Reynald 18

225 6 1
                                    

Cakra berusaha terus menghubungi Anggi walau terus tersambung dengan voicemail. Kini suasana begitu tegang, setelah kepergian Anggi entah kenapa Reynald tiba-tiba ambruk   dan dilarikan kerumah sakit.

Sementara tante Martha terus menatap datar pada Karina setelah tragedi tamparan yang diberikan tante Martha pada Karina.

"Berhenti ada dihidup anak saya" tegas Martha pada Karina yang kini diam membisu.

****

Anggi kini berdiri dipegangan sebuah jembatan. Sepulang dari rumah Reynald, Anggi sungguh tak berminat pulang kerumahnya, mungkin sang mama akan menanyainya karena matanya yang sembab dan Anggi malas untuk menjawab pertanyaan itu.

Ada rasa sakit yang tak jelas dihatinya mengetahui kenyataan yang disembunyikan darinya selama ini, dipikiran Anggi sekarang hanya ada bagaimana caranya dia bisa mengobati sakit yang Reynald rasakan akibat dirinya.

Anggi merogoh ponselnya entah mengapa dia tak ingin menerima panggilan dari Cakra dan entah kenapa kini dipikirannya hanya ada Matthew, cowo yang jelas-jelas selalu meledeknya bila sedang bersama Reynald.

Anggi melakukan panggilan pada Matthew yang langsung diterima Matthew dengan gerutuan khas dan tak biasanya Anggi hanya tertawa mendengarnya.

"Nggi, lo lagi konslet??" Tanya Matthew di seberang panggilan.

"Matt, obatnya biar Reynald sembuh sakit jantung apa??" Tanya Anggi tanpa menjawab pertanyaan Matthew.

"Lo bego atau apasih?? Kagak adalah obatnya kecuali donor jantung" jawab Matthew "emang kenapa?? Lo mau ngasih jantung lo?? Jangan gila deh ntar lo hidup pake jantung apaan coba??"

"Jantung pisang bisa kali, Matt" ujar Anggi tertawa miris namun gelak tawa terdengar ringan di seberang sana.

"Gilak, si Reynald pantesan jadi goblok dapetnya cewek gilak macam lo"

"Matt, kalo suatu saat gue gak ada bolehkan gue minta tolong kasih tau keluarga gue buat donorin jantung gue buat Reynald" pinta Anggi yang membuat suasana hening diseberang sana. "Matt" panggil Anggi memastikan.

"Jangan ngadi-ngadi lo, markonah!! Bisa makin goblok si Reynald kalo tau yang dipake dia jantung lo"

"Gue tutup telfonnya yah!! Inget yah pesen gue barusan" ucap Anggi dan memutus panggilan secara sepihak.

Anggi menatap kebawah jembatan dan terlihat arus sungai yang lumayan deras, Anggi hanya ingin melunasi semua perbuatannya yang membuat Reynald tersiksa karena sakitnya dan juga Anggi ingin melepas beban hidup lainnya.

Byurrrrrr.....

Anggi tersenyum membiarkan tubuhnya makin dalam masuk kedalam arus sungai. Oksigen diparu-parunya semakin menipis dan terasa mencekik. Pikiran Anggi kembali ke Reynald dan merasakan begini yang Reynald hadapi setiap oksigen susah payah dihirupnya. Perlahan kesadaran Anggi berkurang dan semuanya gelap.

****

"Udah ada kabar dari Anggi??" Tanya Reynald pada Cakra kesekian kalinya setelah sadar dari pingsannya. Namun hasilnya selalu gelengan kepala.

Ponsel Cakra berdering dan menatap nama Matthew dilayar, dan ini hampir menjelang subuh sedikit heran jam segini orang itu sudah bangun.

Cakra pun menerima panggilan tersebut,

"Gue kagak bisa molor anjir gara-gara omongan si Anggi semalem" gerutu Matthew saat panggilan terhubung.

"Anggi" beo Cakra dan membuat Reynald bergerak untuk memposisikan tubuhnya duduk tegak.

"Hooh, tumbenan banget dia nelfon gue dan bilang hal gilak bagi gue"

"Hal gilak gimana maksud lo??" Tanya Cakra.

Reynald segera merebut ponsel Cakra dari sang pemiliknya dan me-loudspeaker panggilan dari Matthew.

"Semalem tuh dia nanya cara obatin biar si Reynald sembuh. Yah, gue bilang kalo dia pengen Reynald sembuh dengan cara donor jantung."

Reynald diam, mencerna setiap ucapan yang Matthew ucapkan. Hatinya tiba-tiba seperti terhimpit ribuan batu.

"Tambah gilaknya masa dia bilang kek wasiat gitu sama gue!! Katanya gue suruh bilang sama keluarga dia kalo dia mati suruh donorin jantungnya buat Reynald" tambah Matthew dan seketika suasana hening. "Nyet, lo masih disanakan dengerin gue?? Itu bocah lagi ada masalah atau apaan sih kok ngomongnya bikin gue serem sendiri"

"Gue matiin yah telfonnya!! Lo gak usah molor bentar lagi juga pagi berangkat kerumah sakit sini temenin gue sama Reynald" ujar Cakra datar.

Telfon dimatikan Cakra, tangannya segera menyimpan kembali ponselnya didalam saku celananya.

"Gue cuma takut dia nekat. Lo tahu sendiri gimana sifat itu anak" gumam Cakra sedikit putus asa setelah mendengar obrolan dengan Matthew.

****

"Rey makan dulu, ini udah malem dan lo belom makan dari pagi" ucap Karina dengan membawa nampan berisi makan malam milik Reynald yang sama sekali tak disentuhnya.

Diruangan itu terdapat empat kecebong yang sejak pulang sekolah stay walau sedang jadwal pemadatan UN begitupun dengan Karina.

"Kata Dyah, Dia gak masuk sekolah" ucap Dino mewakili pertanyaan dihati Reynald.

Karina memutar bola matanya malas, "bisa gak sih gak usah peduliin cewe jalang itu"

"Cewe jalang itu pacar gue, Karina!!" Tegas Reynald dan membuat empat kecebong berteriak menyemangati walau didalam hati.

"Tapi dia yang udah bikin lo sakit gini, dia yang udah bikin lo mesti menjauh dari cita-cita lo jadi atlet basket"

"Bisa gak sih, lo gak perlu ngungkit yang lalu" pinta Arnold yang gerah sendiri mendengar ucapan Karina.

"Yaelah mau adu mulut, gak guna banget lo ngelawan raja nyinyir disini, yang ada lo kelindes sebelum waktunya" ledek Matthew.

"Herman gue sama cewe kayak lo yang hobi ngebully dan hobi ngungkit masa lalu, kayak masa lalu lo gak berdosa aja"

Karina diam membisu, dosa yang selalu menghantuinya sampai saat ini dan tak ada satu orangpun yang mengetahui hal itu.

"Selamanya dia menjadi benalu dimana-mana persis seperti ibunya" batin Karina

****

 

Reynald✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang