[SEASON 1] Pulau Seberang

20 2 0
                                    

Tenda sudah selesai dibereskan. Para petarung sudah berkumpul untuk mendapatkan jatah sarapan mereka. Lilly mendapatkan dua bungkus roti untuk sarapan. Tanpa mengatakan apapun ia segera melahapnya dengan cepat. Walaupun bangkai hidra masih terlihat, itu tidak membuat nafsu makan Lilly turun.

Suhu di sekitar Danau Lerna sangatlah dingin meskipun matahari sudah muncul menyapa dunia dari arah timur. Saking dinginnya, teh milik Lilly tidak terasa hangat saat diminum. Lilly segera mengaktifkan fitur pengatur suhu otomatis yang ada di jaketnya. Tak butuh waktu lama, fitur di jaketnya sudah bekerja. Tubuh Lilly mulai terasa hangat dalam waktu singkat.

"Tinggal 4 tin pétra lagi yang harus ditemukan." asap keluar dari mulut Leo saat dirinya berbicara.

Elena menghela nafas, "Aku tidak yakin dalam waktu dekat kita bisa menemukan semua tin pétra."

"Ya, benar. Aku pun berpikiran seperti itu. Mengingat jaraknya yang sangat jauh dan kita hanya bisa mencarinya dengan berjalan kaki. Pasti membutuhkan waktu satu bulan lebih untuk mendapatkan tin pétra." Glan menggigit rotinya. Ia terlihat benar-benar pulih hari ini. Mungkin pengobatan Lilly dan juga istirahat semalaman membuat Glan cepat pulih.

"Itu pun kalau tidak ada hambatan sama sekali di perjalanan. Kalau ada, mungkin bisa dua atau tiga bulan baru bisa mendapatkannya." Felix menambahkan setelah menelan roti yang baru saja ia kunyah.

"Jangan berpikiran seperti itu. Aku yakin kita bisa mendapatkan semua tin pétra dalam waktu dekat. Asalkan kita mau bekerja sama dalam tim." Leo menyemangati teman-temannya agar tidak mudah putus asa dalam menjalankan misi ini.

"Sebaiknya, kita diskusikan cara menyeberangi danau yang luas ini dari pada berpikiran seperti itu." Lilly yang sedari tadi diam akhirnya berbicara. Terlihat peta hologram sudah muncul di atas jam tangannya.

"Gunakan saja psychokinesis milik Leo. Aku yakin psychokinesis milik Leo dapat menerbangkan kita sampai ke sebrang danau." Glan memberi usul.

"Boleh saja." Leo melihat kearah teman-temannya, "Asalkan kalian mau menanggung resikonya."

Felix menggeleng cepat. "Tidak, aku tidak mau. Psychokinesis milik Leo sungguh mengerikan."

Glan mengerutkan dahinya. "Kenapa? Bukannya Leo termasuk psychokinesis terbaik di Pasukan Phoenix. Seharusnya kita tidak usah khawatir terjadi sesuatu."

"Aku dan Leo pernah menggunakan psychokinesisnya saat melewati benteng pelatihan yang tingginya sekitar 5 meter. Efeknya membuat seisi perutku keluar semua. Dari situlah aku tidak lagi menyuruh Leo menggunakan Psychokinesisnya untuk berpindah tempat." Felix bergidik mengingat kejadian itu.

"Gunakan Teleportasimu, Leo."

"Aku tidak bisa menggunakan teleportasiku. Tenagaku belum pulih seutuhnya, Lilly." Leo berkata.

Glan mengangkat tangannya. "Aku punya ide. Bagaimana kalau kita berenang sampai seberang danau?"

Glan mendapatkan pukulan dikepalanya. Ia terkejut setelah mengetahui Elena yang memukulnya. Glan mengusap kepalanya yang terkena pukulan sambil meringis. Untung saja kepalanya tidak pecah setelah dipukul oleh Elena.

"Ide gila macam apa itu? Kau mau kita semua terkena racun hidra? Kalau kita berenang menuju seberang danau, itu sama saja dengan bunuh diri."

"Ah, sial. Kenapa kau memukul kepalaku? Aku hanya memberi pendapat saja. Lagi pula racun hidra hanya ada di darah dan nafasnya bukan di dalam danau." Glan bersungut-sungut hingga bibirnya maju kedepan. Sepertinya ia sedikit kesal dengan kelakuan Elena yang tiba-tiba memukulnya.

"Justru itu, danau ini sudah tercemar dengan darah hidra." ujar Elena.

"Bagaimana bisa?"

Elena menghela napas. "Kemarin Glan dan Leo mengalahkan hidra dengan cara memotong semua kepalanya dan membakar lehernya agar kepalanya tidak tumbuh kembali. Tapi darahnya tercampur dengan air danau ini."

ANTARES [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang