Reynald 29

171 8 5
                                    

Anggi mendengus kasar, suasana sepi dan kesendiriannya membuat Anggi merasa jenuh. Dan juga rasa sakit dipergelangan tangannya semakin terasa.

Mata Anggi menatap lekat pada perban yang membalut tangannya dan seketika lamunan'nya melanglang buana pada obrolan dengan sang ayah sebelum pamit bekerja.

"jangan banyak pikiran" suara seseorang muncul menghentikan lamunan Anggi. "lo udah makan?" tanya Reynald saat menghampiri Anggi setelah menyimpan ransel miliknya di sofa pojok ruangan.

Anggi masih mengerjap tak percaya melihat Reynald diruangannya seorang diri dan bersikap seolah mereka baik-baik saja.

"cepet sembuh biar bisa masuk sekolah lagi" ucap Reynald seraya mengelus rambut Anggi lembut dan mengecup pelan dahi Anggi.

"kak"

"maafin sikap gue kemaren, gue udah salah menilai lingkungan disekitar gue dan gue mohon kita jangan putus yah??"

Anggi masih diam mengerjapkan matanya berusaha mencerna ucapan Reynald. Tangan kanan Anggi yang tertancap infus menarik tangan Reynald.

"peluk gue, Rey" pinta Anggi yang langsung Reynald lakukan. "jangan kayak kemaren lagi, Rey."

"iya, enggak!!"

"janji gak akan banding-bandingin lagi"

"iya janji"

Tangis Anggi pecah, rasanya satu bebannya terangkat namun satu lagi entah bisa selesai atau tidak.

"Rey"

"kenapa?"

"Kok lo bisa ngomong segampang itu sih?" Tanya Anggi penasaran "lo gak gugup atau ngerasa takut gitu gue bakalan buang lo bener-bener dari hidup gue?" Tambah Anggi kembali, namun yang dapatkannya hanya pelukan yang makin mengerat dan dagu Reynald yang menempel di ceruk leher Anggi.

"Gue yakin omongan lo putusin gue itu gak serius, dan gue juga yakin posisi gue masih sama persis yang dulu belom pernah kegeser siapapun termasuk Cakra"

Hening beberapa detik....

Anggi tak bisa berkata apapun lagi, mungkin bila Reynald melepas pelukannya dia bisa melihat wajah merah Anggi karena perkataan lelaki tadi yang membuatnya kini diatas langit.

"Kenapa lo diem? Jangan geer itukan memang kenyataan" celetuk Reynald seraya melepas pelukannya.

"Jangan bikin gue ngerasa mati berdiri lagi. Gue masih butuh lo selain bunda buat ngisi hidup gue" lanjut Reynald.

"Maaf, Rey!!"

Brakkk.....

Pintu kamar inap Anggi dibuka paksa oleh keempat cebong yang nyengir tanpa dosa, mereka masuk dengan tenangnya membiarkan dua sejoli itu dibuat diam meratapi moment berdua mereka pupus begitu saja walau ratapan mereka hanya ada didalam hati.

"Anjir pantesan lo gak ikut pemadatan, nyatanya lo disini alesan mau check up segala" ujar Matthew tanpa bersalah.

"Gue emang udah check up tapi bukan diri gue...."

"Gak usah dilanjut, gue tau lo mau ngebucin" potong Arnold yang langsung dihamini tiga cebong lainnya.

Reynald hanya mendengus dan mempererat rangkulannya sesekali mengecup rambut Anggi.

"Jangan buat mata gue gak suci bisa gak sih" gerutu Matthew

"Sok suci padahal lebih lebih" ledek Dino

"Gue emang masih suci belom pernah pacaran, dan gara-gara temenan sama kalian yang berotak mesum kesucian gue terkontaminasi"

"Dakwah terus, mentang-mentang pernah masuk pesantren" sindir Cakra seraya melempar tasnya kearah Matthew

"Hahaha pesantrenan kamar emaknya" timpal Arnold mengingat dulu Matthew pernah dikurung seminggu dikamarnya karena kepergok minum alkohol.

"Emang kapan Matt dimasukin pesantren??" Tanya Anggi bingung sekaligus tak mengerti obrolan 5 kecebong itu.

Sesaat semua diam.

Hening....

Anggi masih menanti jawaban namun malah tawa 4 lelaki laknat itu yang membuncah tanpa Anggi tahu alasan tawa mereka meledak.

"Anggi sialan, lo bikin gue teraniaya sekarang" teriak Matthew kesal.

****

"Mending lo balik deh, kak" usir Della tanpa sungkan

Anggi mengangguk, menyetujui ucapan Della.

"Lo hari ini gak usah nungguin gue, lagian besok pagi juga udah boleh pulangkan!!" Alasan Anggi karena jujur dia khawatir melihat wajah Reynald yang pucat.

"Gue tetep disini atau lo berdua yang gue usir" tegas Reynald tak terbantahkan membuat Dyah diam dibalik Della.

"Rey" Anggi memperingatkan Reynald.

"Oke, gue keluar sebentar" singkat Reynald yang berjalan meninggalkan Anggi sebelum Anggi menyetujuinya.

"Dasar aneh, nemu pacar dimana sih?" Tanya Della yang dibuahi angkatan bahu oleh Anggi.

"Gue khawatir sama Rey" gumam Anggi pelan.

"Dia keliatan baik-baik aja kok" ujar Dyah dan disetujui Della.

****

Jam sudah menunjukkan hampir jam 12 malam dan Reynald tak kunjung masuk kedalam kamar inap Anggi, Dyah dan Della sudah terlelap tidur setelah bercerita panjang lebar soal hubungan mereka.

Anggi segera meraih ponselnya yang tergeletak diatas nakas dan menghubungi no Reynald yang langsung diterima Reynald cepat.

"Lo dimana, Rey?" Tanya Anggi setelah panggilannya diterima Reynald.

"Bentar lagi gue balik ke kamar"

"Are you okay?"

"I'm fine"

"Jangan kelamaan, gue tutup telfonnya yah sekarang" ucap Anggi seraya mematikan panggilannya tanpa menunggu jawaban dari Reynald.

Anggi termenung sesaat, dirinya tahu Reynald sedang tak baik-baik saja terdengar dari suaranya yang berat.

Kaki Anggi beranjak turun dari brankar entah mengapa hatinya meminta Anggi mencari keberadaan Reynald hingga membawa Anggi berjalan menyusuri koridor rumah sakit.

Langkah Anggi terhenti di lorong dokter spesialis jantung dan mendapati sosok yang dikhawatirkannya duduk dengan kepala menengadah dan tangan meremat dada kirinya.

"Reynald" panggil Anggi

####

Holla semuanya.....
Makasih buat  yang udah dukung cerita ini...

Dan yang belom kasih vote semoga kasih votenya

Reynald✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang