Part 10

1.3K 133 13
                                    

"Kenapa kamu tidak bilang kalau waktu itu tidak terjadi apa-apa." Ucapnya, Agam tidak mengalihkan pandangannya. Kini ia sedang di dalam mobil sedari tadi Agam merasa canggung pada Kyra yang hanya terdiam.

"Hmm apanya?" Tanya Kyra menatap bingung Agam yang di balas tatapan lembut dari Agam.

"Waktu kamu berada di kamar saya, kita tidak melakukan apa-apa kan?"

Kyra manggut-manggut mengerti lalu meringis merasa konyol dengan kejadian waktu itu sampai membuat dirinya terjerat dengan keluarga Meshach.

"Tidak ada, saya sebenarnya ingin mengatakannya tapi waktu itu bapak membentak dan memaki saya. Semua orang menyalahkan saya dan tidak memberikan saya kesempatan sedikit pun untuk menjelaskannya." Ucapnya, Kyra memalingkan wajahnya menatap jendela seraya tangannya saling meremas. Rasa sakit di hatinya masih belum pudar, otaknya kembali memutar tuduhan-tuduhan serta makian yang di layangkan untuknya.

"Maaf,, bisa kamu jelaskan bagaimana kamu bisa di kamar saya dengan keadaan tanpa sehelai kain." Agam menatap Kyra sekilas lalu kembali menatap jalanan.

"Saya juga tidak tahu pasti kenapa saya bisa berada di ranjang bapak tanpa sehelai kain. Saya hanya mengingat malam itu saya sedang di kamar Agis nonton film dan Agis membawa minuman serta cemilan saat itu juga saya meminumnya sampai itu saya tidak mengingatnya lagi." Kyra menatap Agam lalu memalingkan wajahnya ke jendela lagi karena respon Agam hanya memanggut-manggutkan kepalanya saja.

"Apa bapak masih tidak percaya dengan cerita saya?" Tanyanya tanpa memalingkan wajah dari samping.

"Saya hanya memikirkan sesuatu tetapi sepertinya itu tidak mungkin." Ucap Agam ragu, kali ini Kyra yang hanya mengangguk malas.

Sudah Kyra duga jika Agam tak akan mempercayai ceritanya tapi Kyra tak akan menyangkal atau membela diri biarlah Tuhan yang menunjukan siapa yang salah dan benar. Ia hanya mengingatkan dirinya agar tak bergantung pada siapa pun disini hanya dirinya karena takkan ada orang lain yang akan dengan suka cita menjadi tameng di saat ia tak berdaya.

"Sudah sampai, ayo turun." Ajaknya menyadarkan Kyra dari lamunan.

Kyra mengikuti langkah Agam menuju supermarket yang ada di dekat apartemen miliknya.

"Ambil yang kamu mau dan kebutuhan lainnya."
Agam mendorong troli mengikuti Kyra di belakang.

"Makanan kesukaan bapak apa?" Tanyanya tanpa melihat kearah Agam.

"Saya bukan orang pemilih makanan jadi terserah kamu nanti mau masak apa asalkan tidak bikin saya keracunan." Ucapnya.

Kyra menghentikan langkahnya membalikan badan menatap Agam tajam yang hanya dibalas dengan bahu terangkat oleh Agam, Kyra pun mendengus kesal dan kembali melangkahkan kakinya menuju tempat sayuran, daging, ikan lalu menuju ke tempat sabun.

"Woy Ky,," Suara lantang itu mengagetkan Kyra. Kyra menoleh lalu tersenyum manis melihat pria yang sudah seperti seorang kakak baginya siapa lagi jika bukan Bian, pria itu mendekat menghampiri Kyra.

"Kemarin kemana lo?" Tanyanya tak menyadari seseorang yang menatapnya tajam.

Kyra melirik ke arah Agam lalu kembali fokus ke arah Bian kemudian mengkode Bian untuk melihat kebelakang Bian pun mengikuti apa yang di tunjuk Kyra.

"Ngapain dosen sok kecakepan itu disini?" Bisik Bian. "Jangan-jangan lo,,,," Ucap Bian menggantung karena pikirannya sendiri.
Kyra mengangguk lemah mengiyakan apa yang di pikirkan Bian lalu tangannya menarik kalung yang terdapat cincin yang sangat sederhana namun nampak elegan.
Bian menepak jidat lalu menatap Kyra kembali dengan pandangan tidak percaya.

Terjebak Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang