Hampa, mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan perasaan di hatinya, tujuannya kini telah ternodai akan kah ia bertahan dengan kebodohan atau mengakhiri yang belum ada titik terang berharap tak ada rasa penyesalan di kemudian hari.Denting jarum jam seakan menunggunya untuk melakukan sesuatu namun apa daya tubuh ini tetap diam di tempat tanpa mau bergerak.
Wanita yang sedari tadi hanya diam menatap jendela yang nampak dari celah gorden jika langit sudah menggelap.
"Belum tidur?" Tiba-tiba saja suara bariton mengejutkan Kyra, wanita itu menoleh lalu menatap sinis pada pria iblis tampan yang sudah berani menyakiti hatinya.
"Tidurlah hari sudah larut kamu harus istirahat." Ucap Agam sembari merebahkan tubuh Kyra dan menarik kedalam dekapannya.
Kyra hanya diam tanpa melawan, ia sudah kehabisan tenaga karena sore tadi Agam berhasil memancing emosinya kembali dan sialnya selalu ia yang kalah.
Hanya butuh beberapa menit saja Agam tertidur pulas dengan dengkuran halus yang terdengar di telinga Kyra.
Kyra mendongak menatap wajah Agam dengan lamat-lamat dan sangat hati-hati Kyra menyentuh menyusuri pahatan wajah tampan Agam yang tampak sempurna. Siapa pun yang melihatnya ia yakin para wanita di luar sana akan terpesona pada pria di hadapannya ini namun sayangnya hatinya tak seindah pahatan wajahnya.
Kyra menarik tangannya dari wajah Agam saat kepingan-kepingan ingatan masa kecil mengusiknya. Wanita itu menggeleng kuat mengenyahkan apa yang di ingatnya, ia merasakan kebahagiaan serta sakit itu bersamaan hadir di hatinya entah apa karena kepingan memory itu seperti puzzle yang masih berantakan di dalam otaknya.
"Tidurlah sayang, besok kita harus pergi ke kota." Gumam Agam masih dengan mata terpejam tangannya mengelus punggung Kyra memberikan kenyamanan.
Kyra kembali menatap Agam namun rasa pening tiba-tiba menghantam kepalanya, ia mengerang tertahan karena tak ingin membuat Agam terbangun. Kyra menarik tangan Agam yang sudah tak mengelus punggungnya lagi lalu ia beranjak keluar kamar untuk mengambil air di dapur.
Saat turun tangga Kyra mendengar ketukan pintu begitu kencang dan terburu-buru. Kyra berhenti sebentar tampak wanita itu sedang berpikir dan menerka-nerka siapa gerangan yang bertamu di tengah malam begini.
Kyra pun melanjutkan langkahnya karena ketukan keras itu seperti mau merobohkan pintu rumahnya.
Ada rasa takut serta penasaran itu muncul di benaknya dengan perlahan Kyra membuka pintu dan seketika ia terdiam dengan mata tak percaya menatap ke arah seseorang yang sedang menyunggingkan senyuman.
Pria itu menarik tubuh Kyra kedalam pelukkannya lalu menciumi puncak kepala Kyra berkali-kali.
"Lo gak apa-apa kan?" Tanyanya. Kyra hanya mengangguk, air matanya mengalir begitu saja membasahi kemeja yang di pakai pria yang selama ini seperti pahlawan baginya siapa lagi jika bukan Bian.
Ya Kyra mengirimkan email kepada Bian saat Agam meninggalkan laptopnya dan tanpa ia duga ternyata pria itu benar-benar mencarinya sampai sini.
"Bawa gue pergi dari sini Bi." Lirihnya.
"Pasti."
Bian melepaskan dekapannya lalu mengangkat wajah Kyra yang sembab jari Bian mengelus pipi Kyra dengan lembut.
Bian melirik jam tangan mahalnya lalu kembali menangkup wajah Kyra yang nampak semakin tirus entah apa yang terjadi selama beberapa bulan ini Bian kehilangan jejaknya bahkan ia menyewa detektif namun tak satupun yang berhasil menemukan Kyra, Agam benar-benar pintar menyembunyikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Masa Lalu
RomanceBagaimana perasaanmu mengetahui jika selama ini sahabatmu menusukmu dari belakang dan menjebakmu untuk kepentingan sendiri. (Tidak untuk di konsumsi anak-anak.... Inget ye,, sy ingetkan sekali lagi yang di bawah umur jgn coba-coba baca cerita sy)