Part 11

1.2K 142 23
                                    

Setelah sampai di pekarangan rumah baru Agam, mereka turun dengan membawa barang miliknya masing-masing.

Agam berjalan melewati Kyra lalu membuka pintu ia meletakan koper besarnya di ruang tamu dan berbalik menghampiri Kyra yang tampak keberatan.

Agam mengambil barang-barang Kyra dan di bawa ke dalam kamarnya membuat Kyra melongo.

"Pak kenapa barang-barang saya di bawa ke atas?!" Teriak Kyra berlari mengejar Agam.

Kyra merebut barang miliknya dari tangan Agam namun pria tampan itu mengeratkan dekapannya pada box milik Kyra.

"Ini milik saya pak, kenapa di bawa ke kamar bapak. Sini,," Ucapan Kyra bagai angin lalu karena Agam sudah meletakan barang milik Kyra di lantai kemudian menatap Kyra dengan tajam.

"Mulai sekarang kamu tidur di kamar ini dan ingat kata-kata saya di apartemen tadi saya tidak ingin di bantah mengerti." Agam mengambil dompet di saku celananya lalu mengambil salah satu kartu kredit di serahkannya pada Kyra yang menerimanya dengan enggan.

"Pakai ini, anggap saja ini bayaran untuk semalam." Agam tersenyum remeh menatap Kyra yang balik menatapnya tak percaya.

Kyra mengembalikan kartu yang di pegangnya tadi ke tangan Agam lalu menatap Agam dengan berani seakan menantangnya.

"Ciiih,,, saya gak butuh uang bapak." Kyra hendak berbalik keluar namun pergelangan tangannya di tarik kasar oleh Agam sampai menubruk dada bidangnya.

"Saya tidak menerima penolakan. Ingat!!" Agam mendorong Kyra sampai terjatuh di sofa lalu melemparkan kartu tadi tepat di wajahnya.

"Baiklah kalau bapak memaksa,,,,," Kyra menjeda ucapannya lalu menghembuskan napas beratnya. "Hmm,,, jangan khawatir secepatnya saya akan menghabiskan uang bapak." Kyra mendelik lalu tersenyum manis mengambil kartu yang masih mendarat di wajahnya.

Lagi-lagi hati Kyra hancur di buatnya, apa dia seperti jalang di mata suaminya sendiri? Tak adakah sedikit saja rasa untuknya atau memang dirinya tak layak bahagia.

Agam keluar mengabaikan Kyra yang masih bergeming duduk di sofa. Ia sangat menyesali perkataannya barusan kenapa yang keluar selalu kata-kata yang menyakiti hati Kyra bahkan ia sendiri tak percaya kata kasar itu keluar dari mulutnya.

Agam membentur-benturkan kepalanya ke dinding, niatnya ingin memperbaiki hubungannya dengan Kyra ternyata mulut sadisnya tak bisa ia hentikan. Agam kembali menghembuskan napas panjang berharap bisa memudarkan rasa bersalah di hatinya.

Kyra keluar kamar tak acuh dengan Agam yang masih berdiri bersandar di dinding depan kamar. Kyra mengambil kantung belanjaan tadi di bagasi lalu di letakkannya di atas meja makan setelah membereskan semua ia berniat memasak untuk Agam.

1jam sudah masakan Kyra sudah tertata rapi di atas meja. Kyra hendak memanggil Agam namun langkahnya terhenti karena Agam sudah menghampirinya di meja makan.

"Ambilkan nasinya." Ucapnya yang langsung di angguki Kyra, Kyra melayani Agam dengan cekatan bahkan tanpa sadar pria itu tersenyum melihat istrinya melayaninya tanpa mengeluh.

"Silahkan di makan pak." Ucapan Kyra menyadarkannya kemudian Agam berdeham tiba-tiba saja rasa canggung kembali mengusiknya.

"Kamu tidak makan?" Tanya Agam karena sedari tadi Kyra hanya berdiri di samping Agam.

"Tidak pak,, sa___"

Ting tong,,

Suara bel pintu menghentikan ucapan Kyra, wanita itu dengan girang melangkah ke arah pintu membuat Agam menatap heran.

Terjebak Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang