[SEASON 1] Cip

13 1 0
                                    

Lilly dan teman-temannya sudah berada di depan gubuk Jacob. Lilly berlari terlebih dahulu membukakan pintu untuk kedua temannya yang membawa Carlos. Tanpa meminta izin terlebih dahulu, Leo dan Felix menerobos masuk kedalam gubuk. Lalu, mereka membaringkan Carlos di atas sofa yang ukurannya cukup besar.

Jacob yang melihat kejadian itu dengan cepat menghampirinya. "Carlos? Apa yang terjadi dengannya?"

Leo berjalan kearah Jacob dengan nafas yang tersengal-sengal. "Apa yang kau lakukan pada Carlos?"

Jacob mengernyit, heran. Ia terlihat tidak mengerti maksud pertanyaan Leo. "Apa maksudmu?"

Leo menyeringai. "Kau memasukan chips ini kedalam tubuh Carlos kan?" Leo memperlihatkan chips yang sebelumnya berada di tubuh Carlos.

"Leo, bahkan aku tidak tahu menahu soal chips yang ada dalam tubuh Carlos," Jelas Jacob. Singkat.

Felix menarik Leo untuk mundur. Ia tahu akan ada sesi baku hantam. "Sudahlah, meskipun paman Jacob adalah petani dan senang berkebun, tapi bukan dia yang menanam chips di dalam tubuh Carlos."

Carlos yang sempat berontak. Ia langsung melihat kearah Felix yang hidungnya sudah mengeluarkan darah. "Kau melakukan-"

Felix mengangguk cepat. "Ya, aku bisa lihat ada orang yang menanam chips itu di tubuh Carlos pada saat ia di banker, tapi itu bukan paman Jacob."

Semua mata tertuju pada Felix, lebih tepatnya kedua tangan Felix yang sudah tidak di balut oleh perban yang Lilly berikan pada saat di sel penajara. Sepertinya pyschometrric milik Felix sudah bisa dikendalikan oleh dirinya sendiri.

"Sejak kapan tanganmu telanjang seperti itu?" tanya Leo.

Felix berpikir sejenak. "Sejak tadi pagi," sambung Felix. "Asal kau tahu ya, aku sudah melihat siapa yang menanam chips di tubuh Carlos. Tapi aku tidak mengenali wajahnya."

"Sebelum membahas ini, kalian bisa jelaskan apa yang terjadi dengan Carlos? Lalu, bagaimana kalian bisa bertemu dengan Carlos?" Jacob meminta penjelasan kepada Leo dan yang lain. Karena ia sungguh tidak mengerti apa yang sedang terjadi.

"Kami bertemu Carlos setelah ledakan ranjau di hutan terlarang lebih tepatnya dia menyelamatkan kami. Karena Carlos yang di tugaskan oleh Paman Jacob untuk menjaga rusa emas, ia berinisiatif untuk mengantar kami. Meskipun, kami belum menyeritakan maksud kedatangan kami ke hutan terlarang." Lilly mencoba menjelaskan.

Jacob merasa ada yang aneh. "Aku memang menyuruhnya untuk menjaga rusa emas setelah aku menemukannya di banker. Tetapi, aku sama sekali tidak memberi tahu bahwa kalian akan datang ke hutan terlarang untuk mencari rusa emas."

Semua terkejut mendengar penjelasan Jacob. Mereka pikir Jacoblah yang memberi tahu tujuan mereka. Namun ternyata Jacob tidak memberitahu kepada Carlos soal itu. Lalu bagaimana Carlos bisa tahu bahwa mereka mencari rusa emas.

"Tunggu, kau sungguh tidak memberi tahunya?" tanya Leo memastikan.

Jacob menggeleng. "Tidak, sama sekali tidak."

"Lalu kalau bukan Paman, siapa yang memberi tahunya?" Lilly mencoba bertanya berharap mendapat beberapa clue setelah Jacob angkat bicara.

Felix mengambil chips dari tangan Leo. "Kau ingat, Carlos pernah mengatakan bahwa orang yang membawanya seseorang dari pasukan Phoernix?" tanya Felix yang mendapat respon anggukan dari Lilly. "Jam tangan yang kita pakai terhubung dengan markas Pasukan Phoernix. Aku yakin, orang itu mengetahui tujuan kita dari jam tangan ini. Setelah itu, ia memberi tahu Carlos lewat chips ini," jelas Felix. Sesekali mengacungkan jam tangan dan chipsnya.

Lilly mengingat sesuatu. "Tunggu, apa fungsi chips itu bisa mengendalikan otak dan pergerakan seseorang?"

Felix mengangguk. "Ya, benar. Itu fungsi chips yang di tanam di tubuh Carlos."

"Sekali lagi, apa Paman benar-benar tidak menanam chips ini ke dalam tubuh Carlos?" Leo kembali menanyakan hal yang sama untuk memastikan.

Jacob menggeleng. "Tidak, bahkan aku tidak mengetahui tentang chips itu."

Lilly menepuk pundak Leo, mencoba menenangkannya. "Sudahlah, setidaknya Carlos sudah aman."

°•°•°

Lilly yang sedang mengunggu Carlos beristirahat sambil mengobrol dengan Felix, baru saja menyadari sesuatu. Ia tidak melihat keberadaan Glan dan Elena. Lilly pun mencoba menanyakan kepada Felix. Siapa tahu Felix mengetahui keberadaan Glan dan Elana.

"Oh, iya, apa kau tahu dimana Glan dan Elena? Sedari tadi aku tidak melihat keberadaan mereka."

Mata Felix mulai mencari-cari keberadaan Glan dan Elena. "Eh, benar juga. Sebentar, aku tanyakan pada Paman Jacob. Siapa tahu Pak Tua itu menyembunyikan mereka."

Lilly memukul kepala Felix dengan cukup keras. "Hei, dia seniormu. Bagaimana bisa kau menyebutnya Pak Tua?"

Felix mengusap kepalanya yang di pukul oleh Lilly sambil meringis. "Kau ini senang sekali memukul kepala orang. Untung saja kepalaku tidak penyok."

"Suruh siapa kau mengatakan itu."

"Hei, itu fakta, bodoh. Paman Jacob sudah tua. Umurnya sudah setengah abad bahkan lebih. Jadi, aku tidak salah kan menyebutnya Pak Tua."

"Tapi itu tidak sopan, kunyuk." kali ini Lilly ingin melempar toples berisi cemilan di depannya kearah Felix. Namun, ia urungkan niatnya.

Tak lama kemudian, Leo dan Jacob bergabung dengan mereka. Leo sudah tidak terlihat kesal seperti tadi. Begitu pula dengan Jacob, ia sudah terlihat seperti biasanya.

"Ada apa? Kalian mau ikut bertengkar seperti Elena dan Glan?" tanya Jacob.

"Dia meng-" Lilly belum sempat menyelesaikan ucapannya, tangan Felix yang besar tiba-tiba membekap mulutnya.

Felix mulai menampilkan senyum bodohnya. "Tidak ada apa-apa, Paman. Ngomong-ngomong, Glan dan Elena ada dimana?"

"Aku masukan mereka ke kamar yang berbada. Aku pusing mendengar mereka bertengkar setiap saat." Jacob menggelengkan kepalanya setelah mengingat Glan dan Elena bertengkar terus menerus.

"Aku sedikit bingung dengan mereka berdua. Sebenarnya ada masalah apa antara mereka? Sampai bertengkar seperti itu," tutur Leo.

"Sepertinya masalah pribadi." Felix menjawab dengan asal.

Leo terlihat bingung. "Bagaimana bisa masalah pribadi membuat mereka bertengkar hingga hampir mencelakakan satu sama lain?"

Jacob menepuk pundak Leo. "Kau tidak mengetahui masalahnya, Leo. Bisa jadi masalah yang mereka hadapi sangat besar."

Felix menjentikkan jaringa. "Setuju, sepenglihatanku di masa lalu mereka satu keluarga. Mungkin saja masalah keluarga, karena aku melihat beberapa kejadian yang tidak bisa aku katakan."

Leo mengangguk. Ia memutuskan untuk tidak membahas masalah Glan dan Elena. Karena masalah mereka menyangkut privasi mereka. Jadi, biarkan mereka menyelesaikan dengan cara mereka. Tapi, ia akan turun tangan kalau saja cara mereka menyelasaikan bisa mencelakakan salah satunya.

"Felix, kau bisa membunuh Lilly kalau tanganmu masih saja membekapnya." Jacob mencoba mengingatkan Felix.

Felix yang menyadari itu, dengan cepat menarik tangannya. "Ah, maaf, aku sengaja melakukan itu."

Lilly melirik kearah Felix. "Rupanya kau berniat membunuhku, Tuan Felix." diatas tangan Lilly sudah terdapat bola es yang siap di lemparkan kapan saja.

"Ini pertanda buruk, bung. Kau sudah membangunkan maung dari tidurnya," celetuk Leo  sambil tertawa.

ANTARES [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang