Reynald 28

167 7 3
                                    

Brankar yang membawa Anggi itu kini memasuki ruang operasi, wajah panik dan takut terlihat dari Aji dan Ranti saat ini. Begitupun Cakra dan Reynald yang masih berdiri dan menangkupkan wajah mereka pada dinding rumah sakit tanpa peduli baju mereka penuh dengan darah dari Anggi.

Ingin sekali Cakra menghajar saudara tirinya ini jika tidak mengingat tempat umum dimana mereka berada dan juga keadaan Reynald yang sangat mengkhawatirkan dengan tangan yang penuh darah dan gemetar.

"lebih baik kalian segera mencuci tangan dan segera ganti pakaian kalian dengan yang sudah dibelikan oleh bawahan saya" perintah Aji setelah pak Eko bawahannya menenteng dua paperbag dan menyerahkannya pada Cakra.

"makasih om" ucap Cakra mewakili Reynald yang masih syok.

****

Brakkkk.....

Pintu kamar mandi sengaja ditendang Aji dengan kasar dan dibantu Cakra juga Reynald. Benar saja yang ditakutkan Cakra selama diperjalanan menuju rumah tinggal Anggi yang baru.

Cakra segera meraih tubuh Anggi yang mulai oleng dan hampir menyentuh lantai sementara Aji sebagai ayah, syok melihat anaknya melakukan hal nekat.

"om segera siapkan mobil" perintah Cakra yang diangguki Aji yang segera menelfon pak eko menyiapkan mobil pribadinya.

"biar gue yang bawa" ucap Reynald yang hanya dibuahi desis kasar dari Cakra.

"Cakra.... Makasih selalu ada buat gue" ucap Anggi menatap kearah Cakra seolah meminta pertolongan.

"jangan bilang makasih sama gue, sebelum lo selamat dan sehat lagi" pinta Cakra dengan pelukan hangat seolah tak membiarkan Reynald menyentuh Anggi sedikitpun. "bertahan, Nggi. Sekarang gue bawa lo kerumah sakit" perintah Cakra kembali dan hanya diangguki lemah oleh Anggi.

Sepanjang perjalanan Anggi tak lepas memegang tangan Cakra oleh tangannya yang masih bersih dan tak terluka sedikitpun, sementara tangan kirinya sibuk Reynald tekan agar darah tak keluar semakin banyak hingga dipertengahan jalan kesadaran Anggi hilang membuat semua panik.

Reynald yang berusaha mati-matian menahan luka dan tak sadar bajunya sudah penuh darah begitupun telapak tangannya sedangkan Cakra terus memanggil nama Anggi berharap perempuan yang dicintainya dalam diam itu sadar.

Mobil yang mereka tumpangi memasuki area rumah sakit hingga berhenti didepan pintu IGD dan beberapa perawat mendorong brankar menghampiri mobil Aji dan membawa Anggi masuk untuk ditangani.

****

Kini ruangan itu menyisakan Anggi yang masih tertidur karena sisa efek bius bersama Cakra dan Reynald. Sementara Aji dan Ranti sedang menemui dokter yang tadi menangani operasi Anggi.

"ini yang lo suka, Rey?" tanya Cakra akhirnya setelah membisu beberapa waktu yang lalu karena panik.

"apa lo pernah liat Karina senekat Anggi? Apa pernah lo liat luka ditubuh Karina?" tanya Cakra kembali

"Karina kurang kasih sayang"

"gue udah bilang sekali dia medusa ya tetap medusa gak akan jadi elina si kupu-kupu cantik" tegas Cakra.

"lebih baik lo ngobrol dan tanya fakta sebenernya kehidupan Karina sebelum lo terlalu jauh terjebak sama dia dan bikin lo menyesal seumur hidup karena udah dengan mudahnya nuduh hidup orang baik-baik aja tanpa tau isi didalamnya" sindir Cakra yang mendekat kearah tubuh Anggi dan membelai rambut Anggi. "jarang juga lo bisa ketemu bokap si Medusa" tambah Cakra yang hanya Reynald angguki.

Obrolan Cakra dan Reynald terhenti saat Aji masuk kedalam ruangan dengan membawa beberapa makanan.

"kalian kelamaan nungguin Anggi yah? Sekarang kalian makan malam dulu, tadi ibunya Anggi beliin ini dulu buat kalian sebelum pulang" jelas Aji yang membuka kotak nasi dengan merk sebuah restoran diatasnya dan menyimpan diatas meja lengkap drngan sendok dan air mineral dibotol.

Reynald dan Cakra berjalan kearah sofa, tanpa menunggu lama mereka bertiga langsung menghabiskan makanan masing-masing tanpa jaim atau canggung, entahlah Reynald dan Cakra merasa nyaman dekat dengan Aji, yang seharusnya membuat mereka canggung karena ini pertemuan pertama mereka.

"kalian enggak dicari orangtua kalian belum pulang jam segini?" tanya Aji setelah merasa suasana lebih santai.

"tadi aku udah kasih kabar dan kemungkinan gak akan pulang" jawab Cakra yang diangguki Aji tanda mengerti.

"lalu kamu?" tanya Aji pada Reynald yang lebih banyak diam dari awal kejadian.

"kita saudara om, jadi aku gak perlu hubungin bunda atau ayah"

"kalian kembar?" tanya Aji kembali yang hanya mencari tahu kejujuran anak-anak didepannya. Cakra dan Reynald menggeleng.

Aji manggut-manggut kembali seolah mendapat jawaban yang memuaskan hatinya.

"kamu yang pacar anak saya? Dan kamu juga sahabat anak saya satu lagi yaitu Karina yang sama-sama menyukaimu juga" ucap Aji membuat Reynald terkejut darimana ayah Anggi tahu padahal Reynald baru hari ini bertemu Aji.

Aji tersenyum penuh kemenangan melihat wajah terkejut Reynald walau tipis. "saya lupa kalau kamu sudah bukan pacar anak saya" ralat Aji sengaja mengisengi Reynald.

Sementara Cakra lebih memilih diam, dia takjub dengan sosok didepannya yang tahu segalanya tanpa celah mungkin tanpa Anggi atau Karina tahu sebenarnya ayah mereka mengetahui kehidupan kedua putrinya itu tanpa mereka sadari.

"Karina memang saya berikan kasih sayang dan materi berlimpah sejak kecil namun cara mendidik ibunya yang salah membuat pribadi Karina seperti sekarang yang terlalu ambisius untuk meraih apa yang diinginkan olehnya" jelas Aji untuk memulai cerita tentang kedua puterinya dari dua kesalahan yang sebenarnya tak sepenuhnya salah Aji.

Reynald dan Cakra masih menyimak,

"saya tahu kalian bersahabat sejak kecil dengan Anggi dan saya tahu Anggi menyukaimu, Rey dan itu dari dulu, mungkin cinta monyet bahasa anak sekarangnya dan saya selalu tahu apa yang Anggi suka dan gak suka karena saya hanya bisa memantau dia dari jauh tanpa ikut campur dengan kehidupannya dan begitupun hidup Karina"

"lalu kenapa Karina selalu menyakiti dirinya sendiri, jika benar yang om katakan tentang selalu memberikan limpahan kasih sayang dan materi?" tanya Reynald penasaran.

"saya tahu kamu bukan orang bodoh tapi kepintaranmu itu membuatmu jadi terlihat bodoh, dan kamu harus mempelajari dari soal arti kata taktik dan kelicikan untuk meraih yang diinginkan" ujar Aji yang kini duduk lebih tegap dan terlihat lebih serius.

"om maksud saya ditipu?" tanya Reynald tak percaya.

"saya tidak bisa menjawab hanya saja memberikan clue agar otakmu gak beku" ledek Aji masih dengan bawaannya yang tenang.

"nah itu om, saya setuju" suara Cakra.  "masa ada orang mau bunuh diri ngomong dulu" tambah Cakra dengan semangat menggebu.

"sekarang pikirkan yang terbaik buat kalian, karena saya tidak akan memberikan kamu kesempatan ketiga buat lukain hati Anggi lagi" tegas Aji yang menatap tajam netra Reynald. "saya tidak pilih kasih untuk kedua anak saya, hanya saja saya melakukan ini untuk menyadarkan kamu dan juga Karina bahwa kelakuannya sudah diluar batas."

"saya sebagai ayah yang baik memberikan kamu kesempatan untuk melepas Anggi, karena setelah kejadian ini mungkin semua tak akan sama dan begitupun Anggi." ucap Aji kembali mengingat ucapan dokter mengenai kondisi lengan Anggi pasca operasi.

****

Reynald✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang