Lilly dan Felix melanjutkan perjalanan menuju tempat kepulan asap atau tempat jatuhnya Helikopter yang mereka tumpangi. Sesekali mereka berhenti untuk mengambil beberapa tumbuhan dan buah yang bisa di makan. Karena mereka yakin perbekalan mereka sudah hangus terbakar dengan helikopter yang mereka tumpangi barusan.
Lilly berlari menuju kumpulan jamur yang memiliki tudung berwarna merah, coklat muda, dan coklat tua dengan bintik-bintik putih. Ia pun merunduk memperhatikan jamur tersebut. Berniat mengambilnya untuk dikonsumsi bersama teman-temannya.
"Lilly, apa yang kau lakukan?" terlihat Felix menghampiri Lilly dengan membawa buah-buahan dan beberapa tumbuhan yang di bungkus oleh daun pisang.
Lilly menengok kearah Felix. "Aku ingin mengambil jamur itu untuk makan malam."
Felix menarik lengan Lilly. "Kau bisa membunuh kita semua, jika kau menyuguhkan jamur ini untuk makan malam."
"Kenapa? Jamur ini terlihat enak untuk di santap."
Felix menghela nafas. "Ini adalah jamur Amanita Phalloides. Jamur ini adalah jamur beracun dan mematikan. Efek toksiknya sangat berbahaya. Kau tau, 50 gram Amanita Phalloides saja sudah cukup untuk membuat orang dewasa mati."
"Bolehkah aku membuktikan bahwa 50 gram Amanita Phalloides dapat membuat orang dewasa mati? Biar aku percaya bahwa itu adalah fakta."
"Boleh saja. Asal bukan aku yang menjadi kelinci percobaanmu."
"Tapi aku ingin kau yang menjadi kelinci percobaan ku?" terlihat senyum jahil menghiasi wajah Lilly.
Felix melihat kearah Lilly. "sebelum itu terjadi, aku akan memakanmu duluan."
Belum sempat Lilly membalas ucapan Felix, tangannya tiba-tiba ditarik oleh Felix. Membuat dirinya terlonjak kaget. "Hei, apa yang kau lakukan?"
"Diamlah, aku yakin Leo sudah memasang wajah jelek sambil berkacak pinggang disana." saut Felix terus menarik lengan Lilly tanpa menengok kebelakang.
Di perjalanan, Lilly menanyakan banyak hal. Sesekali mereka tertawa mendengar lelucon yang dibuat oleh Felix. Namun, tiba-tiba angin kencang datang. Daun-daun kering berterbangan kesana kemari. Beberapa daun bahkan mengenai wajah mereka. Tapi itu hanya berlangsung beberapa detik.
"Untung saja bukan tornado yang datang." Felix menghela nafas lega.
"Jika tornado yang datang, mungkin kita sudah di hisap dan di lempar oleh tornado itu ke tempat jauh, Alis Tebal." celetuk Lilly.
Felix mengernyit. "Alis Tebal? Kenapa kau memanggilku dengan julukan Alis Tebal?"
Lilly menunjuk kearah alis milik Felix, "Lihatlah, alismu itu tebal. Maka aku akan memanggilmu Tuan Alis tebal."
"Baiklah, Nona. Terserah kau saja. Memang ya kau tak pernah berubah."
"Hah? Apa maksudmu?"
Felix terkekeh. "Sudahlah, lebih baik kita lanjutkan perjalanan."
Mereka pun melanjutkan perjalanan. Kali ini hanya keheningan yang menyelimuti mereka. Sampai akhirnya, mereka sampai di tempat tujuan. Terlihat api yang melahap helikopter sudah padam. Menyisakan puing-puing helikopter berwarna hitam pekat sisa di lalap oleh si jago merah.
"Jika kita telat satu detik saja untuk terjun, pasti kita sudah mati terpanggang di dalam helikopter itu." gumam Felix. Namun, masih terdengar oleh Lilly yang ada di sebelahnya.
"Dari mana saja kalian?"
Lilly dan Felix sontak menengok kearah belakang. Terlihat, Leo yang sedang memapah Glan. Terdapat noda lumpur di seragam mereka. Lilly bisa menebak, pasti salah satu dari mereka mendarat diatas lumpur atau mungkin keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARES [COMPLETED]
Avventura[BOOK 1 : ANTARES] Lima petarung dari Pasukan Phoenix mendapatkan misi penting yaitu mencari lima tin pétra untuk menyelematkan Ratu yang telah di culik oleh para pemberontak. Perjalanan mereka mencari lima tin pétra sangatlah panjang dan sangat men...