Langkah kaki seorang wanita menggema di salah satu lorong markas Phoenix. Ia mengenakan pakaian serba hitam dengan garis merah di pundak. Serta sepatu boots bertali menjadi alas kakinya. Rambutnya yang berwarna coklat ia ikat. Menyisakan beberapa helai rambut yang menutupi pipinya. Di seragam sebelah kanan, terdapat papan nama miliknya. Lilly Charlotte.
Sampai akhirnya wanita bernama Lilly ini berhenti didepan sebuah pintu berwarna perak. Pintu terbuka secara otomatis menampilkan seorang pria yang ia kenal yaitu Jendral Aldric serta 4 orang petarung pasukan Phoenix yang mengenakan pakaian yang sama dengannya.
"Maaf, Jendral. Saya terlambat karena ada beberapa hal yang harus saya urus sebelum kemari."
Jendral Aldric menengok kearah Lilly. "Kau tidak terlambat. Kami belum memulai rapatnya. Silahkan duduk."
"Terimakasih, Jendral." Lilly pun menarik kursi di sebelah seorang pria beralis tebal-salah satu petarung pasukan Phoenix.
"Berhubung Lilly sudah datang, mari kita mulai rapatnya sekarang."
Jendral Aldric menekan tombol power di atas meja. Seketika, ruangan menjadi gelap. Tak lama kemudian, sebuah hologram muncul di atas meja yang dikelilingi oleh 5 petarung dan juga Jendral Aldric. Hologram tersebut menampilkan sebuah peta.
Semua mata tertuju pada peta hologram yang ditampilkan di atas meja. Bahkan Lilly pun tak berkedip saat melihat peta tersebut. Ia terus mengamati garis merah yang di tarik dari tempat satu ketempat lainnya.
"Kalian semua adalah petarung terpilih yang diberikan misi oleh Raja Alexander. Misi kalian adalah mencari lima tin pétra untuk menyelamatkan Ratu yang diculik oleh seorang pemberontak." Jendral Aldric berjalan menatap satu-persatu para petarung di hadapannya.
Semua petarung yang berada di ruangan sudah mengetahui bahwa Ratu diculik oleh seorang pemberontak. Berita itu cepat tersebar ke seluruh Antares dalam waktu sehari. Bahkan banyak warga Antares yang ikut membantu mencari keberadaan sang Ratu.
"Tin pétra? Bukannya batu itu hanya mitos yang berkembang di masyarakat?" pria yang duduk disebelah Lilly mengerutkan dahinya.
Jendral Aldric tersenyum tipis. "tidak, Itu nyata. Para petinggi termasuk Raja Alexander memang sengaja membuat tin pétra menjadi sebuah mitos di mata masyarakat. Kalian tahu kan, bahwa tin pétra adalah batu yang mampu membuat kekuatan seseorang menjadi berkali-kali lipat. Maka dari itu kami membuatnya menjadi sebuah mitos agar tidak ada orang yang mencarinya. Jika tin pétra jatuh ke tangan orang yang salah itu sangat berbahaya."
"Lalu apa hubungannya tin pétra dengan orang yang menculik Ratu?" kali ini yang bertanya adalah pria berkulit lebih gelap dari pada pria beralis tebal.
"Pemberontak yang menculik Ratu bukanlah pemberontak biasa. Kita hanya mampu mengalahkannya menggunakan tin pétra."
Kali ini layar hologram menampilkan identitas seseorang. Lilly bisa menebaknya bahwa itu adalah identitas dari pria yang duduk di sebelahnya. Terlihat foto wajahnya dengan rambut yang di pangkas rapih. Hidungnya yang mancung. Kulit yang berwarna putih. Bibir tipis berwarna merah muda. Serta, alis tebal yang membuat pria tersebut terlihat tampan.
Disebelah kanan layar hologram, tertera data diri milik pria tersebut. Name: Felix Alexander. Age: 23 years. Kinesis: Pyrokinesis and Psychometric. Height: 187cm. Weight: 80kg. Blood type: B. Member code: FA-68996.
"Felix Alexander adalah petarung pertama yang direkrut langsung oleh Raja Alexander."
Layar hologram berganti menampilkan foto seorang pria berkulit lebih gelap dari pada Felix. Terlihat rahangnya yang tegas dan hidung mancungnya membuat dirinya tak kalah tampan dengan Felix.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARES [COMPLETED]
Aventura[BOOK 1 : ANTARES] Lima petarung dari Pasukan Phoenix mendapatkan misi penting yaitu mencari lima tin pétra untuk menyelematkan Ratu yang telah di culik oleh para pemberontak. Perjalanan mereka mencari lima tin pétra sangatlah panjang dan sangat men...