three

518 71 7
                                        

im sure that yall know how to appreciate someone's hard work.

B O Y F I E
Bang Yedam

"Hai, kuyang."

"Kuyang-kuyang pala kau!" cibirku pada sesosok gadis dengan rambut bergelombang di depanku. Dia Yuqi, Song Yuqi. Teman dekatku sejak aku pertama kali menyandang status sebagai murid di SMA ini. Memang benar jika setelah masa orientasi aku dan Yuqi tidak lagi satu kelas, tapi entah kenapa kami justru menjadi sangat dekat seperti ini. Bahkan, teman satu kelasku pun tidak ada yang se-dekat ini denganku.

Sulit tahu mempertahankan hubungan pertemanan ketika kalian berbeda kelas, terlebih lagi berbeda jurusan. Pasti ada saja halangannya. Yang paling parah jika cemburu tanpa sebab hanya karena melihat snap sosial medianya saat dia sedang bermain dengan teman sekelasnya. Ugh, aku pernah merasakannya sewaktu awal di kelas sepuluh, dan rasanya sangat-sangat tidak nyaman. Tapi untungnya kami—aku maupun Yuqi, dapat segera saling menyesuaikan diri dengan keadaan. Percayalah padaku, teman yang klop dan cocok denganmu itu sangat langka. Jangan pernah dilepaskan apapun alasannya.

Yuqi tertawa kemudian dia menarik tanganku agar aku turut mempercepat langkah menuju kantin. Aku mencarikan tempat duduk sementara Yuqi memesan makanan kami. Setelah lima menit berlalu, Yuqi akhirnya datang lengkap dengan dua mangkuk bakso beserta dua gelas es teh pesanan kami. 

Aku yang memang sudah sangat lapar, cepat saja menyantap menu makan siangku hari ini. Ah, membicarakan soal menu makan, aku jadi teringat kalau hari ini harus belanja sayur dan bumbu dapur lainnya. "Qi, nanti sore kosong nggak?"

"Hm? Gue mau ngedate sama Lucas," jawab Yuqi seadanya.

Aku memajukan bibir kesal, "Ish, Lucas kalau pilih waktu ngedate selalu aja barengan pas gue mau ajak lo pergi juga."

"Emang mau kemana?"

"Ke pasar beli sayur."

"Cakeeep."

"Bukan pantun ya, jing," umpatku.

"Hahaha. Lagian kocak sih lo, mana ada pasar sayur bukanya sore?"

"Pasar modern, alias supermarket."

Yuqi mangut-mangut mengerti, dia berkata, "Kenapa nggak ajak Yedam aja?"

"Nggak ah, ntar dia lagi yang bayarin."

"Nggak apa-apa dong, Le. Kan lumayan."

"Lumayan pala lu. Yedam itu cuma pacar gue plis, Qi. Masa dia jadi kayak nanggung hidup gue sama adik gue sih," tolakku.

"Yaudah kalau gitu, jangan jadiin Yedam pacar."

"Hah?"

"Jadiin Yedam suami lah!"

Segera saja aku menampol wajah Yuqi. Karena seruan Yuqi barusan, beberapa anak disebelahku menoleh penasaran. Membuatku harus menahan malu setengah mati.

"Heran deh, lo sama Junghwan punya gen yang sama ya? Gen sinting."

"Maunya gen halilintar,"

"Bodo ah, terserah." Setelah mengucapkannya, aku kembali menyantap makan siangku dengan lahap. Aku tidak tahu kenapa, Yuqi tiba-tiba saja mendonorkan satu biji bakso-nya yang biasanya sangat pantang dia lakukan. Karena Yuqi menganut prinsip, pertemanan kita berakhir habis lo mengambil makanan gue.

Aku mendongak kearah Yuqi. "Tumben."

Lebih anehnya lagi, Yuqi lantas mengacak kecil rambutku dengan senyum manisnya. "Sekarang lo udah kelas dua belas dan sebentar lagi lo bakal butuh tenaga ekstra. Jadi, makan yang banyak ya," kata Yuqi.

Ah, dasar Yuqi. Kalau kau selalu begini, bagaimana bisa aku tidak menyayangimu?

B O Y F I E
Bang Yedam

Haha, sekarang aku mengerti kenapa Yuqi berkata kalau aku akan butuh tenaga ekstra. Ini sebabnya, tugas kelompok sana-sini yang terus saja diberikan oleh para guru.

Sebenarnya, jika tugas individu, aku mungkin tidak akan merasa begitu kewalahan. Berbeda halnya dengan tugas kelompok. Aku hanya akan dipusingkan oleh anggota-anggota yang sulit sesulit hilangnya noda membandel pada kain.

Lihat saja, saat ini aku tengah sibuk menelepon para anggota kelompokku satu per satu. Kemarin sewaktu di sekolah, mereka iya-iya saja saat aku mengusulkan akan mengerjakan tugas di rumahku. Tidak ada yang menyanggah, bahkan menolak ajakanku. Seharusnya mereka sudah datang sekarang ini, tapi sumpah ... hanya nyamuk yang menemaniku di ruang tamuku.

Aku berdecak kesal, padahal hanya membuat powerpoint kenapa harus dijadikan tugas kelompok seperti ini? Menyusahkan saja. Aku ingin mengerjakannya, tapi aku juga tidak mau usahaku dipakai secara percuma oleh teman-teman satu kelompokku. Tidak adil sekali.

"Sini gue bantuin," celetuk Junghwan.

"Nggak usah. Biarin aja gini, gue nggak akan kerjain," gerutuku. 

"Serius?"

"Iya!" 

Yah ... tapi tetap saja ujung-ujungnya aku tidak tega dan akhirnya mengerjakan tugas itu sendirian. Aku menguap, sepertinya ini sudah memasuki jam maksimal aku terjaga seharian. Segera saja aku membereskan semua peralatan belajarku dan berbaring pada kasur tercintaku.

Ah, sebelum benar-benar terelap, aku mengambil ponselku untuk sekedar mengobrol kecil dengan Yedam. Suaranya merupakan penghantar tidur yang paling aku sukai.

Yedam bilang saat ini dia sedang menyelesaikan permainan lego milik Ayahnya. Hahaha, lucu sekali. Yedam juga berkata padaku kalau dia sudah mulai bosan dengan libur kuliahnya. Padahal liburnya baru dimulai satu minggu yang lalu.

Kemudian dia memintaku untuk segera tidur agar besok aku bisa bangun pagi-pagi karena dia mengajakku berburu bubur ayam di kompleks dekat rumahku.

Baru saja aku bersiap untuk tidur, ponselu berbunyi lagi, menampilkan notifikasi perpesanan dari Yedam.

Ting!

Yedamm sent you a voice message

Yedamm Good night, Elen.

B O Y F I E
Bang Yedam

boyfie •bang yedamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang