twenty two

230 36 0
                                    

B O Y F I E
Bang Yedam

Tak terasa, sekarang sudah pukul empat, waktunya pulang sekolah. Aku masih berada di ruang UKS, tengah menunggu Yuqi yang katanya akan mengambilkan tasku. Aku juga akan pulang dengan Yuqi karena memang pagi tadi aku pun berangkat bersamanya.

Hanya selang beberapa detik, Yuqi datang tergesa-gesa dengan memboyong ranselku. "Tas lo isinya apaan sih, berar banget heran," omel Yuqi. "Yuk pulang yuk."

"Gue bareng lo lagi ya, Qi."

"Iya santuy. Kali ini gue yang goncengin deh. Eh, lo gak kabarin Kak Yedam dulu?"

Aku menggeleng kecil. "Maunya kabarin. Tapi lagi males banget buka ponsel."

Sepertinya Yuqi mengerti alasanku berkata demikian. Dia hanya menepuk-nepuk kecil bahuku, menenangkan.

Bukan Song Yuqi namanya kalau dia tidak memiliki topik bahasan lain yang bisa membuatku ikut terhanyut dalam kalimat-kalimatnta. Aku bahkan tidak sadar kalau aku tertawa karena guyonan recehnya.

Aku berdiri di depan pos satpam, sementara Yuqi mengambil motornya. Entah perasaanku saja atau bagaimana, aku merasa anak-anak yang juga sedang menunggu jemputannya masing-masing itu memandangiku. Rasanya tidak nyaman sekali.

"Neng Helen?" Pak Satpam yang hafal denganku karena aku dulu terhitung lumayan sering terlambat itu berkata, "Yedam teh udah nungguin dari tadi. Nggak tahu juga kenapa nungguinnya agak jauhan dari gerbang sekolah. Biasana mah, Yedam gaul sama saya. Lah ini kenapa yak dia?"

"Oh? Makasih, Pak, udah dikasih tahu."

Tanpa pikir panjang, aku bergegas mencari Yedam. Aku melihat Yedam lengkap dengan hoodie, topi, dan maskernya tengah sibuk dengan ponselnya.

Kalau Yedam mengirimkan chat atau menelpon aku, tentu saja tidak akan tersambung karena aku sengaja mematikan ponselku.

Aku berlari menghampirinya. Menunjukkan senyum kecilku. "Kamu jemput? Kenapa pakai masker segala?"

Terlihat dari pupil matanya yang melebar, Yedam terkejut dengan kedatanganku. Dia mengambil tanganku cepat, dengan pandangan yang terkunci kearahku. "Kamu nggak apa-apa?" cemasnya.

Gigiku menggertak, menahan agar aku tidak menangis didepan sekolah. "Pulang dulu," cicitku.

Yedam mengangguk cepat. Jaket denim yang baru saja diambil Yedam itu lantas dikaitkannya pada pingangku. Yedam memang begitu ketika dia menjemputku menggunakan motor besarnya.

Meskipun rok seragamku menutup lutut, Yedam selalu memintaku memakai jaket denimnya.

"Yedam, tadi aku awalnya mau pulang sama Yuqi. Kamu bisa chat dia?"

"Nggak ada nomornya, gimana dong?"

"Hah? Jadi selama ini kamu nggak simpan nomor Yuqi?"

Yedam menggeleng. "Aku DM aja kali ya?"

Tawaku tertahan. Percuma juga kalau DM Yuqi, dia kan lupa password. Gapapa dah, palingan besok cuma diomelin.

Di sepanjang jalan, aku merasa Yedam selalu melirikku lewat kaca spion, terlihat khawatir. Melihat dia yang sudah mencemaskanku sejak aku keluar dari sekolah tadi, Yedam pasti sudah tahu kejadian apa yang menimpaku hari ini.

Aku menghela napas. Kurasa, aku semakin memiliki banyak kesalahan pada Yedam karena menyembunyikan berbagai hal darinya.

B O Y F I E
Bang Yedam

boyfie •bang yedamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang