Part 24

1.3K 140 14
                                    

Bian membawa Kyra ke cafe miliknya lalu mengobati luka Kyra. Pria itu menatap Kyra dengan pandangan sendu sejak menikah dengan pria iblis itu tak ada lagi keceriaan di wajah Kyra yang membuat Bian terus mengkhawatirkannya.

Ia sering membujuk Kyra untuk pergi bersamanya meninggalkan Agam namun lagi-lagi Kyra menolaknya. "Nanti kalau sudah waktunya gue pasti pergi tapi untuk saat ini biarlah seperti ini." Ucapnya.

Bian tak bisa memaksakan karena ia tak mau terlalu mencampuri masalah rumah tangga Kyra namun setiap Kyra meminta bantuan ia akan selalu siap ada untuknya.

Hari sudah petang dan Kyra baru saja di antar Bian pulang. Kyra membuka pintu saat berbalik ia di kagetkan oleh sosok Agam yang berdiri congkak dengan tangan di saku celana jangan lupakan mata tajam yang menatap Kyra bagai musuh memancarkan aura intimidasi.

"Jam berapa ini?" Tanyanya yang tak di hiraukan Kyra.

"Istri macam apa kamu, pergi tanpa ijin dan pulang se'enaknya." Agam meninggikan suaranya.

Kyra menatap Agam yang sepertinya sangat marah padanya.
"Tidak bisakah marahnya di tunda besok? Saya lelah pak dan saya gak mau berdampak buruk untuk anak saya." Tawarnya seraya mengelus perut ratanya.

Tangan Agam terkepal lalu menghembuskan napas kesalnya. Ia berusaha sabar menghadapi Kyra, Agam tak mau terjadi apa-apa pada istrinya, hubungan mereka baru saja membaik namun lagi-lagi Agam tidak bisa mengontrol emosinya.

Kyra berjalan melewati Agam namun suara Agam kembali membuat Kyra muak dengan sikap Agam.

"Kamu sudah makan?" Tanya Agam. Kyra menoleh lalu tersenyum ke arah Agam.

"Saya sudah kenyang pak, permisi."

Agam mengacak-acak rambutnya yang sudah berantakan. Ia tak mengerti dengan hatinya ia sangat marah pada Kyra karena masih berhubungan dengan Bian dan selalu mengungkit tentang perceraian namun ia tak bisa melampiaskan kemarahannya seperti dulu-dulu.

"Ah sialan." Umpatnya saat bayangan Kyra bersama Bian mengusik otaknya.

"Apa karena laleki itu Ara, kamu ingin cerai dari saya? Tidak, sampai kapanpun saya tidak akan lepasin kamu Ara, tidak akan pernah." Monolognya.

*

Paginya Kyra terbangun dengan wajah shock karena dengan kurang ajarnya tangan serta kaki membelit tubuh Agam layaknya bantal guling dengan hati-hati Kyra mengangkat tangan serta kakinya dari tubuh Agam namun gerakkannya sukses membangunkan pria iblis yang kini sedang memandang Kyra dengan senyuman manis dan sialnya senyuman Agam membuatnya salah tingkah.

"Selamat pagi Ara." Sapanya, Kyra menatap Agam yang tersenyum manis membuat Kyra terpesona melihat senyuman tulus Agam yang terlihat berkali lipat tampannya namun tanpa sadar Kyra membeo sapaan Agam untuknya karena panggilan itu hanya keluarga panti yang memanggilnya ARA.

"A__ara?" Kyra merasa aneh dengan panggilannya.

"Kenapa? Apa ada yang salah?" Tanyanya. Kyra menggeleng namun beberapa detik kemudian ia menganggukkan kepalanya matanya masih menatap Agam tak percaya.

Agam kembali tersenyum lalu mengecup bibir Kyra yang terbuka sedikit. Lagi-lagi Kyra membelalakan matanya tangannya meraba bibirnya masih dengan wajah tak percaya dengan apa yang dilakukan Agam.

"Mau mandi bareng?" Ajaknya sontak Kyra menggeleng matanya masih menatap ke arah Agam.

"Ya sudah kamu mandi duluan kita harus siap-siap ke rumah sakit." Ucapnya.

"Hah,, siapa yang sakit?"

"Kita harus periksakan kandunganmu." Ujarnya membuat Kyra melongo. Sejak kapan suami iblisnya ini peduli pada janin di dalam perutnya bukannya dia selalu berpikiran jika ini bukan anaknya.

Terjebak Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang