolah menjadi tuli dengan sendirinya.

****

Anggi berjalan kearah rooftop setelah selesai mengobati lukanya, pintu besi berkarat itu berbunyi nyaring saat didorong Anggi. Matanya menerawang ke arah langit biru. Mata Anggi kini bertemu dengan sosok yang kemarin dirinya tinggal begitu saja masih setia memejamkan matanya ditengah terik matahari.

Anggi tersenyum bahagia entah mengapa hatinya menghangat mengetahui Reynald sendirian di rooftop dan tak membantu Karina menyelesaikan masalah tadi di gudang.

Langkah Anggi yang spontan mendekati Reynald membuat senyum semakin lebar tercetak dibibir Anggi, hingga tangan Anggi mengangkat tangannya merentangkan jemarinya menutupi cahaya yang bisa menyilaukan mata Reynald saat membuka mata.

Namun bukannya merasa nyaman, Reynald langsung membuka matanya dan menatap kearah mata Anggi.

"Apa yang terjadi?" Tanya Reynald tanpa bsa basi

Anggi menggelengkan kepalanya, Reynald menarik tangan Anggi supaya turun. "Jangan pernah mikir lo bukan prioritas gue lagi"

"Kenapa??"

"Karena....."

Ucapan Reynald terhenti saat melihat Matthew dan Arnold membuka pintu besi itu membuat mata Anggi dan Reynald menatap kearah pintu.

"Si anjing gue nyari dari tadi, lo malah disini mojok" seru Matthew yang seperti sedang menangkap basah pelaku kejahatan

"nggi, lo gak apa-apa??" Tanya Arnold memastikan. Anggi hanya tersenyum dan mengangguk tanda dia baik-baik saja.

"Bisa gak sih lo berdua pergi dari sini??" Usir Reynald.

"Kita khawatir sama nih orang tapi sialnya malah kita yang diusir sama nih orang" gerutu Matthew dengan gaya mencak-mencak ibu kompleks.

Arnold yang tahu maksud Reynald menyuruh mereka meninggalkannya berduaan, hanya bisa melempar roti yang sengaja dibelinya beserta air mineral botol dan ditangkap Reynald sigap. Tanpa aba-aba Arnold menarik kerah kemeja Matthew dengan gaya menyeret Matthew membuat Anggi dan Reynald cekikikan tanpa suara, hingga pintu besi itu kembali tertutup.

Reynald menepuk tempat kosong disisinya setelah tubuhnya kini duduk santai bukan rebahan seperti awal Anggi datang ke rooftop. Anggi duduk disampingnya namun tak menatap kearah Reynald, dia mengalihkan pandangannya seraya menetralkan detak jantungnya yang ingin meloncat dari tubuhnya karena duduk dengan jarang dekat malah tak ada ruang saking dekatnya hingga kulit tangan Anggi dan Reynald saling menempel.

"Maaf" singkat Reynald.

"Buat??"

"Kejadian di rumah sakit dan gue gak ngasih lo kabar"

"Gak apa-apa, gue berusaha ngertiin posisi lo!! Asal jangan kelewatan" ucap Anggi santai "semenjak gue tau orang yang gue sayang sakit. Hati gue gak pernah tenang, Rey. Gue khawatir berlebihan yang terlihat kayak posesif tapi itu karena gue sayang"

"Gue tau"

Anggi memalingkan wajahnya dan kini menatap kearah wajah Reynald yang sibuk memandang lurus entah apa yang dipikirkannya.

"Wajah lo pucet!!" Ujar Anggi seraya memegang pipi Reynald "lo baik-baik aja kan, Rey?? Apa yang sakit??"

Reynald membalas tatapan Anggi dan tersenyum seraya menarik tangan Anggi dari pipinya dan menggenggam tangan Anggi hangat. "Semenjak gue sakit penyakit sialan ini, gue gak pernah ngerasa baik-baik aja walau gue bilang gue baik"

Anggi diam merasakan keringat dingin menggegam tangannya. "Jangan pernah nyerah, Reynald" pinta Anggi lirih.

"Bisa gak sih jangan bilang itu, telinga gue rasanya bosen!! Seenggaknya lo tiap hari ngomongnya i love you kek biar....."

Cup.......

Satu kecupan singkat mendarat di pipi Reynald tanpa terduga dan pelakunya Anggi hanya tersenyum jahil. "I love you, Reynald. Pacar gue yang paling paling paling ganteng" ujar Anggi manja dan memeluk tubuh Reynald dengan susah payah karena perbedaan tinggi yang kentara untuk menutupi wajahnya yang merah padam menahan malu.

****

Reynald✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang