Saat Akaashi tak sadarkan diri, ia melihat kenangannya bersama Bokuto muncul.
Layaknya lembaran film, kenangan itu berlalu di balik pelupuk matanya.
Kenangan pertama ketika ia masih di kelas 3 SMP dan melihat Bokuto di udara, bagi Akaashi waktu seakan berhenti kala itu.
Kenangan kedua ketika ia memperkenalkan dirinya di depan para senior, ia ikut berbaris meski ia mendaftar menjadi manajer klub.
Ingatannya bersama Bokuto terus bermunculan.
Ketika Bokuto merasa sedih dan berjongkok di bawah meja, Akaashi mendatanginya dan mencoba menghibur si remaja mood swing.
Tak jarang Akaashi menemani Bokuto berlatih hingga larut malam, meski ia hanya membantu untuk memberikan umpan.
Setelahnya, Bokuto selalu mengantar Akaashi pulang hingga ke depan rumahnya.
Membuat orang rumah salah sangka, dan berpikir Bokuto hanya sekedar melakukan akal bulusnya untuk mendekati putri mereka.
Mereka berdua juga pernah bertengkar dengan alasan yang bodoh.
“Akaashi! Aku marah padamu!
Jangan bicara padaku selama 5 menit!”“Tentu.”
Namun, pada akhirnya Bokuto yang memulai pembicaraan dengannya.
“Apa sudah 5 menit?”
Tanya Bokuto seraya menatap Akaashi yang sedang fokus mencatat.
“Belum Bokuto-san, masih 3 menit lagi.”
Ketika mereka di kelas 2 dan mengadakan kamp pelatihan, Akaashi masih mengikuti Bokuto yang sedang berlatih dengan Kuroo serta para gagak kecil Karasuno.
Meski ia hanya berada di pojok ruangan dan mengisikan botol air minum untuk mereka.
Pernah suatu kali Kuroo menanyakan kenapa Akaashi selalu ikut ketika Bokuto ingin menambah jadwal latihannya.
“Jika aku meninggalkannya, siapa yang akan menyuruhnya untuk pulang?”
Sejenak Kuroo berpikir.
“Memangnya kau ibunya?”
Akaashi menaikkan salah satu alisnya, “Aku kouhainya.”
Dan itu membuat Kuroo menyeringa.
"Hooo? Kouhai apa kouhai??”
Akaashi sama sekali tidak memikirkan hal yang lain, hingga ia sadar. Kenapa ia melakukan ini semua untuk Bokuto?
Melihat Akaashi yang kebingungan, Kuroo dengan sok bijak bersuara.
“Sudah sewajarnya jika kau melirik Bokuto, bokongnya saja lebih besar dari bokongmu.”
“Itu pelecehan, Kuroo-san.”
Tsukishima yang mendengar obrolan mereka ikut bersuara.
“Benar, lagi pula aku masih remaja yang masih tumbuh.” Tambah Akaashi seraya memalingkan tubuhnya, seakan menutupi bokongnya.
Iris zamrudnya melirik Bokuto yang tengah berbincang dengan Hinata.
“Aku ingin Bokuto-san
menjadi ayah dari anak-anakku.”Akaashi melotot, ia menoleh ke arah Kuroo yang tengah menyeringai.
Bokuto yang mendengar itu bersemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bokuto Kotaro 🔞
FanficSekedar Fanfiction untuk merayakan 20 September dengan beberapa AU yang berbeda, ada chapter dan juga one shot. Bokuto Kotaro dan pikiran random Author. Warning!!! Include NSFW 🔞. So if you are an underage look for another story, kay? Update kalau...