***** SUMMER *****Teenager BokuAka.
.
.
."Bokuto-san, apa tidak apa berpisah dengan yang lainnya?" Akaashi menatap punggung besar di depannya yang memimpin jalan, menarik lengannya untuk terus mengekor.
"Tidak apa! Lagi pula kita hanya kebetulan bertemu mereka di sini, ini seharusnya kencan kita!" Sungut Bokuto tanpa menoleh, terus menariknya untuk berjalan menapaki anak tangga dari bebatuan.
Yah, Akaashi tahu itu. Hari ini masih menjadi waktu liburan musim panas dari lelahnya camp pelatihan klub voli Fukurodani. Sejenak bersantai untuk kencan memang tidak salah, tapi... haruskah Bokuto bersikap seperti ini?
"Bokuto-san, kita akan melihat kembang api bukan?"
"Hu'um."
"L-lalu kenapa kita menaiki bukit?"
Sebenarnya Akaashi bukanlah anak penakut, hanya saja melihat jalanan remang-remang dan pepohonan tinggi membuat Akaashi sedikit tidak nyaman.
"Tenang Shi, di dekat kuil di atas bukit terdapat bagian yang jarang didatangi, dan ku pikir di sana akan menjadi tempat yang bagus."
Baiklah, Akaashi tidak bertanya lagi.
Meski bulu romanya meremang ketika langkahnya mengitari kuil tanpa penghuni, dan Akaashi pikir cerita horor di musim panas sudah terlalu banyak mengisi kepalanya.
Tak berapa lama, mereka sampai di tempat yang dimaksud Bokuto. Tempat itu tidak jauh dari kuil, dan juga terlihat aman dengan pagar pembatas.
Meski tiada tempat duduk, hanya ada tanah berumput di mana tempat mereka berpijak sekarang.
"Lihat, Shi! Kamu juga bisa melihat rumahmu dari sini!"
Akaashi mengekori Bokuto, melihat ke arah bawah di mana kerlap kerlip lampu kota menghiasi gelapnya malam.
Tidak menduga akan melihat pemandangan seindah ini.
"Haha, kamu benar Bokuto-san. Di sana rumahku." Celetuk Akaashi, bisa-bisanya ia melihat seisi kota hanya dengan berdiri di puncak bukit.
Tawa Akaashi terhenti ketika merasakan sebuah tangan memeluk pinggangnya, membuatnya menempel erat pada Bokuto. Baru menyadari jika sedari tadi... Bokuto terus menatapnya.
Itu sukses membuat wajah Akaashi memanas.
"Kaashi~ kamu imut banget pakai Yukata." Puji Bokuto untuk kesekian kalinya hari ini.
Akaashi mengenakan Yukata berwarna biru malam, terlihat sangat cocok dengan manik zamrud yang membuatnya senada. Sementara Bokuto dengan Yukata berwarna hijau, cukup nyentrik dengan kulit pucatnya.
"Ah💕" Pekikan lolos ketika sebuah tangan meremas bokong Akaashi.
"Ji, apa kamu melakukan seperti yang aku minta?"
Suara riang itu terdengar berat dan serak, sukses membuat punggung Akaashi meremang.
.
.
."Mmngh~💕 Nghu~💕"
Erangan Akaashi teredam di antara bibir yang saling melumat, bersilat lidah dan saliva yang menjadi satu.
Kedua lengannya dengan kuat memeluk leher Bokuto di atasnya, meremas helai kelabu hingga berantakan. Merintih setiap kali pucuk besar si dominan menggesek prostatnya.
Meski beberapa saat yang lalu ia protes, pada akhirnya Akaashi tunduk pada pesona sang kekasih. Membiarkan tangan kasar itu menyibak ujung yukatanya, meraba pahanya, naik dan meremas selangkangannya yang telanjang.
Permintaan Bokuto, jangan memakai dalaman di balik yukata.
Akaashi pikir Bokuto hanya ingin meniru bagaimana orang dahulu berpakaian, nyatanya ia salah besar.
Si dominan hanya ingin menyantapnya di alam terbuka.
Kini ia terengah di bawah langit terang dan bulan menggantung dengan pucat. Di atas rerumputan yang kini berantakan karena dua manusia tengah tumpang tindih. Sedikit takut jika dipergoki karena berada di alam liar.
Bagaimana ia tahu jika Bokuto merencanakan ini? Si senpai sampai menyiapkan 2 buah kondom dalam dompetnya, satu untuk ia kenakan, dan yang kedua untuk pelumas menyiapkan lubang Akaashi.
Tentunya, 2 kondom tidak cukup.
Setelah mencapai puncak hasrat di dalam kondom, Bokuto kembali memelas untuk menyerang Akaashi dengan berjanji akan keluar di luar.
Akaashi tidak bisa menolak, ia sendiri merasa masih ingin melakukannya.
"Keiji... Keiji... Keiji..." Erang Bokuto serak, terus menggenjot lubang kenikmatan kekasihnya.
Akaashi terus mengerang dan mendesah, tersedak air liurnya sendiri, dan terisak. Alisnya berkerut, air mata menggenang membasahi pipi yang memerah. Memeluk erat Bokuto meski kedua kakinya terbuka lebar, pahanya dicengkram sehingga ia tidak bisa memeluk pinggul si dominan.
Dan karena tubuhnya sudah cukup sensitif, kali ini Akaashi keluar tanpa disentuh, mengotori yukatanya sendiri dengan cairan kental. Sengatan nikmat menyerang, beberapa kali Bokuto mendorong kasar dan segera mencabut penisnya.
Menggenggamnya bersamaan penis layu Akaashi, mengocoknya dengan telapak tangan kasar. Membuat Akaashi menjerit sensitif, setelah itu, Bokuto mengejang dan mengotori tangannya sendiri.
Keduanya saling menatap ketika pelepasan hasrat terjadi, kabut nafsu perlahan mereda.
Akaashi dengan gemetar mencoba meraih Bokuto kembali, dan si senpai menunduk, meraih wajah cantik yang kelelahan dengan tangan kotornya.
Bibir mereka kembali bersentuhan, tanpa nafsu, hanya ingin menyampaikan cinta yang dimiliki.
Diiringi dentuman kembang api di atas langit, seakan menyoraki kebahagiaan yang merebak di antara keduanya.
"I love you..."
"I love you too..."
*****
Author Note :
Jika kalian maraton dari bagain 1, kalian akan sadar di sini aku sedikit tergesa-gesa untuk alur dan membuatnya kurang panas. Mungkin akan ku perbaharui bagian ketiga sambil menulis bagian akhir dari seri Four Season.
Otakku kepanasan dengan 2 chapter sebelumnya, Akaashi terlalu binal 😩💕🤯
28052022
KAMU SEDANG MEMBACA
Bokuto Kotaro 🔞
FanfictionSekedar Fanfiction untuk merayakan 20 September dengan beberapa AU yang berbeda, ada chapter dan juga one shot. Bokuto Kotaro dan pikiran random Author. Warning!!! Include NSFW 🔞. So if you are an underage look for another story, kay? Update kalau...