[SEASON 1] Tepi Danau

24 3 0
                                    

Jam menunjukan pukul tujuh malam, Lilly sedang berada di depan api unggun yang dibuat oleh Felix untuk menghangatkan tubuh. Lilly meregangkan tubuhnya. Seluruh badannya terasa pegal setelah mengobati Glan dan Leo. Ia bersyukur Glan dan Leo bisa pulih dengan cepat.

Danau terlihat sangat indah saat malam hari. Kalau saja Lilly diperbolehkan membawa kamera kesayangannya, ia pasti sudah memotretnya beberapa kali. Disebelah kiri danau, bangkai makhluk itu masih ada. Mengingat sulitnya mengalahkan makhluk aneh itu, ia berharap makhluk itu tidak hidup kembali.

"Berhentilah melamun, sebaiknya kau minum teh hangat ini." Felix menyodorkan gelas berwarna perak Kearah Lilly.

"Terimakasih." Lilly tersenyum. "Siapa yang membuat teh hangat ini?"

"Elena, dia yang membuatnya. Aku hanya merecokinya." Felix menyeruput teh hangat miliknya.

Lilly tertawa. "Kau ini senang sekali membuat orang lain kesal."

"Itu sudah menjadi rutinitas ku." Felix melihat kearah Lilly, "Oh, iya. Kenapa kau melamun? Apa ada yang kau pikirkan?"

Lilly menggeleng. "Tidak ada. Aku hanya menikmati pemandangan Danau Lerna yang indah ini."

"Bagaimana dengan pemandangan bangkai hidra itu?"

Lilly mengerutkan dahinya. "Hidra? Jadi nama makhluk aneh itu adalah hidra?"

Felix mengangguk.

"Wah, pantas saja susah untuk dikalahkan." Lilly melihat kearah bangkai hidra yang sudah tidak bergerak lagi.

"Memangnya kau tahu hidra itu apa?"

Lilly menyeruput tehnya. "Tidak tahu. Tapi yang pasti, hidra adalah makhluk aneh yang sulit dikalahkan."

Felix menepuk dahi. "Astaga, aku kira kau tahu."

Lilly tersenyum hingga menampilkan giginya yang rapih. Ia baru tahu bahwa makhluk yang sudah menjadi bangkai itu adalah hidra. Sebenarnya, ia sudah pernah mendengar bahwa hidra adalah salah satu makhluk penjaga tin pétra yang sulit dikalahkan, tetapi ia tidak pernah tahu bentuk hidra seperti apa. Berbicara tentang tin pétra, Lilly baru sadar ia belum menemukan tin pétra yang ada di sini. Ia memutuskan untuk bertanya kepada Felix. Barangkali Felix sudah menemukannya.

"Felix, apa kau sudah menemukan tin pétra nya?"

Felix mengambil sesuatu dari hip pouch yang terpasang di pinggangnya. Sebuah batu   berbentuk oval dan tidak berwarna—bening seperti air—telah dikeluarkan oleh felix dari hip pouchnya. Lilly yakin itu adalah tin pétra yang dicari oleh timnya.

"Aku sudah menemukannya. Benar kata Glan,  tin pétra ini dibawa oleh hidra. Aku dan Leo menemukannya di salah satu kepala hidra." Felix memainkan tin pétra di tangannya.

"Lalu, bagaimana kau dan Leo menemukannya?" Lilly terlihat penasaran.

"Setelah hidra mati, di atas salah satu kepala yang sudah terpisah dengan badannya, ada cahaya yang bersinar terang. Aku pikir itu adalah kunang-kunang, tetapi ternyata itu adalah tin pétra topez."

"Apa? Tin pétra topez?"

"Iya, nama tin pétra ini adalah topez." Felix mengangkat tangannya yang sedang memegang tin pétra topez.

Felix kembali memasukan tin pétra topez kedalam hip pouchnya. Sebuah botol kaca sebesar 2cm yang diisi cairan berwarna merah, ia keluarkan. Felix menyodorkan botol kaca itu kepada Lilly.

"Ini untukmu. Tapi jangan diminum, itu beracun."

Lilly mengerutkan dahi. "Kalau beracun, untuk apa kau memberikannya padaku?"

ANTARES [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang