Bian berlari kencang menuju mobilnya setelah mendapat telpon dari Rey. Rasa khawatir mulai menjalari hatinya tanpa sepengetahuan Bian, Agam ikut berlari ke arah parkiran ia tak sengaja mendengar pembicaraan Bian di telpon yang menyebutkan nama Kyra dengan wajah panik.
Pikiran Agam sudah tak bisa tenang melihat Bian menghentikan mobilnya di depan rumah sakit Agam pun bergegas mengejar Bian yang sudah masuk terlebih dahulu.
"Apa yang terjadi Ky?" Tanya Bian, ia menyelonong masuk ke ruang inap Kyra tanpa permisi terlebih dahulu.
Kyra menoleh ke asal suara lalu tersenyum hambar melihat Bian menampakkan wajah paniknya.
"Tidak ada, gue baik-baik saja." Ucap Kyra sesantai mungkin namun masih terlihat sangat jelas wajah Kyra yang sangat pucat.
"Baik-baik saja kata Lo hah, ini apa Ky?" Bian menunjuk selang infus lalu menatap Kyra dengan garang.
Kyra menyengir sebelum menjawab. "Selang infus nyet pake tanya lagi." Jawabnya dengan malas.
Bian mendengus kasar seraya memejamkan matanya untuk meredam emosi.
"Lebih baik Lo jangan bekerja lagi biar gue yang ngomong sama Rey." Ucap Bian dengan lemah sontak perkataan Bian membuat Kyra terbengong lalu menggeleng kuat.
"Berhenti membuat gue khawatir Ky." Sentak Bian membuat Kyra meremas selimut yang ada di perutnya.
Bian duduk di sisi ranjang menarik tangan Kyra lalu di genggamnya.
"Maaf,,, gue cuma gak mau Lo kenapa-napa." Sesalnya."Gue gak papa, lihat gue baik-baik saja Lo gak perlu khawatir." Kyra berusaha menenangkan Bian. "Makasih sudah peduli sama gue." Ucapnya lagi di akhiri dengan senyuman.
"Ceritakan apa yang terjadi, dia tidak apa-apa kan?" Tanya Bian menunjuk perut Kyra dengan dagunya.
"Ya dia baik-baik saja." Ucap Kyra tersirat. Ia tak mungkin menceritakan kejadian yang menimpanya serta keadaan janinnya ini pada Bian.
"Syukurlah kalau begitu. Lo nginap?"
Kyra menggeleng lalu matanya melirik ke arah kantong infus.
"Kalau ini habis gue boleh pulang." Katanya yang di balas anggukan Bian.Padahal ia harus menginap untuk memulihkan tubuhnya namun Kyra memohon pada dokter Rasya agar bisa pulang cepat. Ia tak ingin Agam tahu kondisinya.
Di balik dinding Agam mendengarkan percakapan Kyra bersama Bian, di rasa sudah cukup Agam melenggang pergi dengan tangan mengepal kuat.
Malam pun tiba dan Kyra baru sampai rumah di antar Bian. Kyra masuk ke dalam rumah yang nampak gelap serta sunyi seperti tak berpenghuni.
Mungkin Agam belum pulang pikir Kyra lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju kamar, Kyra menyalakan lampu seketika terperanjat melihat Agam berdiri menatapnya dengan mata tajam.
Kyra berusaha menormalkan detak jantungnya dan mengabaikan Agam namun suara bariton itu menghentikan langkahnya.
"Dari mana saja kamu?" Tanyanya dengan nada tinggi.
Kyra melirik sebentar. "Shopping." Ucapnya malas.
"Pembohong."
Kyra menoleh kearah Agam dengan mata membelalak lebar. Agam menghampiri Kyra lalu menarik dagu Kyra.
"Kenapa harus Bian yang berada di sisimu, apa saya kurang baik memperlakukan mu hmm,,, saya selalu berharap jadi orang pertama yang ada di saat kamu butuh tapi apa? Kamu lebih memilih pria lain." Agam menghempaskan dagu Kyra lalu memundurkan kakinya masih dengan tatapan penuh amarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Masa Lalu
RomantikBagaimana perasaanmu mengetahui jika selama ini sahabatmu menusukmu dari belakang dan menjebakmu untuk kepentingan sendiri. (Tidak untuk di konsumsi anak-anak.... Inget ye,, sy ingetkan sekali lagi yang di bawah umur jgn coba-coba baca cerita sy)