Reynald 5

363 11 1
                                    

"Mah" panggil Anggi saat melihat mamahnya duduk dilantai dan menunduk.

Anggi menghampiri mamahnya dan memeluk penuh rasa sayang seraya mengelus lembut punggung sang mama. Anggi tak bisa bicara apapun namun tak tahu kenapa hatinya terasa semakin sakit.

Kejadian hari ini banyak menguras tenaga dan emosinya, semoga ini kejadian terakhir sebagai penutup itulah do'a yang Anggi panjatkan terakhir.

Tangis mama Anggi pecah dalam pelukan Anggi walau tak bersuara tapi terlihat dari tubuh yang bergetar.

"Apa yang terjadi, Mah??" Tanya Anggi.

"Maafin mama, Nggi"

Anggi mengerutkan keningnya bingungkarrna untuk apa mamanya meminta maaf tiba-tiba. "Mah, sebenernya ada apa?"

"Maaf kalo mama gak bisa mertahanin kamu lagi untuk ada disisi mamah" jelasnya lirih.

Inilah yang selalu Anggi takutkan selama ini. Orangtua kandungnya mengambilnya kembali setelah mama merawatnya dari kecil. Anggi kini merasa semakin sesak sungguh dirinya tak menduga hari ini bom itu meledak.

"Anggi percaya mama'kan?? Kalo mama sayang sama Anggi dan gak rela Anggi diambil orangtua kandung Anggi"

Anggi mengangguk yakin, tangisnya sudah pecah sejak tadi apalagi mendengar suara mamanya yang terdengar sangat pilu.

"Anggi akan tetep sama mama!!" Tegasnya tak ingin mendengar apapun lagi.

Mama Anggi mengurai pelukannya, dan sekarang menangkup wajah anak kesayangannya itu dengan kedua tangan yang tak sekencang dulu.

"Anggi sayang mama, mama yang udah besarin Anggi sampe sekarang dan nurutin apapun mau Anggi dan Anggi ngerasa bahagia hidup sama mama dan almh. Papa dulu" jelas Anggi menolak tujuan utama mamanya hingga terlihat sesedih itu.

"Mama juga sayang Anggi begitupun almh. Papa. Mama gak rela sungguh mama gak rela  bila perlu mama bersumpah tapi....." mama Anggi diam sesaat.

"Mah, Anggi gak mau"

"Seenggaknya dicoba dulu, Nggi." Usul mama Anggi namun lagi, Anggi menggeleng pasti. "Anggi harus belajar untuk mengenal orangtua kandung Anggi karena mungkin waktu mama tinggal sebentar lagi"

"Ma, Anggi mohon jangan bahas masalah sakit mama. Selama mama masih mau bertahan pasti mama dikasih kekuatan"

"Nggi, mama mohon" pinta sang mama yang hanya dijawab gelengan.

"Kenapa semua orang pengen ninggalin Anggi?? Dosa Anggi apa sih, ma?? Papa udah pergi sekarang mama juga dan terakhir Reynald!!"

Anggi menunduk mengingat ucapan tante Martha soal sakit Reynald.

"Reynald sakit apa??"

Anggi mendesah, "jantung"

****

Dua hari Anggi absen sekolah, dan terlihat Reynald mencarinya lewat mata walau tak diucapkan secara lisan.

Seperti biasa Reynald berada disisi lapangan dengan ponsel dan earphone terpasang ditelinganya. Sementara yang lain asik bermain basket dijam istirahat pertama.

Reynald menatap ponselnya yang sejak kejadian di uks itu menjadi sepi. Biasanya Anggi akan sibuk spam hingga Reynald menjawab chatnya walau singkat.

"Jangan terlalu serius lo ngeliatin tuh chat terakhir Anggi" ledek Cakra yang melihat isi chat dari Anggi diponsel Reynald. "Gue gak bisa yakinin dia buat stay dijakarta" ucap Cakra sambil meminum air mineral dingin miliknya dan menatap langit yang biru cerah.

"Maksud lo??"

"Malem itu Anggi selfharm lagi"

"Selfharm?"

Cakra mengangguk, "dia tertekan dari lo yang nyuruh dia ngejauh dan juga tante Nadia yang sakit dan nyuruh Anggi balik ke ortu aslinya" jelas Cakra, namun ingatannya melayang kemasa awal pertemanan mereka.

"Dia dimana sekarang"

"Gatau, setelah ketemu dirumah sakit. Paginya Anggi kaya ditelan bumi. Ngilang tanpa jejak" bohong Cakra "kalo emang lo peduli mending lo temuin tante Nadia deh"

Tanpa menjawab Reynald langsung beranjak dari posisinya semula, meninggalkan Cakra yang tersenyum karena dramanya kali ini sukses.

"Dasarnya jaim sih susah" celetuk Arnold yang mengetahui misi Cakra tersebut. Cakra menyetujui ucapan Arnold.

Semua teman dekat Reynald tahu, bahwa lelaki itu berusaha menekan mati-matian rasa yang berkembang tanpa sepengetahuannya. Namun setelah Anggi menghilang dua hari terlihat perbedaan dari tatap mata Reynald yang memang jarang banyak bicara namun kali ini terlihat kosong.

"Selanjutnya apa??" Tanya Matthew memastikan rencana selanjutnya.

"Ajak medusa Karina ke pulau tempat Anggi menyepi" jawab Cakra. "Tapi kita mesti pastiin dulu tuh anak jaim nemuin Anggi dulu disana"

"Gue boleh bawa Dyah??" Tanya Dino datar membuat ketiganya menatap horor.

"Yaelah nih bocah ikut kasmaran juga!! Sambil nyelam minum aer, dinosaurus" nyinyir Matthew.

Cakra memegang bahu Dino dengan senyum jahil, " tapi gak pake adegan 21+ yah" ledek Cakra membuat Arnold dan Matthew terbahak-bahak.

"Otak lo semua kotor mari kita ke tepat pencucian otak di rumah Karina" tutur Dino santai masih dengan tatapan datar dan santai.

"OGAH" seru ketiganya kompak disertai tawa dari keempat cowo itu.

****

Bel ditekan Reynald secara terus menerus, berharap didalam rumah Anggi ada orang yang mau membuka pintu. Terdengar suara seseorang dari dalam rumah membuka kunci pintu dan menampakkan sosok ibu yang tenang dan bersahaja.

"Cari siapa nak??" Tanya mama Anggi lembut, namun Reynald mencium tangan mama Anggi terlebih dulu sebagai seorang yang bertamu pada yang lebih tua.

"Angginya ada, tan??" Tanya Reynald to the point

"Walah, Angginya gak ada nak!! Kamu cari Anggi?? Nanti kalo pulang tante bilangin Anggi yah temennya kesini. Nama kamu siapa??"

"Aku Reynald, tan. Tante bisa kasih tau dimana Anggi??"

"Astagfirullah ini beneran Reynald?? Pantesan aja Anggi bilang diawal ketemu gak kenal kamu. Tante aja gak kenal kamu kalo kamu gak ngasih tau nama kamu" jelas Mama Anggi yang heboh melihat calon menantu yang selalu diceritakan oleh anaknya itu.

Reynald tersenyum kaku, ingatannya tentang tante Nadia memang tak pernah berubah sejak dulu sosok yang hangat dan bijaksana versi Reynald.

"Tante, bisa aku ketemu Anggi??"

"Angginya lagi diluar kota, Rey!! Tante deportasi dari rumah karena kelakuannya gak berubah setiap punya masalah"

"Deportasi kemana, tan?? Gak berubah gimana tan kelakuan Anggi??"

Wajah Nadia seketika muram dari yang awalnya ceria, suasana pun menjadi serius. "Tante tulis dulu yah alamatnya, bujuk dia yah Rey buat nerima kemauan tante soalnya udah minta tolong Cakra tapi Anggi masih aja keras kepala"

"Rey usahain, tan!!"

"Tunggu sebentar" ucap mama Anggi yang berlalu kedalam beberapa detik dan kembali membawa selembar kertas yang sudah tertulis lengkap alamat dimana Anggi.

"Rey, tante mohon jangan kasih harapan sama Anggi kalo emang kamu gak mau Anggi ada dihidup kamu!!" Pinta mama Anggi yang hanya diangguki.

"Rey pamit pulang yah tan!!" Ucapnya seraya mencium tangan mama Anggi dan berlalu memasuki mobilnya yang terparkir di depan rumah Anggi.

"Sekarang gue sadar dan gak seharusnya gue nyuruh lo pergi dari hidup gue karena hati gue masih tetap sama kaya dulu, gue sayang lo walau selalu dengan keterlambatan gue menyadarinya" batin Reynald

***

Reynald✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang