Seorang pria mengenakan seragam khas Phoenix berdiri di tengah ruangan dengan pencahayaan yang minim. Jeruji besi mengelilingi dirinya. Kedua tangannya di ikat dengan rantai yang muncul dari tanah. Seragam yang ia kenakan terlihat robek dibeberapa bagian memperlihatkan bagian tubuhnya yang memar. Wajahnya yang menawan kini dipenuhi oleh luka. bahkan darah kering terlihat di ujung bibir miliknya. Mata yang biasanya bersinar menampilkan keceriaan kini terlihat redup dan hampa.
Dengan sisa tenaga yang ada, ia mencoba melelehkan rantai yang melingkar di lengannya menggunakan Pyrokinesis yang ia miliki berharap ia bisa bebas dari sini. Namun, setiap kali ia mencoba melelehkan rantai tersebut listrik yang muncul dari rantai selalu menyengat tubuhnya hingga ia terduduk di atas tanah.
Tiba-tiba sebuah cahaya berwarna biru menyinari tubuh pria tersebut. Raungan pria itu terdengar menyakitkan. Seperti ada ribuan tombak yang menusuknya lalu ditarik paksa. Ia berusaha pergi dari sinar biru yang menyakiti tubuhnya. Namun, rantai yang melingkar di lengan tak mengijinkannya untuk pergi. Sampai akhirnya ia tergelatak tak sadarkan diri.
"Carlos."
Lilly terbangun dengan keringat yang membanjiri seluruh tubuhnya. Ini sudah kesekian kalinya ia memimpikan kakak laki-laki nya. Kakaknya sudah menghilang sekitar 2 tahun lalu setelah menjalankan misi Phoenix untuk mengejar para pemberontak.
Lilly mengusap wajahnya. Ia masih tidak percaya bahwa kakaknya belum ditemukan hingga saat ini. Lilly pun bangkit dari tempat tidurnya berjalan mengambil gelas berisi air putih yang ada di tas meja kerjanya. Ia mencoba menenangkan diri dengan meminum air putih tersebut.
"Kenapa akhir-akhir ini aku sering memimpikan Carlos?" gumam Lilly.
Jam digital yang di pajang menunjukan pukul lima pagi. Lilly sudah selesai membersihkan diri. Ia sudah menggunakan seragam Phoenix dengan rambut coklatnya di kepang dari atas kepala hingga ujung rambut. Lilly beberapa kali mengecek barang bawaannya. Takutnya, ada barang yang tertinggal. Maklum, ini adalah misi pertama yang ia jalani. Jadi, ia tak ingin ada barang yang tertinggal satupun.
"Ah sial, aku lupa membawa lock pick dan pisau lipat. Untung saja aku masih di asrama."
Lilly mengambil lock pick dan pisau lipat di dalam nakas. Tak lupa, ia pun mengecek tablet yang menempel di atas nakas. Saat ia membukanya, banyak sekali pesan yang masuk kedalam tabletnya. Dengan cepat, ia pun membalas beberapa pesan yang penting. Termasuk pesan dari anggota tim yang menjalankan misi dengannya. Lalu, ia mengaktifkan panggilan otomatis.
Tiba-tiba layar hologram muncul di hadapannya. Menampilkan seorang wanita dengan mata runcing dan rambut hitam yang diikat satu.
"Hai, Lilly. Apa kau mengingatku?" sapa wanita itu dengan senyum lebar menampilkan gigi rapih miliknya.
Lilly tersenyum. "Tentu saja aku masih ingat dengan mu, El. Kau yang akan bertugas menjalankan misi tin pétra bersamaku, bukan?"
Elena menganggu. "Ya itu benar. Oh, iya, apa kau sudah siap?"
"Aku sudah siap sedari tadi." Lilly tersenyum menatap Elena.
"Lebih baik kau cepat ke markas kami menunggu mu."
"Baiklah, aku akan segera kesana."
Seketika layar hologram mati. Ia pun segera menggunakan jam tangan ke pergelangan tangan. Jam tangan miliknya dapat mendeteksi keberadaannya, menampilkan layar hologram, menentukan arah mata angin, dan tentunya dapat menunjukan waktu. Tak lupa, ia mengenakan hip pouch di kaki kanan bagian atas. Lalu, memasukan beberapa barang yang sangat penting. Seperti lock pick, pisau lipat, plester, obat-obatan, dan kapas. Sedangkan yang lain ia simpan di dalam ransel.
![](https://img.wattpad.com/cover/261111711-288-k323765.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARES [COMPLETED]
Adventure[BOOK 1 : ANTARES] Lima petarung dari Pasukan Phoenix mendapatkan misi penting yaitu mencari lima tin pétra untuk menyelematkan Ratu yang telah di culik oleh para pemberontak. Perjalanan mereka mencari lima tin pétra sangatlah panjang dan sangat men...