Part 31

1.1K 116 19
                                    

Bulan sudah berganti namun Kyra masih tak ada perubahan membuat Agam harus memutar otaknya untuk dapat meluluhkan hati istrinya.

Apa seperti ini rasanya saat ia tak menganggap Kyra seorang istri. Rasa kecewa dan sakit kadang menyeruak di relung hati mungkin ini balasan untuknya yang selama ini memperlakukan Kyra tanpa balas kasihan.

"Morning Ara,,," Sapanya di sertai kecupan lembut di seluruh wajah Kyra membuat wanita itu mendorong dada Agam.

Kyra mendengus tak suka dengan sikap Agam yang menurutnya berlebihan.

"Ara,,," Panggilnya saat Kyra kembali tidur dan memunggungi Agam.

"Ra,,, Ara,,," Agam mengelus-elus lengan Kyra berharap istrinya bangun.

"Apa sih pak,,?" Kyra membalikkan tubuhnya menghadap Agam yang sedang menyengir girang.

"Saya laper." Ucapnya dengan wajah memelas.

Kyra melihat ke arah jam yang menempel di dinding menunjukan pukul 05:00 pagi dan Agam sudah merengek lapar.

"Astagaaa belum waktunya sarapan pak." Ucap Kyra dengan sebal.

Agam mengangguk. "Tapi saya lapar Kyra, tolong buatkan saya makanan yah,, yah,," Pintanya.

Kyra mendengus kasar lalu beranjak dari ranjang sambil menguncir rambutnya. Agam mengikuti langkah Kyra dari belakang dan sampai lah di dapur Kyra membuka kulkas lalu mengeluarkan beberapa bahan untuk di masak.

Agam hanya memperhatikan Kyra dari belakang, andai saja dulu ia bisa menerima Kyra pasti sekarang hubungannya tidak dingin seperti ini.

Langkah Agam semakin mendekat dan sampailah ia di belakang Kyra tanpa jarak sedikitpun Agam memeluknya dari belakang lalu menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Kyra.

Agam merasakan tubuh Kyra yang menegang membuat bibirnya tertarik ke atas, tangan Agam mulai mengelus lembut perut rata Kyra.

Kyra yang merasa risih pun membuang napasnya kasar.
"Pak,,,"

"Kapan kamu kembali mengandung anak saya hmm,,?" Tanyanya.

"Pak, kita sudah berkali-kali membahas tentang ini dan jawaban saya masih sama, saya tidak mau hamil lagi." Ucap Kyra dengan tegas, tekad untuk bercerai masih melambung tinggi di pikirannya, andai saja Agam tidak menyita handphone serta dompetnya mungkin ia sudah meninggalkan Agam.

"Ara, tidak bisakah kamu beri saya kesempatan untuk membangun rumah tangga yang sesungguhnya? saya janji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama." Ucapnya lemah.

Kyra menggeleng lalu melepaskan tangan Agam di perutnya.
"Ini masih pagi pak dan saya tidak mau membahasnya lagi." Ucap Kyra lalu kembali fokus ke masakan.

Agam menatap Kyra dengan tatapan sendu namun otaknya kembali mencari cara agar Kyra tetap bertahan di sisinya.

Hanya butuh beberapa menit saja Kyra sudah selesai memasak ala kadarnya dengan telaten ia melayani Agam. Agam hanya diam memperhatikan Kyra.

"Di makan pak jangan di pelototin terus." Ucap Kyra menyadarkan Agam.

Kyra hendak pergi namun cekalan di tangan menghentikan pergerakannya.
"Temani saya." Pinta Agam.

Tanpa kata Kyra duduk di sebelah Agam dengan malas lalu menyandarkan punggungnya di kursi.

Perkataan Agam kembali terngiang dan berhasil mengusik hati Kyra.
Andai saja pernikahannya atas dasar cinta pasti Kyra takkan mengalami kehidupan yang seperti ini.

"Siang nanti saya akan ke kota menemui Rico, kamu mau titip apa?" Tanyanya.

Kyra hanya menggeleng lemah. Ia berharap Agam akan mengajaknya namun sepertinya pria itu sengaja tak membiarkannya keluar dari rumah ini.

Terjebak Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang