Part 6

1.2K 127 21
                                    

Setelah kepergian Gibran, Agam melangkah dengan seringai yang menghiasi bibirnya membuat Kyra bergidik ngeri.

"Jadi selama ini yang saya pikirkan memang benar kamu sengaja menjebak saya hmm,,,?" Agam mencengkram dagu Kyra dengan kuat menatap Kyra tajam.

Kyra menggeleng wajahnya kini berubah pucat pasi menatap Agam dengan rasa takut. Baru kali ini Kyra merasa tak bisa mengelak atas tuduhan orang-orang.

"Kamu ingin kekayaan Meshach kan? Oke-oke saya tidak akan menceraikanmu tapi bersiaplah mulai sekarang kamu adalah budak saya." Ucap Agam masih dengan seringaian yang membuat hati Kyra sesak. Agam melepaskan cengkramannya lalu menarik lengan Kyra dengan sangat kuat sampai Kyra berdiri tak hanya itu Agam dengan kasar menyeret Kyra keluar dari apartemennya. Menutup pintu apartemen dengan sangat keras tanpa menguncinya.

"Ky,,,," Bian terkejut melihat keadaan Kyra yang tampak kacau dan berantakan dengan pasrah di seret oleh sang dosen.

Kyra melihat ke arah Bian seketika matanya berkaca-kaca tapi tak ada satu katapun yang keluar dari mulutnya sampai tubuhnya di dorong kuat ke dalam mobil.

Bian masih menatap Kyra sampai mobil itu menghilang dari pandangannya. Otaknya mulai bertanya-tanya dan merasa janggal dengan kejadian barusan.

"Tidak usah memasang wajah memelas seperti itu karena jalang seperti mu itu tidak pantas di kasihani." Ucap Agam dengan sarkas.

Kyra menghembuskan napas beratnya menatap Agam sekilas kemudian kembali menghadap ke depan. Ia lebih baik melihat jalanan yang mulai ramai dengan kendaraan yang berlalu lalang dari pada melihat wajah tampan namun berhati iblis di sebelahnya, mulut seksi Agam sungguh ingin Kyra sikat dengan sikat wc agar sedikit bersih jika bertutur kata.

"Kenapa bapak bawa saya kesini, ini dimana?" Setelah dua jam perjalanan tanpa suara kini Kyra berani mengeluarkan kebingungannya tapi hanya di tanggapi tak acuh oleh Agam.

Agam kembali menarik Kyra ke arah rumah dua lantai yang tampak sederhana dan sepi lumayan jauh dari pemukiman.

"Ini rumah siapa?" Tanyanya lagi yang masih di abaikan Agam.

Agam memutar kunci lalu membuka pintu, Kyra pun mengekori Agam di belakang.

"Bersihkan rumah ini kita akan tinggal disini." Setelah mengatakan itu Agam menaiki tangga tapi langkahnya terhenti kemudian berbalik kembali melihat Kyra yang masih bergeming.

"Kamu masih ingat kan mulai sekarang kamu hanyalah budak saya, kamar kamu ada di sebelah dapur oh ya satu lagi jangan pernah mencampuri urusan pribadi saya." Ucapnya dengan lantang lalu kembali melanjutkan langkahnya.

Kyra hanya memandang sendu Agam. Sakit? Jelas. Semenjak kejadian itu Kyra sudah tak mempunyai harga diri lagi di hadapan keluarga Meshach.

Kyra melangkah dengan lemah ke arah kamar yang di tunjukan Agam. Tubuhnya begitu lelah rasa pening di kepalanya semakin menjadi namun tak ada pilihan lagi ia harus menuruti apa yang di katakan Agam.

Jika ia tahu kehidupannya akan seperti ini Kyra tak akan kembali ia lebih baik mengasingkan diri di tempat terpencil dari pada hidup dengan orang-orang yang hanya mengikis kesabarannya.

*

Di lain tempat seseorang melempar asbak ke arah tembok dengan amarah yang berapi-api.

"Sial,,, padahal selangkah lagi aku mendapatkannya.."

"Mendapatkan apa hmm?" Suara lembut seorang wanita cantik berpakaian seksi menghentikan ucapan Gibran.

Gibran melirik ke arah pintu lalu membuang napas jengahnya. Sungguh ia sangat muak dengan wanita yang sudah berani menjebaknya ini.

"Apa yang membuatmu sekacau ini hmm?" Agis menghampiri Gibran lalu memeluknya dari belakang mengelus dada Gibran yang naik turun.

"Menjauhlah, aku ingin sendiri." Ucapnya malas yang di balas gelengan.

"Tidak, aku akan disini di sisi mu, aku tidak ingin kehilangan mu, aku takut jika aku hamil nanti kamu menghilang dari pandanganku." Ucapnya lirih membuat Gibran lagi-lagi menghembuskan napas beratnya karena hal itu juga yang menjadi ketakutannya. Ia berharap kejadian waktu itu tak membuahi.

Tangan Agis kembali menggoda Gibran, satu persatu Agis melepas kancing kemeja Gibran lalu kembali mengelus dada bidang pria tampan itu.

Gibran tersadar dari lamunannya dan sontak terkejut dengan perbuatan Agis. Gibran menghentikan tangan Agis lalu menepisnya dengan kasar Gibran berbalik menghadap Agis dengan mata nyalangnya.

"Hentikan semua ini, jika kamu hamil gugurkan karena aku tidak akan bertanggung jawab dengan kehamilan mu, dan satu lagi aku tidak ingin mempunyai anak dari wanita seperti mu. Mengerti,,!!" Bentaknya membuat Agis terdiam dengan mata berkaca-kaca.

Gibran melangkahkan kakinya keluar namun baru beberapa langkah ia terhenti saat mendengar ucapan yang terlontar dari mulut Agis.

"Wanita seperti apa yang kamu maksud hah? Aku bukan jalang yang menjajakan tubuhku kesembarang pria dan kamu tahu sendiri kan jika kamu pria pertama yang menyentuhku." Teriak Agis yang tak terima dengan perkataan Gibran.

"Ya memang kamu bukan jalang tapi kamu wanita murahan yang melemparkan tubuhmu demi mendapatkan seorang pria yang jelas-jelas mencintai sahabatmu sendiri. Kamu benar-benar wanita licik."

Agis berlari menghampiri Gibran lalu menampar kuat pipi Gibran. Memandang Gibran dengan berlinang air mata.

"Brengsek,, aku bersumpah tidak akan melepasmu meski kamu menolakku, camkan itu."

Gibran menggeram tangannya terkepal ia tidak menyangka akan berada di posisi rumit seperti ini.

"Terserah." Dengan langkah cepat Gibran keluar membawa amarah yang siap ia ledakan.

"Asal kamu tahu aku bisa melenyapkan Kyra dari hidupmu saat ini juga." Teriaknya yang berhasil membuat Gibran semakin menggeram.

"Ckk,,, kamu berani mengancamku hah,,? Lakukanlah,, dan jika berhasil kamu juga akan mengikuti jejaknya." Gibran tersenyum sinis menatap Agis yang terdiam dengan tatapan tak percayanya. Setelah puas membuat Agis bergeming Gibran kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan Agis begitu saja.

Setelah kepergian Gibran, Agis pun terduduk di lantai dengan isakan, hatinya sakit mendapat penolakan pria yang ia cintainya bahkan Gibran balik mengancamnya. Sungguh ia tak habis pikir dengan perkataan Gibran, ia korbankan harga dirinya demi seorang Gibran Evano Ezard tapi tak sedikitpun menghargainya.





================================


Sy kembali lagi gaees,,,,😉😉
Ayo ramaikan dengan komenan kalian.....





Terjebak Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang