Jam menunjukan pukul tujuh pagi. Lilly dan teman-temannya sudah berkumpul di ruang tamu, menunggu Jacob yang belum keluar dari kamarnya. Leo sempat menyuruh Glan untuk mengetuk pintu kamar Jacob. Namun Felix melarang karena takut mengganggu tidurnya. Ngomong-ngomong soal Felix, ia sudah terlihat sehat hari ini berkat vitakinesis milik Lilly yang dapat menyembuhkan lukanya sampai pulih dan kembali seperti semula.
Glan bangkit dari duduknya dengan wajah kesal. "Ini sudah hampir setengah jam, tapi dia tidak kunjung keluar. Lebih baik kita pergi sekarang, lalu kirimkan pesan padanya bahwa kita pergi melanjutkan perjalanan."
"Pasti dia datang sebentar lagi," tutur Leo.
"Aku heran, dia sedang tidur atau hibernasi? Setahuku pasukan Phoenix tidak pernah bangun diatas jam enam pagi." Lilly menyenderkan punggungnya ke badan kursi.
Elena mengangkat bahunya. "Dia sudah jadi mantan pasukan Phoenix. Bisa jadi kebiasaannya di markas tidak pernah dilakukan lagi."
Lilly mengangguk. "Bisa jadi, sih."
"Wah, ternyata kalian sudah bangun. Aku kira kalian masih meringkuk di atas kasur."
Semua mata tertuju pada Jacob yang baru saja masuk ke dalam rumah. Ia menggunakan topi caping, kaus putih lengan panjang yang kotor terkena tanah, celana hitam selutut, serta sandal jepit berwarna hitam tak lupa tanah liat yang menempel dibawahnya. Dua keranjang berisi sayuran dan buah-buahan yang di bawa Jacob, ia simpan di atas meja.
"Iya, kami sudah bangun sedari tadi," sahut Felix dengan ramah. "Oh, iya, Tuan Jacob, kami pamit terlebih dahulu karena kami harus melanjutkan perjalanan."
Jacob berkata, "Sebelum kalian pergi kalian harus membantuku. Ya, hitung-hitung balas Budi karena aku menolong kalian dari dron kemarin."
Glan membelalakan matanya. Ia berniat untuk mengoceh, tetapi mulutnya sudah di bekap oleh Felix yang berada di sebelahnya.
"Apa yang bisa kami bantu?" tanya Leo.
Jacob melipat kedua tangannya di dada. "Hanya memetik jagung yang sudah matang di kebun belakang. Bagaimana?Mudah bukan?"
Glan menyingkirkan tangan Felix yang masih membekap mulutnya. "Ya, itu sangat mudah. Kami bisa melakukannya dalam sekejap."
"Hei, apa yang kau katakan?" Felix berbisik dengan menekan perkataannya.
"Apa? Memetik jagung itu hal yang mudah, kan?"
Felix sedikit kesal dengan perkataan Glan yang terdengar seperti menantang Jacob. Ia tidak habis pikir dengan bocah tengil yang satu ini. Meskipun Jacob bukan lagi anggota Pasukan Phoenix, tetap saja ia adalah senior Glan.
"Kalau begitu, ambil beberapa karung goni di atas meja itu." Jacob menunjuk tumpukan karung goni diatas meja.
Semua berjalan kearah meja yang di tunjuk jacob tak terkecuali Lilly. Ia mengambil dua karung goni untuk ia bawa ke kebun jagung.
"Satu lagi, jangan panggil aku dengan sebutan tuan. Panggil saja Paman."
"Baik, Paman Jacob."
•••
Kebun jagung terlihat begitu luas. Lilly bisa memperkirakan luas kebun ini hampir 1 hektar. Tidak ada mesin atau teknologi apapun disini. Pertanda bahwa Jacob menanam dan mengambil hasil panennya dengan cara manual.
Lilly mempersiapkan karung goninya untuk menampung jagung yang ia ambil. Ia mengibas karung goninya hingga debu berterbangan di udara. Sampai ia tak menghiraukan Elena yang terbatuk-batuk karena ulahnya.
"Lilly, berhenti mengibaskan karungnya." Elena terbatuk-batuk terkena debu dari karung goni.
Lilly menghentikan kegiatannya sambil menyengir. "Maaf."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARES [COMPLETED]
Adventure[BOOK 1 : ANTARES] Lima petarung dari Pasukan Phoenix mendapatkan misi penting yaitu mencari lima tin pétra untuk menyelematkan Ratu yang telah di culik oleh para pemberontak. Perjalanan mereka mencari lima tin pétra sangatlah panjang dan sangat men...