Part 40

486 60 0
                                    

Aku disini di tempat ramai namun terasa sunyi
Terasing dan tersingkirkan membuatku tak percaya diri
Aku terbelenggu karena ketidak berdayaan
Andai sang mentari mampu menembus sang hati

Menerangi kegelapan yang selalu menemani


-----

Dorrr

Suara tembakan menggema di tengah malam yang sunyi.

Bruuk

Kyra ambruk di tepi pantai matanya menatap John yang sudah tergeletak tak berdaya di hadapannya lalu menoleh kearah Bian dengan pandangan tak percaya rasa sakit yang ia rasakan tadi seakan hilang begitu saja bahkan air matanya pun seakan kering sungguh tak pernah ia bayangkan Kyra harap apa yang terjadi malam ini hanyalah mimpi buruk namun ternyata ini memang nyata Kyra tersadar saat merasakan darah yang mengalir deras di pahanya tapi masih bergeming duduk di atas pasir ia terlalu shock dengan apa yang Bian lakukan tadi.

Bian menghampiri Kyra lalu berjongkok tangannya perlahan-lahan menyingkap daster yang di pakai Kyra ke atas untuk memastikan apa yang di lihatnya namun tangan Kyra segera menepisnya dengan tatapan tajam serta takut terpancar di bola mata Kyra membuat Bian mengurungkan niatnya.

"Kita harus segera ke rumah sakit." Kata Bian seraya mengulurkan tangannya untuk membopong Kyra namun lagi-lagi Kyra menepis tangan Bian.

"Jang_an dekat-dekat,, ka_mu pem_bunuh hufttt,,," Ucap Kyra tersendat karena napasnya semakin menipis. Kyra masih bergeming di tempat rasa sakitnya kini seakan melumpuhkan seluruh tulangnya.

Bian menatap tajam Kyra lalu menghembuskan napas kasarnya.
"Berhenti keras kepala, kamu mau melahirkan disini hah? Apa kamu mau mati bersama dia?" Tanyanya dengan nada tinggi membuat Kyra menggeleng-gelengkan kepalanya menatap Bian dengan pandangan tak percaya, air matanya sudah menumpuk di pelupuk mata.

Rey yang mendengar suara teriakan Bian pun berlari menghampirinya dan menyentuh pundak Bian.

"Biar aku yang membawa Kyra ke rumah sakit, sekarang kamu urus kakekmu dan anak buahnya jangan sampai meninggalkan jejak." Bisiknya tepat di telinga Bian dan langsung di jawab anggukan namun matanya masih menatap Kyra.

"Bawa sebagian anak buahku bersamamu dan urus bocah keras kepala ini kalau ada apa-apa segera hubungi ku." Ucap Bian masih dengan amarah menatap tajam ke arah Kyra sebelum pergi Bian mengecup bibir Rey lalu berjalan menghampiri anak buahnya yang sudah melumpuhkan semua anak buah John.

Setelah kepergian Bian, perlahan-lahan air mata Kyra luruh tak tertahan ia menangis di hadapan Rey.

"Hiks,,, dia membunuhnya Rey, dia membunuhnya,," Lirih Kyra mengabaikan rasa sakitnya.

"Husssttt,,, lupakan malam ini hmm,," Ucap Rey namun dapat gelengan dari Kyra, wanita itu kembali terisak membuat Rey memeluk Kyra, pertama kali ia memeluk seorang wanita dengan tulus dan sebelum membopongnya Rey mengelus perut buncit Kyra sebentar memastikan ada pergerakan di dalam sana di rasa masih ada tendangan di perut Kyra, Rey segera membopong dan menuju mobil Bian yang di ikuti beberapa anak buah Bian.

*

Sedangkan di tempat lain Agam sedang gundah gulana di dalam kamarnya tak sengaja matanya melirik ke arah kalender, kaki pria itu melangkah mendekati kalender dan sontak matanya membulat saat melihat lingkaran di tanggal itu meski kemungkinan hitungannya salah namun ia masih berharap tepat sesuai prediksinya.

Agam mengambil handphone dan langsung menghubungi Rico butuh puluhan menit akhirnya pria di sebrang sana mengangkat dengan suara serak.

"Cari Kyra di seluruh rumah sakit yang ada di negara ini segera." Ucapnya tak terbantahkan dan langsung mematikan sambungan telponnya sebelum mendengar jawaban dari Rico.

Agam bisa saja mencari sendiri dengan mengandalkan nama belakang keluarganya Meshach mungkin saja akan di mudahkan dalam mendapatkan informasi namun akan berbahaya untuk hidupnya karena ia masih menjadi buronan keluarganya.

Hati Agam berdetak kencang otaknya seperti kaset rusak yang selalu memutarkan sosok Kyra membuat Agam frustasi.

Rasa takut pun muncul di dalam benaknya sungguh Kyra berhasil menyiksanya tanpa menyentuh, Kyra berhasil membuatnya lemah.

Agam mengepalkan tangannya 9bulan Kyra menghilang membawa janin yang Agam tunggu-tunggu keberadaannya, ingin sekali Agam mengelus perut buncit Kyra dan andaikan sekarang Kyra melahirkan ia ingin di beri kesempatan untuk menemani dan menunggu detik-detik anaknya lahir namun semua itu hanya angan yang Agam sendiri tak tahu sampai kapan Kyra lari darinya.

Agam duduk di tepi ranjang sungguh ia sangat gelisah hatinya berdebar membuatnya semakin berpikir yang tidak-tidak.

Ia harus menemukan Kyra namun bagaimana caranya.
Agam menjambak rambutnya seakan beban di kepalanya bertambah berat.

"Ara sayang kenapa kamu tinggalin aku, kenapa kamu membawa anakku, KENAPA???" Suara yang tadi lirih menjadi teriakan frustrasi.

"Tunggu saja akan ada hukuman buatmu sayang jika kita bertemu nanti." Ucapnya dengan seringaian namun rasa khawatir masih saja melekat di hatinya.

Berjam-jam Agam menunggu kabar dari Rico namun nampaknya pria itu belum menemukannya membuat Agam menggeram tertahan sungguh kesabarannya habis dan waktunya terbuang sia-sia karena menunggu.

Agam kembali menghubungi Rico dan benar saja pria itu belum menemukan keberadaan Kyra tak ingin membuang waktu lebih lama lagi Agam menelpon Baron orang kepercayaan papahnya untuk membantu menemukan Kyra namun sepertinya itu kesalahan fatal ya ia melupakan kekuasaan Danu pria tua licik itu pasti mengetahui keberadaannya dan beberapa jam kemudian rumahnya di dobrak paksa membuat Agam linglung karena otaknya hanya ada Kyra dan anaknya.

Dan akhirnya baku hantampun tak terelakan Agam tak bisa melawannya ia terpaksa ikut bersama orang-orang yang berpakaikan serba hitam itu pergi.

Sedangkan Kyra sedang berjuang mempertaruhkan nyawanya demi melahirkan sang buah hati.

Rey pria itu berada di samping Kyra dengan wajah khawatir serta takut yang sangat nampak. Pria itu menggenggam tangan Kyra dengan kaku.

"Ayo bu sedikit lagi."

Dengan sisa tenaga Kyra menarik napas dalam-dalam dan kembali mengejan.

"Aaaaaaaaagh agaaaam bajingaaaann." Dan saat itu juga suara bayi terdengar di telinganya.

Rey menatap takjub pada bayi itu.
"Kamu berhasil Ky." Ucapnya dengan senyuman bahagia tanpa sadar pria itu mengecup kening Kyra yang di banjiri keringat.

"Selamat bu anak anda perempuan." Ucap Nathalia lalu meletakan bayi berwarna merah itu ke dada Kyra setelah Kyra menyuruh Rey keluar ruangan.

Namun raut wajah Kyra yang tadi tersenyum bahagia perlahan-lahan luntur setelah melihat wajah ananknya yang sangat mirip dengan Agam.

Dalam hati ia tak terima jika anaknya mewarisi wajah Agam.
"Aku yang kesakitan dan berjuang untuk menyelamatkan mu tapi kenapa kamu mewarisi wajahnya bukan wajahku." Monolognya.

Kyra sedikit kecewa namun ia berusaha menepis perasaan itu, bagaimana ia bisa menyembunyikan putrinya dari keluarga Meshach jika wajah putrinya saja sangat mirip dengan Agam.







Terjebak Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang