[SEASON 1] Terkurung

14 1 0
                                    

Tidak butuh waktu lama untuk mencari Leo, Felix, dan Elena. Ternyata, mereka bertiga menunggu di perbatasan hutan. Lilly berlari kecil sambil menarik lengan Glan. Terlihat Glan mengoceh menyuruh Lilly berhenti menarik lengannya. Namun, Lilly tak menggubris sama sekali.

"Ayo, kita lanjutkan perjalanan kita." Lilly terlihat bersemangat untuk melanjutkan perjalanan.

"Wah, sepertinya kau sangat bersemangat." Felix melipat kedua tangannya di dada.

Lilly tersenyum. "Tentu saja. Ini akan menjadi pengalaman yang paling berkesan."

Felix hanya tertawa kecil.

"Kalau begitu, ayo kita lanjutkan perjalanan. Masih ada empat tin pétra yang menunggu kita."

Leo berjalan terlebih dahulu, di susul oleh Glan, Elena, Lilly, dan yang terakhir adalah Felix. Selama di perjalanan tidak ada sesuatu yang janggal. Semua baik-baik saja. Tidak ada yang mencurigakan. Bahkan mereka saling melempar lelucon untuk mengusir rasa bosan.

Sampai akhirnya, Glan menghentikan langkahnya. Kali ini mata Glan melirik kearah kanan dan kiri. Ia merasa ada sesuatu yang mengawasi mereka dari jarak jauh.

"Glan, berjalan lah." Felix mencoba mendorong badan Glan dari belakang.

"Diam! Kita sedang diawasi." Glan melirik kearah Felix dengan mata elangnya.

Mata Lilly ikut memperhatikan sekitar. Secara diam-diam ia sudah mengaktifkan cryokinesisnya. Lilly berharap tidak ada orang atau makhluk yang menyerang mereka. Kali ini Lilly sedang tidak ingin bertarung. Tapi jika keadaan memaksa apa boleh buat. Mau tidak mau ia harus bertarung untuk melindungi dirinya dan teman-temannya.

SREK! Suara semak-semak bergerak terdengar dari sebelah kanan. Lilly mengalihkan pandangannya ke sumber suara. Benar kata Glan, ada orang yang sedang mengintai. Lilly bisa melihat ada orang berkulit coklat berada di balik semak-semak. ia menelan ludahnya—ini bukan pertanda baik.

Belum sempat Lilly melempar bola es tiba-tiba sesuatu menancap di punggung sebelah kanannya. Lilly merasa tiga jarum menusuk punggungnya. Ia sedikit meringis membuat Felix disebelahnya terlihat panik.

"Lilly, kau tidak apa-apa?"

Lilly menggeleng. Ia merasa tubuhnya mulai lemas. Namun, ia mencoba untuk tetap berdiri sambil mengaktifkan cryokinesisnya. Lilly merasa semakin lama matanya semakin berat. Sebelum matanya tertutup Lilly bisa melihat beberapa orang berkulit hitam mengepungnya. Sebelum dirinya hilang kesadaran, Lilly mendengar teman-temannya berteriak.

°•°•°

Seorang pria berlari di sebuah lorong yang gelap. Banyak sekali luka lebam di wajahnya. Kakinya yang sudah terasa sakit ia paksakan untuk terus berlari. Sesekali pria itu menengok kearah belakang dengan nafas yang terengah-engah.

Seseorang menggunakan baju zirah berjalan kearahnya. Pria itu menggigit bibir. Berharap orang yang mengenakan baju zirah tidak dapat menangkapnya. Namun, semesta sedang tidak memihak kepadanya. Pria tersebut dapat di tangkap dengan mudah. Tangan kekar yang menggunakan baju zirah dengan cepat meraih leher pria tersebut.

Mulut pria itu mulai terbuka mencari oksigen untuk ia bernafas. BRAK! Dengan mudahnya orang yang menggunakan baju zirah melempar pria itu kearah tembok. Membuat seluruh tulangnya terasa remuk. Pria itu tidak bisa melakukan apapun selain mencoba untuk bernafas.

Lilly membuka matanya. Badan Lilly berkeringat. Nafasnya memburu seperti orang yang baru saja menyelesaikan maraton sejauh puluhan kilometer. Lagi-lagi ia memimpikan kakak laki-laki nya yang sudah menghilang selama 2 tahun terkahir.

ANTARES [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang