Reynald 22

222 8 1
                                    

Setelah kejujuran malam itu semuanya berubah, kini semuanya lebih banyak diam dan saling menyemangati.

Kondisi Reynald memang semakin memburuk, dan setelah banyak yang Reynald ceritakan pada Anggi tentang dirinya. Reynalad mengalami serangan jantung mendadak dan henti jantung. Dan disinilah kini Reynald berada, ruangan yang dipenuhi alat-alat kedokteran dan kabel-kabel yang terpasang di dadanya membuat dada Reynald terekspos secara gratis untuk perawat yang memeriksa kondisinya. Ruangan itu sepi dan hanya suara mesin yang menemani belum ada tanda-tanda pangeran tidur itu akan terbangun.

Anggi berjalan menghampiri tubuh yang masih tertidur lelap itu dan tersenyum sendu. Anggi duduk di kursi samping brankar dan meraih tangan dingin milik Reynald.

"Cepet bangun, Rey. Gue butuh lo" pinta Anggi lirih. "Maaf gue baru dateng, Rey. Kemaren gue sibuk ngurus pemakaman mama" Anggi bermonolog sendiri dengan air mata yang terus membasahi pipinya. "Lo gak kangen gue, Rey?? Segalanya udh beda Rey tapi hati gue enggak. Jadi lo gak usah khawatir gue selingkuh"

Anggi kembali diam dan menahan kepedihan hatinya sendiri dan menghapus kasar airmata yang sialnya tak mau berhenti.

"Mama meninggal beberapa hari yang lalu dan gue bener-bener gak siap akan hal itu. Dan gue mohon, Rey. Lo cepet sadar dan bikin pikiran negatif gue ini hilang." Suara Anggi terdengar pilu "gue butuh lo untuk meluk gue dan nyemangatin gue"

Anggi menangis pilu, kini dia menumpu kepalanya di sisi brankar dan membiarkan seprei itu basah disisi walau hanya sedikit.

"Gue sedih, Rey. Sekarang gue tinggal sama nyokap kandung gue. Nyokap kandung gue itu peminum berat, tiap hari gue selalu di tampar atau dipukul tanpa tahu kesalahan gue apa. Sikap dia bisa berubah secepat kilat sama gue."

Anggi menarik nafas terlebih dahulu sebelum kembali mencurahkan isi hatinya pada lelaki yang masih betah tertidur. "Gue bertahan karena lo. Dan gue gak tau akhirnya gue akan gimana kalo lo pergi ninggalin gue,........ Mungkin gue akan nyusul lo, mama dan juga papa" ucap Anggi disertai senyum pilu.

Anggi kembali terisak, tanpa disadari Anggi kini Reynald sudah menatap kearah Anggi namun tubuhnya tak sanggup bergerak karena untuk mengangkat tangan saja Reynald tak memiliki tenaga.

"Nggi." Panggil Reynald seperti bisikkan.

Anggi mendongak. Matanya yang sembab dan merah beradu pandang dengan mata tajam Reynald yang Anggi rindukan. Tangis Anggi pecah kembali dan lebih kencang membuat Reynald tersenyum geli melihat tingkah Anggi.

"Jahat banget sih lo, Rey. Gue sedih banget sumpah liat lo kayak pangeran tidur. Malah gue sempet berpikir buat cium lo kayak di cerita putri salju biar lo sadar" cerocos Anggi begitu bahagia sekaligus terharu melihat penantiannya tak percuma.

"Peluk gue, Nggi" pinta Reynald pelan, namun Anggi menggelengkan kepalanya sebagai penolakan. "Kenapa??"

Anggi mengusap wajahnya yang basah, "gue takut lo tutup mata, pas meluk lo" ucap Anggi bergetar. "Mending gue panggil dokter yah, biar kondisi lo di cek dulu dan keluarga lo tahu lo udah sadar" ucap Anggi yang berlari keluar ruang icu.

****
Martha dan Hendri kini masuk kedalam ruangan icu untuk menemani Reynald setelah dokter memeriksa kondisinya. Sementara Anggi masih duduk disamping Cakra dikursi tunggu depan ruang icu.

"Ini doa lo'kan, Nggi" ucap Cakra tenang walau hatinya bergemuruh karena tak sabar bertemu kakak tirinya itu. "Tolong jaga Reynald, dan jangan nyampe dia nyentuh nikotin lagi" pinta Cakra lebih serius.

Anggi melepaskan tangan Cakra dan menatap kearah mata Cakra. "Gue bisa berusaha buat dia gak ngerokok tapi semuanya percuma kalo elo dan yang lain tetep ngisep itu rokok didepan Reynald. Dan, ujungnya dia tetep akan ikut ngisep"

"Kalo lo mau Reynald seenggaknya punya kesempatan buat sembuh lo dan yang lain harus berenti ngerokok atau seenggaknya jangan ngerokok atau liatin benda itu didepan Reynald" usul Anggi

"Akan gue pikirin sama yang laen."

"Lo udah kabarin para kecebong?" Tanya Anggi yang kini menatap dinding putih dihadapannya.

"Mereka ntar kesini" jawab Cakra "gimana kondisi lo sekarang??" Tanya balik Cakra yang memang tak sempat menemani Anggi dihari-hari gelapnya setelah kepergian tante Nadia. "Maaf gue pergi gitu aja selesai pemakaman" sesal Cakra mengingat kejadian mamanya yang tiba-tiba tumbang karena sibuk dirumah sakit dan melupakan jadwal makan.

"Gue ngerti kok, kita bukan temenan sehari duahari. Dan gue juga tau ada yang lebih penting, makanya lo pergi gitu aja tanpa pamit"

"Lo dirumah sekarang sendiri??" Anggi hanya menggeleng sebagai jawaban dari pertanyaan Cakra.

"Gue tinggal dirumah nyokap, Cak"

"Lo bahagia"

"Harusnya gue bahagia, tapi entahlah."

"Apa yang gue gak tau selama gue sibuk" tanya Cakra penasaran. Anggi menggeleng dengan senyum kepalsuan lagi.

"Yang pasti sekarang gue bahagia karena Reynald udah sadar, jadi bagi gue hari ini kebahagiaan gue cukup" ucap Anggi mengalihkan obrolan mereka berdua.

Pintu ruang icu dibuka menampilkan Martha dan Hendri keduanya menatap kearah Cakra dan Anggi seraya tersenyum tulus.

"Kenapa, Bun??" Tanya Cakra memastikan kalo kondisi Reynald tak memburuk.

"Bentar lagi Rey dipindahin keruang perawatan biasa." Jawab Hendri setelah ngobrol dengan dokter dirumah sakit milik Hendri dan dokter yang selalu menangani Reynald dari awal sakitnya.

Anggi kini masuk bersama Cakra, Sesaat Anggi ngilu sendiri melihat alat serta kabel yang dilepas dari tubuh Reynald dan lelaki itu kini memakai piyama rumah sakit sepenuhnya dan dadanya tak terekspos lagi.

"Ayo, Rey" ajak Cakra yang memapah Reynald duduk di kursi roda yang sudah dibawa perawat.

Perawat itu mendorong Reynald dikursi roda keluar dari ruang icu ditemani Anggi dan Cakra yang berada dibelakang perawat.

Saat pintu dibuka ruangan itu dihiasi banyak origami burung bangau dengan berbagai warna dan tulisan happy aniversery.

Reynald menatap kearah Anggi yang tersenyum kikuk.

"Kenapa gak suka?? Lagian ini udah telat buat rayain" jawab Anggi yang mengerti arti tatapan Reynald.

"Makasih" singkat Reynald yang masih menatap ruangan yang biasanya monoton kini penuh warna.

"Makasih lo diterima, tapi hadiahnya apa buat gue setelah gue berkorban buat bikin beginian padahal gue aja gatau kapan lo sadar" ungkap Anggi merasa airmatanya siap keluar namun kini ditahannya.

Cupppp.....

"Itu kado sederhana yang bisa gue kasih" ucap Reynald yang sanggup membuat suasana diruangan awkward.

Tanpa mereka sadari semua menonton ciuman singkat Reynald dan Anggi.

"Reynald" panggil Hendri yang seketika menyedot kebahagiaan Reynald dan Anggi tanpa tersisa.

*****


Reynald✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang