BokutoFem (1)

941 33 5
                                    

Genderbend, Femdom, School. Maybe?
.
.
.


Nomor punggung 4.

Dengan helai kelabu keperakan yang dikuncir kuda.

Gadis itu melompat tinggi dan mencetak angka dengan serangan tajam.

Aku tidak mengerti, apakah smash itu berupa panah cupid?

Entah kenapa sejak melihatnya, detak jantungku selalu berdetak semakin cepat.

.

.

.

"Kaashiii~"

Rengek gadis itu untuk sekalian kalinya memanggil namaku—secara salah.

Hari sudah larut dan gadis ini masih memintaku untuk menemaninya latihan tambahan. Jika tidak bersikeras, gadis ini akan terus-terusan meminta operan bola.

"Tidak, Bokuto-san."

Bokuto-san merengut, ia menggembungkan pipi dan mengerucutkan bibirnya. Ternyata usia lebih tua, belum tentu seseorang itu dewasa ya?

Bokuto-san sekarang berada di Kelas 3 dan aku di Kelas 2, bagi orang lain hubungan kami layaknya senpai kouhai. Sebenarnya... sudah lebih dari itu.

Sejak melihat permainannya dulu, aku mendaftar ke Akademi Fukurodani. Harapan untuk lebih dekat dengannya terwujud ketika aku diminta menjadi manajer klub Voli Putri sejak Kelas 1 hingga sekarang.

Cukup konyol bagiku, dengan senang hati mau menemani seorang gadis yang baru ku kenal di SMA setiap malam di Gym hingga mengantarkannya pulang—karena aku khawatir, meski tubuhnya lebih besar dari ku...

Bokuto-san tetaplah seorang perempuan.

"Besok masih bisa kan kita lanjut?"

Biasanya jika aku berkata demikian, Bokuto-san menurut. Entah kenapa hari ini... Ia masih terlihat kesal meski sudah dibujuk. Kenapa?

"Kau tahu... anak baru kelas 1 menaruh perhatian padamu..."

Dia cemburu?

Bokuto-san... cemburu?!

"Lalu?"

"Aku gak suka!"

Gyuuu~t! Bokuto-san menarikku ke dalam dekapannya, meski sama-sama berkeringat ia tidak peduli.

Semakin ku rasakan pelukannya semakin erat pada tubuhku, sepertinya ia sama sekali tidak kelelahan.

Walau Bokuto-san seorang perempuan, dia bahkan lebih tinggi dariku.

Bokuto-san memiliki ukuran tubuh yang cukup besar untuk ukuran perempuan pada umumnya, bahkan payudaranya.

"Bokuto-san, aku bau lo?"

"Ga papa, suka Akaashi yang maskulin hehee~"

Wajahku lagi-lagi memanas saat ia mendekatkan wajahnya dan menyesap aroma tubuhku, senyumnya membuatku gila!

"Habis beres-beres, aku tunggu di ruang ganti ya?"

"Bokuto-san..."

Ia mencium keningku dan berlari tuk mengumpulkan bola yang berserakan sepanjang lapangan.

Bokuto-san memang berbeda dengan perempuan yang biasanya, meski perubahan moodnya lebih parah.

Bokuto-san itu... mesum.

Lihat? Dia dengan sengaja membuka kerah kaosnya untuk memperlihatkan belahan dadanya.

"Tapi dia memang manis."

Bokuto Kotaro 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang